Ribuan bibit lele itu, diketahui mati setelah hujan turun berturut-turut mulai Minggu (25/7) hingga Rabu (28/7). Di beberapa kolam di Kecamatan Kapas, seperti di Mojoranu, sebagian di Ngraseh.
Kemudian bibit ikan di beberapa titik di Kota Bojonegoro, juga ditemukan mati.
Kemungkinan, bibit lele itu mati karena terjadi perubahan suhu yang drastis selama satu pekan terakhir ini.
Di Balai Benih Ikan milik Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro di Mojoranu, juga mengalami hal sama. Ribuan benih bibit lele umur sekitar satu bulan juga ditemukan mati.
Tercatat ada empat petak benih lele terlihat mengambang mati. Pengelola Balai benih bahkan tidak berani menjual khusus benih lele karena masih dalam pengawasan. “Benih lele dalam perawatan.
Belum berani kita menjual,” ujar seorang petugas di Balai Benih Ikan Mojoranu, Bojonegoro, pada Tempo, Rabu (28/7).
Belum dihitung berapa kerugian akibat benih lele yang mati itu. Akibat penolakan itu, sejumlah peternak ikan kecewa. Apalagi, Balai Benih Ikan di Mojorani sebagai tempat pembelian ikan relatif murah harganya.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro Tukiwan Yusa mengatakan, akan melakukan penelitian atas benih lele yang mati. Dia mengaku, belum mendapat laporan soal ribuan benih lele yang mati di Balai Benih Ikan di Mojoranu. ”Terus terang, saya belum dapat laporannya,” tegasnya pada Tempo, Rabu (28/7) siang.
Menurutnya, selain karena perubahan cuaca ekstrim, kadar asam air hujan yang terus-menerus selama tiga hari juga berdampak buruk bagi benih ikan lele.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar