Senin, 28 November 2011

Ada Sangkuriang Di Situs Liyangan

Kata Sangkuriang diambil oleh para peneliti pemuliaan induk ikan lele di Bogor untuk memberi nama lele unggul jenis baru yang mereka temukan. Ya…. keunggulan lele Sangkuriang telah me-‘legenda’ seperti legenda aslinya. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan yang cepat serta daya tahan yang tinggi terhadap penyakit serta perubahan lingkungan. 

Penyebaran lele Sangkuriang pun telah sampai ke penjuru tanah air termasuk Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo yang merupakan desa bekas peninggalan Kerajaan Liyangan. Dan memang benar Ada Sangkuriang Di Kerajaan Liyangan. Bagaimanakah ceritanya ada Sangkuriang di Desa berhawa sejuk tersebut……?

Lele Sangkuriang

USTADZ TPQ YANG MEMELIHARA IKAN
Adalah Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Abadi yang telah mencoba membudidayakan lele Sangkuriang. Sebelumnya kelompok yang para anggotanya ustadz TPQ ini telah berhasil membudidayakan ikan nila merah. Dan setelah mendengar keunggulan lele Sangkuriang, mereka pun mencoba mematahkan mitos dan teori bahwa lele tidak cocok dibudidayakan pada wilayah yang berhawa sejuk.

Hasil dari panen ikan nila kemudian digunakan sebagai modal untuk membeli pakan dan benih lele Sangkuriang. Dengan modal sebesar tiga juta hasil penjualan panen ikan nila kelompok mulai mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut sang Sangkuriang. Musyawarah dengan kelompok serta Penyuluh Perikanan dilakukan untuk mematangkan rencana.
Sugiyanto sedang memberikan pakan
PERSIAPAN KOLAM
“Pengeringan adalah tahap awal yang harus dilakukan dalam budidaya ikan”, demikian ungkap salah satu anggota kelompok. Tahap ini memang bertujuan untuk proses oksidasi senyawa beracun serta untuk memutus siklus penyakit. “Saran dan nasehat dari penyuluh semuanya kita jalankan demi keberhasilan budidaya”, lanjut Sugiyanto. Setelah tanah kering maka dilakukan pengapuran dengan dosis 400 gr/m2. Adapun kapur yang digunakan yaitu dolomit.

Langkah selanjutnya adalah pengisian air dan pemupukan. Pupuk yang dipakai yaitu pupuk kandang dengan dosis 500 gr/m2. Air kolam kemudian dibiarkan selama dua minggu hingga berwarna kehijauan. “Langkah terakhir sebelum tebar benih yaitu penebaran garam dan probiotik”, kata Sugiyanto. Dosis garam yang diaplikasikan 0,5 kg/m2.

LELE “IRFAN BACHDIM”
Akhirnya setelah dua minggu menunggu dan warna air kolam telah kehijauan, tanggal 30 Desember 2010 dilakukan penebaran benih lele Sangkuriang. Benih ukuran 4 – 6 cm sebanyak 5000 ekor di beli dari UPR Mina Clarias, Jurang – Temanggung. “Kok lelenya kaya Irfan Bachdim ya”, demikian komentar warga Desa Purbosari saat pertama kali melihat benih lele Sangkuriang. Ya… memang benih lele sangkuriang berwarna putih bule. Namun setelah besar warna ikan berubah seperti warna lele pada umumnya.

Lele sangkuriang yang berwarna bule seperti “Irfan Bachdim”
Dan setelah sepuluh hari pemeliharaan performa lele Sangkuriang mulai menunjukan keunggulannya. Tingkat kematian tercatat hanya tiga ekor. Sedang tingkat pertumbuhan telah mencapai panjang rata – rata per ekor 10 – 12 cm. Selama masa pemeliharaan dilakukan penebaran probiotik dan daun pepaya sebagai pencegah penyakit. Berikut ditampilkan tabel hasil sampling lele Sangkuriang :


Grafik perkembangan berat lele sangkuriang selama 60 hari masa budidaya
Mudah – mudahan kalau tidak ada halangan panen perdana sang Sangkuriang akan dilakukan setelah dua bulan pemeliharaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar