Senin, 09 Januari 2012

Tehnik Budidaya Lele Dan Manajemen Budidaya Lele

Memilih usaha ternyata tidak harus dilihat bentuk yang wah. Ada banyak peluang yang bisa anda peroleh justru dari hal terlihat sepele. Contohnya adalah budidaya ikan lele.

Ikan berkumis ini memang masih dipandang sebelah mata oleh pebisnis, padahal, rejeki yang ia janjikan cukup menjanjikan. swalayan besar hingga warung tenda kaki lima membutuh pasokan lele yang cukup banyak secara rutin.

Mungkin kita tak pernah menggubris warung tenda yang menjajakan menu pecel lele yang berderet di sepenjang jalan. Padahal, kontinuitas kebutuhan lele di warung tenda umumnya lebih pasti bila dibanding dengan kebutuhan lele di supermarket. Warung-warung seperti itu banyak tersebar di setiap kota.

Memulai bisnis lele tidah harus selalu diawali dengan hitungan yang jelimet serta bikin pusing. Anda bisa memualinya dengan sekedar bejlan-jalan santai, nongkrong sambil iseng mencicipi menu ikan lele.

Berdasarkan Tempo 2011 "kebutuhan pasar lele di Jakarta sangat besar sekitar 80 ton per hari. Saat ini, kebutuhan lele baru terpenuhi 40 ton per hari. Sehingga, peluang untuk mengembangkan usaha lele masih terbuka luas"

Hal senada juga dikatakan oleh forum Agromedia  "Kebutuhan atau permintaan terhadap lele tidak pernah surut, bahkan cenderung meningkat setiap tahun. Boleh dibilang, produksi yang ada saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasar.

Untuk wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok saja, setiap hari membutuhkan sekitar 75 ton lele konsumsi. Tingkat konsumsi lele nasional pada tahun 2003 meningkat 18.3%, yakni dari 24.991 ton/tahun menjadi 57.740 ton/tahun.

Revitalisasi lele sampai akhir tahun 2009 menargetkan produksi sejumlah 175 ton atau meningkat rata-rata 21.64% per tahun. Sementara itu, permintaan benih lele juga terus meningkat dari 156 juta ekor pada tahun 1999 menjadi 360 juta ekor pada tahun 2003 atau meningkat rata-rata sebesar 46% per tahun. Kebutuhan benih lele hingga akhir tahun 2009 diperkirakan mencapai 1.95 miliar ekor."

Keterangan di atas bisa memberi gambaran kasar bagi Anda bahwa peluang berbisnis lele berprospek cerah.


Berawal modal dengkul

Pengalaman manis berbisnis lele ini saya alami, akhir 2010 setelah memilih berhenti dari dunia aktivitas NGO, Usaha yang baru ditekuni 1 semester ini berawal diskusi warung kopi dengan saudara. yang akhirnya membuat sebuah farm.
 
Namun Joint farm ini tak berlangsung lama, yang akhirnya saya membangun usaha sendiri bermodalkan dengkul alias keterbatasan lahan dan finansial, namun toh saya masih memiliki modal utama yaitu ilmu pengetahuan dari hasil kuliah saya di fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Dalam budidaya Clarias sp nama latin dari lele, sangatlah tidak direpotkan dengan masalah air.

Daya tahan ikan lele sangat baik “namun ada 3 hal terpenting yang harus dipatuhi dalam budidaya lele yaitu, Manajemen Pakan, Manajemen Air, Manajemen Kesehatan.

Dari 3 hal diatas ada hal sederhana yang lebih terpenting,yaitu kualitas genetik benih, terkadang faktor ketiga  manajemen tersebut telah di penuhi namun tingkat kematian masih sangat tinggi, hal ini karena pememilih bibit (membeli bibit) yang tidak dikenal asal usul keturunannya, generasi turunan, kelemahan dan kelebihan strain bibit, apakah cocok dengan kondisi suhu di lokasi farm.


Jenis dan Strain Lele
Setidaknya terdapat enam jenis keluarga ikan berkumis ini, sebagian spesies pribumi dan sebagian lagi spesies asing, yang dapat dikembangkan di Indonesia. serta strain silangan lele yang saat ini populer.

1. Clarias batrachus dikenal sebagai ikan lele (Jawa),
· ikan kalang (Sumatera Barat),
· ikan maut (Sumatera Utara), dan
· ikan pintet (Kalimantan Selatan).

2. Clarias teysmani dikenal sebagai lele kembang (Jawa Barat),
· kalang putih (Padang).

3. Clarias melanoderma dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan),
· wais (Jawa Tengah),
· wiru (Jawa Barat).

4. Clarias nieuhofi dikenal sebagai ikan lindi (Jawa),
· limbat (Sumatera Barat),
· kaleh (Kalimantan Selatan).

5. Clarias loiacanthus dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat),
· ikan penang (Kalimantan Timur).

6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele dumbo atau King Cat Fish, spesies asing yang berasal Afrika.

7. lele dumbo merupakan  lele afrika yang di introduksi ke indonesia atahun 1980

8. lele sangkuriang, merupakan hasil permunian kembali lele dumbo  yang pernah di kembangkan di tahun 1980an dimana Betina keturunan kedua lele dumbo (F2) dikawinkan dengan pejantan keturunan keenam yang lokal (F6). Bagaikan ibu mengawini anak lelakinya sendiri, sehingga anakan yang dihasilkan kemudian dinamakan Lele Sangkuriang. Melihat hal diatas bahwa lele sangkuriang adalah lele dumbo hasil pemuliaan atau peremajaan.

9. Lele Phyton , Mendengar nama Phyton bayangan kita tertuju pada jenis ular Phyton yang bisa mencapai ukuran yang sangat besar dan mungkin menakutkan bagi sebagian orang. Akan tetapi jika melihat Lele Phyton, bentuknya jauh berbeda dengan ular phyton.

Secara fisik Lele Phyton tidak terlalu jauh berbeda dengan Lele jenis lain seperti Lele Dumbo, Lele Sangkuriang dan Ikan Lele Lainnya. Bentuk fisik Lele Phyton mempunyai mulut kecil, kumis panjang, kepala kecil, sedangkan badannya bulat dan panjang.

Secara genetik Lele Phyton merupakan hasil persilangan antara Lele Thailand dengan Lele Afrika yang dikembangkan di Pandegelang, Banten.

10. Lele Paiton. strain jenis ini memiliki keunggulan dimana benih ukuran 5-6 cm dapat di budidayakan dengan panen hanya 2 bulan, tidak mudah lemas saat di grading atau pengiriman jarak jauh, lele Paiton merupakan hasil silangan lele Claries gariepinus dengan Claries gariepinus namun indukannya yang di ambil dari F1. lele ini di kembangkan di Paiton Probolinggo Jawa timur sejak tahun 1990 sehingga dinamakan Lele Paiton.

Manajemen Budidaya Lele

Kelebihan lele Paiton adalah pertumbuhan yang cukup cepat, dari ukuran benih 5-6 cm membutuhkan waktu 50 sampai 55 hari pemeliharaan untuk mencapai ukuran konsumsi. Sementara pemeliharaan ukuran benih 9-10 cm hanya butuh waktu 30-45 hari hingga mencapai masa panen.

Untuk sementara ini penyebaran benih Lele Paiton memang masih sangat terbatas, belum semua daerah terjangkau oleh Lele ini.


Anda mungkin perlu mengenal dan memahami setidaknya ada 3 manajemen dalam budidaya lele. Karena dengan memahami ketiga manajemen tersebut tentu sangat membantu Anda mengantarkan kepada keberhasilan budidaya lele dengan hasil yang maksimal.


  1. Manajemen Pakan
  2. Manajemen Air
  3. Manajemen Kesehatan
Manajemen Pakan
Umumnya pada budidaya pembesaran ikan air tawar, pakan merupakan komponen yang paling penting. Komponen ini kadang bisa menentukan apakah budidaya yang kita lakukan akan memperoleh keuntungan atau tidak.

Dari berbagai penelitian, perbandingan antara pakan dengan daging lele yang didapat dari hasil budidaya adalah 1:1. Namun terkadang banyak faktor yang mempengaruhi dalam masa pertumbuhan lele seperti cuaca,
kualitas bibit, perawatan kolam, air dsb yang nantinya mempengaruhi hasil panen.

Secara umum pakan untuk ikan lele dapat dibagi menjadi dua:
1. Pakan Pabrik
Pakan yang diproduksi oleh pabrik dikenal dalam bentuk pelet. Ukuran pelet bervariasi tergantung pada ukuran mulut/ umur lele.
Ada dua macam pelet di pasaran:
  • Pelet terapung. Dinamakan pelet terapung karena pakan beberapa saat akan terapung di atas air kolam sebelum tenggelam.
  • Pelet tenggelam, Pelet jenis umumnya relatif berat dan akan langsung tenggelam waktu dimasukkan ke dalam kolam
2. Pakan Buatan Sendiri
Salah satu upaya untuk meningkatkan keuntungan bagi para pembudidaya ikan adalah dengan menggunakan pakan tambahan alternatif di samping pelet. 

Pakan alternatif yang bisa diberikan pada lele, yaitu ikan rucah, keong mas, bekicot, limbah peternakan, ayam, burung puyuh, belatung, limbah penetasan telur dan limbah pemindangan ikan. Lele sangat membutuhkan protein hewani untuk pertumbuhannya.

Kelebihan pakan alternatif adalah harganya murah dan mengandung protein yang cukup untuk kebutuhan lele. Sementara itu, kelemahan pakan alternatif adalah kurang praktis jika dibandingkan dengan pakan
buatan, seperti pelet.


Pakan anakan lele berupa :

  • pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 – 4 hari.
  • Pakan buatan untuk umur diatas 3 – 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya. Anda bisa mencampur pakan buatan tersebut dengan produk tertentu yang mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh.
Manajemen Air
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :
  • air harus bersih
  • berwarna hijau cerah
  • kecerahan/transparansi sedang (30 – 40 cm).
  • Ukuran kualitas air secara kimia :
  • bebas senyawa beracun seperti amoniak (sisa pakan yang mengendap di kolam)
  • mempunyai suhu optimal (22 – 26 0C).
  • Kualitas air harus diperhatikan agar selalu dalam keadaan yang optimal. Anda bisa memberikan pupuk buatan pabrikasi tertentu yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat. Ini mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang.

Manajemen Kesehatan

Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. 

Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi.

Apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan juga harus sesuai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar