Kamis, 17 November 2011

"Dari Lele Dumbo Biasa Ke Lele Sangkuriang"

Keberhasilan Ade Mulyadi dalam usaha budi daya lele sangkuriang tak lepas dari kerja keras dan semangatnya yang pantang menyerah. Ade, warga Kampung Cibeureum RT 01 RW 08, Kelurahan Mulyaharja, Kec.Bogor Selatan, Kota Bogor, pantas bangga dengan hasil jerih payahnya selama ini. Kini, ia telah memiliki tidak kurang dari 100 unit kolam pembenihan lele sangkuriang di lahan miliknya sendiri.

Keberhasilan yang sedang dinikmatinya itu bukan tanpa proses. Sebelum mengawali usaha budi daya lele sangkuriang, Adi sempat kehilangan aset sekitar Rp75juta. Pasalnya, usaha pembesaran lele dumbo yang ia geluti hampir satu tahun tersebut, rugi total. Selama melakoni usaha tersebut, total jumlah lele yang berhasil terjual tidak lebih dari 20.000 ekor.

Sementara itu, Ade harus menggaji tenaga kerja sebanyak enam orang. masing-masing Rp500.000 per bulan. "Belum lagi biaya produksi yang dikeluarkan cukup besar," kenang Ade, diikuti derai tawa khas miliknya. "Waktu itu modal saya cuma nekat, tanpa dibekali ilmu yang cukup mengenai budi daya lele," imbuhnya.

Sekitar bulan Maret 2009, berkat saran dari ayahnya, Ade bertemu penulis untuk belajar cara yang benar beternak lele. "Dari Abah Nas (panggilan akrab penulis) saya belajar banyak mengenai rahasia sukses budi daya lele, khususnya lele sangkuriang, baik pembenihan maupun pembesaran," jelas Ade.

Pulangnya, Ade langsung menyusun rencana untuk melanjutkan usaha budi daya lele. Bedanya, sekarang Ade menggunakan lele sangkuriang yang memiliki banyak keunggulan dibanding lele dumbo biasa. Kali ini ia memfokuskan hanya pada usaha pembenihan.

Ade memulai usaha pembenihan lele sangkuriang menggunakan enam buah kolam. Ia pun membeli satu paket indukan dari penulis. Satu paketnya berisi 15 ekor, masing-masing lima ekor induk jantan dan sepuluh ekor induk betina.

Hasilnya, Ade sukses memanen 25-30 ribu ekor dari satu periode pembenihan pertama. Siklusnya berlangsung sekitar 50 hari, dengan ukuran benih yang dicapai 5-6 cm. Semua benih tersebut langsung dijual ke penulis dengan harga RP120 per ekor.

Pada periode produksi berikutnya, Ade menambah 12 kolam pembenihan sehingga total kolam saat itu menjadi 18 kolam. Jumlah induk pun bertambah 2 paket. Ade memijahkan indukan lele sangkuriang sekali seminggu. Dari satu kali pemijahan mempu menghasilkan 30-50 ribu ekor benih yang hidup hingga berukuran 5-6 cm.

Masa pemeliharaan benih pun dari semula membutuhkan 50 hari, sudah bisa dipercepat menjadi 35 hari saja. "Ternyata pemberian jenis pakan dan kepadatan memengaruhi kecepatan pertumbuhan benih," kata Ade. Untuk memelihara 50 ribu ekor benih, Ade memberi pakan berupa cacing rambut 30-50 taker, dengan harga RP5.000-Rp6.000 per taker.

Seusai masa pemberian cacing rambut, Ade melanjutkan dengan pemberian pakan berbentuk tepung, yakni Feng-li 1 sebanyak 2-3 karung atau sekitar 20-30 kg. Selain itu, Ade menggunakan pelet F99 sebanyak empat karung atau 40 kg, dan pelet apung L1 sebanyak 1-2 sak atau sekitar 30-60 kg.

Berbicara mengenai keuntungan, tinggal menghitung dari setiap ekor dikalikan dengan jumlah benih yang ada. Menurut Ade, keuntungan bersih dari setiap ekornya sekitar Rp50-Rp60. Jika jumlah benih yang ada 50.000 ekor, maka keuntungan bersih yang bisa diperoleh dari satu kali pemijahan sekitar Rp2,5 Juta sampai 3 juta.

Kolam milik Ade yang ada saat ini sekitar 100 buah, mempunyai ukuran yang cukup bervariasi. Misalnya, ukuran 4 x 2 m, 4 x 3 m, atau 5 x 4 m. Kini, jumlah indukan yang dimiliki Ade jauh lebih banyak, yakni sebanyak 10 paket atau 150 ekor. Dengan asumsi setiap bulan berhasil terjual 200.000 ekor benih, Ade bisa meraup keuntungan sekitar Rp 12 juta per bulan.

Seperti halnya pembudidaya yang bergelut di segmen pembenihan lele sangkuriang lainnya, Ade selalu kewalahan memenuhi permintaan konsumen. Tidak semua pesanan bisa dipenuhi dengan baik. Ada kalanya, konsumen yang memesan dalam jumlah banyak hanya dipenuhi kebutuhan benihnya separuh dari pesanannya. Bahkan, hingga kini, Ade belumpernah berhasil mendederkan benih hingga berukuran 7-8 cm. Pasalnya, saat benih baru berukuran 5-6 cm saja sudah ludes terjual.

Sekarang, pria yang sempat mengenyam pendidikan di Universitas Pakuan Bogor itu bergabung dengan Gabungan Kelompok Pembudidaya Ikan (Gapokdakan) "Cahaya Kita" Bogor. Bersama kelompok tersebut, Ade saling bahu membahu mengatasi berbagai permasalahan bersama-sama.

Selain itu, sehari-harinya Ade sering menerima tamu yang datang untuk belajar mengenai usaha budi daya lele sangkuriang. Ade pun melayani semua tamu yang datang dengan ramah dan menjawab semua pertanyaan tamu dengan sabar. "Saya senang jika banyak orang yang sukses dalam budi daya lele sangkuriang," ujarnya sambil senyum.

Sumber : Buku "Jurus Sukses Beternak Lele Sangkuriang" Nasrudin, PT. AgroMedia Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar