CUACA ekstrem ditambah kualitas air yang kini banyak tercemar limbah cair di Rancaekek, Kab. Bandung, bukan hanya berdampak buruk pada pertanian yang terus mengalami kegagalan, sejumlah peternak ikan lele pun ternyata terkena imbasnya. Kalau kondisi ini tidak disiasati, lambat laun budi daya ikan lele hanya tinggal cerita.
Seperti yang dilakukan sejumlah pemuda Rancaekek yang tergabung dalam kelompok peternak ikan lele Sangkuriang Swadaya Kencana di Jln. Dahlia No. 152 Blok 6 Perumahan Rancaekek Kencana, Desa Rancaekek Wetan, Kec. Rancaekek. Melihat cuaca ekstrem dan lahan sawah dan kolam telah tercemar limbah cair, mereka membudi dayakan ikan lele menggunakan cara balong dalam plastik dengan sebutan "balistik".
Membudiyakan ikan lele memang tergolong mudah dan menjanjikan, bahkan tak bertele-telen. Apalagi dengan menggunakan cara balistik, budi daya ikan lele bisa dikembangkan di halaman rumah.
Namun meski mudah, menjanjikan, dan tak bertete-tele, kalau tidak ditunjang dengan pengetahuan, jangan harap bisa meraih keuntungan.
Dengan cara balistik ini bisa disiapkan kolam dengan ukuran minimal 1 x 2 meter dengan tinggi rata-rata 25 cm. Dasar ataupun dinding kolam terbuat dari kayu. Dalam kolam tersebut disiapkan plastik. Satu balistik dan plastiknya telah terisi air baru masukan 1 cangkir bibit lele. Kalau mulus, dengan modal Rp 2 juta, 2 atau 3 bulan bisa menghasilkan Rp 8 juta setelah.
Hendi Ahmad (30), salah seorang peternak ikan lele balistik ketika ditemui "GM" di lokasi budi daya ikan lele, Minggu (9/10), mengatakan, bisnis ikan lele tersebut dilakukan bersama 9 rekan-rekannya. "Dari satu cangkir bibit ikan lele dengan harga Rp 2 juta, 2 atau 3 bulan akan menjadi ratusan ikan lele dengan besar rata-rata sebesar ibu jari orang dewasa. Lele yang telah sebesar ibu jari orang dewasa ini jika dijual bisa menghasilkan uang antara Rp 6 juta hingga Rp 8 juta untuk dibudidayayakan kembali. Kalau siap panen harus menunggu 1 atau 2 bulan lagi," kata Hendi.
Namun meski kini usaha budi daya ikan lele tergolong menjanjikan, namun Hendi mengaku harus banyak berkonsultasi dengan petugas penyuluh perikanan Kab. Bandung agar usahanya semakin berhasil.
"Awalnya saya mencoba dan terus keranjingan mengingat keuntungannya lumayan. Lele sangkuriang ini merupakan perbaikan genetik melalui silang balik antara induk betina lele dumbo generasi kedua (F2) dan jantan lele dumbo generasi keenam (F6). Induk betina (F2) berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia sejak 1985," katanya.
Agar bisnis ikan lelenya terus berkembang dan melihat banyak warga di sekitar lingkungan menganggur, dia mengajak rekan-rekan pemuda lainnya untuk bergabung. Selain bisa dengan modal awal satu cangkir benih lele, menurut Hendi bisa juga dengan modal 10 induk lele dengan harga Rp 700 ribu berikut ikan lele betina.
Setelah 2,5 bulan kemudian, lahirlah bibit-bibit lele yang siap diedarkan atau dikembangkan di balistik. Pakannya tidak hanya pellet, daging ayam, roti dan pindang pun bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar