Lele Sangkuriang (Clarias SP) merupakan hasil dari rekayasa genetik yang dilakukan oleh BBAT Sukabumi sebagai upaya untuk perbaikan mutu ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang telah mengalami penurunan kualitas dikarenakan adanya perkawinan sekerabat (inbreeding) dan seleksi induk yang salah (penggunaan induk berkualitas rendah).
Lele sangkuriang ini merupakan perbaikan genetik melalui silang balik antara induk betina lele dumbo generasi kedua (F2) dan jantan lele dumbo generasi keenam (F6). Induk betina (F2) berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia pada 1985.
Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan (ditebarkan) dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).
Keunggulan Lele Sangkuriang dibanding Lele Dumbo:
- Fekunditas atau kemampuan memproduksi telur Lele Sangkuriang lebih banyak, yaitu sekitar 40.000-60.000 butir telur/kg bobot induk. Sedangkan Lele Dumbo hanya 20.000-30.000 butir telur/kg
- Derajat penetasan telur Lele Sangkuriang >90%, sedangkan Lele Dumbo hanya >80%
- Nilai Feeding Convertion Rate (FCR) Lele Sangkuriang sekitar 0,8 yang artinya untuk menghasilkan 1kg daging dibutuhkan 0,8kg pakan. Sementara, Lele dumbo nilai FCR-nya lebih dari 1
- Lele Sangkuriang relatif lebih tahan terhadap penyakit, karena sangkuriang mampu meredam serangan bakteri Trichodina sp, Aeromonas hydrophilla, dan Ichthyopthirius sp. Sedangkan Lele Dumbo lebih mudah mati terserang penyakit
- Benih lele sangkuriang dengan ukuran 7 – 8 cm hanya memerlukan waktu sekitar 58 hari untuk mencapai panen, sedangkan untuk lele dumbo dapat mencapai tiga bulan
Sejarah yang bagus, dari kami penjual kursi tamu
BalasHapus