Semula aku kurang tertarik dengan ikan yang namanya Lele, apalagi dibenakku hewan yang satu ini hidup di air yang kotor dan jorok.
Ini terjadi semasa kecil orangtuaku terbiasa memelihara lele di comberan belakang rumah yg sekaligus berfungsi sebagai penampung air limbah kamar mandi dan sekaligus tempat membuang sisa kotoran para penghuni rumah. Praktis deh si lele makannya “ituan”.
Memelihara ikan, aku gemar sekali, kebetulan juga Aku pencinta hewan. Di empang-empangku juga dipelihara beberapa jenis ikan, gurami, emas, mujaer, tawes dan lain-lain. Kecuali lele, kalau adapun itu bukan karena dipelihara tapi mungkin pengungsi dari empang sebelah.
Seorang teman anakku memperkenalkan usaha barunya, beternak lele. Dia menawarkan aku untuk memeliharnya.
Sudah jelas jawabanku. Tidak Mau!. Alasannya, aku kurang suka lele, kurang fisibel, gak untung karena makannya banyak. Pokoknya tidak sebanding antara modal dan hasil panen.
“Bukan Lele Dumbo Bi, tapi Lele Sangkuriang” biasa dia memanggilku dengan sebutan Abi (Bapak dlm bahasa Arab).
Lalu dia menjelaskan beda dan keunggulan dari lele sangkuriang dibanding dengan dumbo.
Yang paling tertarik saat dia menjelaskan bahwa masa pembesarannya relatif singkat hanya cukup 50 hari sudah bisa dipanen dengan ukuran antara 6-10 ekor/kg dan yang terpenting FCR (perbandingan pakan dengan daging yang dihasilkan adalah 1:1, artinya untuk mendapatkan 1 kg ikan dibutuhkan 1 kg pakan).
Tertarik dengan tawarannya, aku coba kursus kilat bagaimana prosesi pembesaran lele dengan waktu relatif singkat tersebut.
Tertarik juga, akhirnya diputuskan untuk mencoba memelihara si kumis. Karena tidak punya lahan kering yang bisa dibuatkan kolam dari terpal, akhirnya aku pergunakan empang yg sudah ada dengan tambahan waring (keramba jaring).
Mula-mula hanya 1,100 ekor saja ukuran 4-6. Pakan diberikan sesuai jadwal dan jenisnya. 3kg ff999, 5kg 781-2sp, 22kg 781 dan 70kg SNL pelet tenggelam, total semu a 100kg.
Waktu pemberiannya pukul 9.00, 14.00, 17,00 dan 21.00 semuanya 4 kali sehari. Pemberian pakanpun berkala dari ff999, 781-2sp,781 dan setelah itu habis baru diberikan SNL.
Aku dibantu temanku yang kebetulan tinggal di lahan empang tersebut. Praktis waktuku terkonsentrasi di empang, Umi (sebutan utk istriku)sudah bisa menjalankan bisnisnya sendiri di Tanah Abang tanpa aku dampingi lagi.
kemang Jkt-Depok Tanah Baru jadi rute riding tiap hari, ditemani si hitam kawasaki klx mondar-mandir tiap hari nengokin si kumis kesayanganku.
Luar biasa, perkembangan si kumis begitu cepatnya. Kematian mungkin sekitar 10 persen. Belum genap 50 hari si kuis sudah bisa dipanen, tepat berusia 48 hari dari masa penebaran, lele sangkuriangku sudah bisa dipanen.
Total semua yg diangkat plus ikan yg kuberikan ke teman-teman berjumlah 120kg, Percaya aku bahwa lele sangkuriang bisa dipanen dalam waktu hanya 50 hari saja bahkan kurang. Tentu saja dengan kondisi dan prasyarat tertentu.
Dan sejak itulah aku bisa menikmati Si Kumis yang dulunya aku jijik minta ampun, ternyata dagingnya enak dibanding ikan lain.
Saya memfokuskan usaha pada
BalasHapuspembenihan bibit lele
sangkuriang.
Bagi yang membutuhkan bibit
lele
sangkuriang. Untuk wilayah Solo
dan
sekitarnya saya antar gratis.
Bibit
berkualitas karena dari indukan
bersertifikat dari BBAT. Kami
siap
membantu Anda sukses dalam
berternak lele. Konsultasi gratis.
Saya tidak menjual bibit saja.
Bibit
yg saya kirim. Bila sudah panen
akan
saya beli bila Anda kesulitan
menjual. Bila Anda butuh lele
konsumsi saya juga siap. Semua
harga bisa dinego. Pelanggan
adlah raja. Saya ingin Anda
untung besar, kapanpun Anda
sms pasti secepatnya kami
balas, pelayanan kami adalh yg
utama. Anda sukses saya jg ikut
sukses itu prinsip saya. Hub
085642057643
alamat Ngablak Rt/Rw 03/06,
Karangmojo, Tasikmadu,
Karanganyar, Solo
meganmahmud@gmail.com