Kami berusaha dibidang pembenihan bibit ikan lele Sangkuriang di wilayah Cibedug (Tapos) – Kecamatan Ciawi – Kab. Bogor. Bibit/benih lele yang kami hasilkan dengan kualitas baik, karena dihasilkan dari indukan yang bersertifikasi dari BBAT Sukabumi – Jawa Barat.
Visi kami adalah menjadi pembenih bibit ikan lele Sangkuriang yang terbaik di wilayah Bogor, diharapkan dapat menjadi tumpuan dan memberi manfaat kepada petani perikanan lele dan pembudidaya pembesaran ikan lele.
Misi kami adalah menghasilkan benih/bibit ikan lele Sangkuriang yang berkualitas untuk kepuasan konsumen
Kami menjual benih/bibit ikan lele Sangkuriang berbagai ukuran dengan harga yang bersaing dan pembayaran tunai.
Kami juga menjual Indukan Lele Sangkuriang dan Cacing Sutra untuk pakan larva lele atau ikan lainnya, dalam jumlah besar.
Selasa, 29 November 2011
Keuntungan Memilih Usaha Budidaya Ikan Lele
Budi daya ikan Lele, baik lele lokal maupun lele dumbo, sudah lama dikenal dan digeluti masyarakat Indonesia. Dibandingkan dengan budi daya ikan air tawar Iainnya, minat masyarakat untuk membudidayakan ikan tidakbersisik ini memang lebih tinggi dan Iebih merata di berbagai daerah. Lantas, mengapa masyarakat sangat berminat menginvestasikan uang mereka untuk membudidayakan lele, terutama >
lele dumbo, dibandingkan dengan budi daya ikan air tawar Iainnya? Untuk menjawab partanyaan di atas, kita bisa menelaah dari sisi keuntungan yang dapat diperolah seseorang dengan membudidayakan lele. Dengan kata lain, melihat prospek bisnis budi daya lele.
Bukan tanpa alasan seseorang memilih berinvestasi dalam usaha budi daya> lele. Ternyata, ada sejumlah keuntungan dan keunggulan yang ditawarkan, seperti pemaparan berikut ini.
Tahan Banting
Lele termasuk ikan yang terkenal "tahan banting” Untuk dapat bertahan hidup, lele tidak memerlukan kondisi atau persyaratan air khusus seperti halnya ikan air tawar Iainnya (ikan bersisik). Ikan air tawar Iain memerlukan oksigen terlarut dalam air yang cukup, sedangkan lele tidak terlalu membutuhkannya.Lele bahkan bisa menghirup oksigen di udara dengan cara menyembul ke permukaan air, karena lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut labirin atau arborescent. Hal yang tak mungkin dilakukan ikan bersisik.
Kemampuan Ikan lele seperti disebut di atas membuat ikan ini dapat dibudidayakan hampir di setiap daerah dan di sembarang tempat. Di suatu daerah yang minim air, bahkan di comberan pun, kasarannya, lele dapat dibesarkan atau dibudidayakan.
Syaratnya, jangan menebar benih berukuran kecil. Gunakan ukuran 9-12 cm, atau bila perlu ukuran di atasnya. Meski demikian, dalam budi daya lele tak berarti kondisi air bisa diabaikan atau diremehkan begitu saja. Untuk memacu pertumbuhan, produktivitas, dan menjaga kesehatan lele, tentu saja ketersediaan dan pemeliharaan air menjadi hal penting yang harus dilakukan.
Masa Pemeliharaan Lebih Singkat
Masa pemeliharaan lele Iebih singkat dibandingkan dengan masa pemeliharaan ikan air tawar Iainnya, baik pembenihan maupun pembesaran. Sebagai contoh, budi daya pembesaran lele yang dilakukan secara intensif hanya membutuhkan waktu sekitar 2 - 3 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi, tergantung padat penebarannya.
Kondisi di atas berbeda dengan ikan air tawar Iainnya yang memerlukan waktu pemeliharaan relatif lebih lama. Ikan nila misalnya, memerlukan waktu sekitar 5 - 6 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi. Sementara itu, gurami membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk panen ukuran konsumsi.
Kondisi di atas berbeda dengan ikan air tawar Iainnya yang memerlukan waktu pemeliharaan relatif lebih lama. Ikan nila misalnya, memerlukan waktu sekitar 5 - 6 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi. Sementara itu, gurami membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk panen ukuran konsumsi.
Pilih Penebaran Rendah atau Padat?
Dalam budidaya pembesaran lele secara intesif dikatakan penebaran rendah, jika populasinya antara 150 – 200 ekor/m3. Untuk mencapai ukuran konsumsi, biasanya dibutukan waktu sekitar dua bulan. Artinya, dalam satu tahun bisa dipanen sebanyak enam kali.Sebaliknya disebut penebaran padat apabila, apabila populasi lele antara 200-350 ekor/m3. Untuk mencapai ukuran konsumsi, dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Artinya dalam satu tahun bisa memanen lele sekitar empat kali. Lalu, lebih baik mana penebaran rendah atau padat?
Menurut pengalaman beberapa petani, penebaran padat lebih menguntungkan. Walaupun memerlukan masa pemeliharaan yang sedikit lebih lama & frekuensi panen per tahun tak sesering penebaran rendah, tetapi produktivitasnya lebih tinggi, jika dibandingkan dengan dengan penebaran rendah
Teknik Pemeliharaan Cukup Sederhana
Dibandingkan dengan budi daya ikan bersisik, teknik yang digunakan pada pemeliharaan lele cukup sederhana. Peralatan dan bahan yang dipakai pun terbilang mudah ditemukan di sekitar kita. Namun, ada satu hal terpenting diperhatikan, yakni aspek ketelatenan.
Dalam hal pergantian air pun tak harus sesering seperti membudidayakan ikan bersisik. Pada tahap pembesaran, malah selama 10 hari pertama sejak penebaran, dianjurkan untuk tidak mengganti air sama sekali. Dalam pembesaran lele tidak memeriukan sistem air deras seperti yang dilakukan pada pembesaran ikan mas.
Dalam hal pergantian air pun tak harus sesering seperti membudidayakan ikan bersisik. Pada tahap pembesaran, malah selama 10 hari pertama sejak penebaran, dianjurkan untuk tidak mengganti air sama sekali. Dalam pembesaran lele tidak memeriukan sistem air deras seperti yang dilakukan pada pembesaran ikan mas.
Siklus Keuangan Cepat
Masa pembenihan dan pembesaran lele yang relatif singkat membuat perputaran keuangan sangat cepat. Karena itu, tidak perlu menunggu terlalu lama untuk menikmati keuntungan secara finansial dari hasil pemeliharaan lele.Apabila mempunyai kolam cukup banyak dengan perputaran uang yang begitu cepat dapat dimanfaatkan untuk membiayai operasional kolam Iainnya, seperti membeli bibit dan membeli pakan. Selain itu, pembudidaya bisa mengatur waktu panen agar dapat berlangsung setiap minggu atau bulan. Caranya, penebaran bibit di beberapa kolam dilakukan secara bergilir dengan interval waktu yang diatur menurut rencana panen atau target pasar.
Benih Ikan Lele Relatif Lebih Murah dan Gampang Diperoleh
Pada pembesaran Iele, salah satu keuntungan Iainnya adalah harga benihnya yang tidak terlalu mahal. Sebagan contoh, kisaran harga benih Iele ukuran 5-7 cm saat ini sekitar Rp 175 per ekor. Besaran tersebut merupakan harga rata-rata di beberapa daerah di Indonesia. Ukuran benih yang sama untuk ikan nila, ikan mas & gurami, harganya bisa dua atau tiga kali lipat dari harga benih lele tersebut. Selain murah, benih lele relatif mudah didapat, karena hampir di setiap daerah terdapat petani unit pembenihan lele.
Namun demikian, harga benih lele di beberapa daerah bisa lebih murah dari harga rata-rata. Petani di Kampung Lele bisa memperoleh bibit dengan harga jauh lebih murah.
Di daerah Kalimantan yang terjadi malah sebaliknya. Harga benih lele di daerah tersebut sangat mahal, mencapai. Lebih mahal lagi di daerah Papua.
Namun, di daerah tersebut harga jual lele ukuran konsumsi menyesuaikan dengan harga benih. Artinya, harga lele ukuran konsumsi juga tergolong mahal. Dengan demikian, tidak akan mengganggu tingkat perolehan laba petani.
Namun demikian, harga benih lele di beberapa daerah bisa lebih murah dari harga rata-rata. Petani di Kampung Lele bisa memperoleh bibit dengan harga jauh lebih murah.
Di daerah Kalimantan yang terjadi malah sebaliknya. Harga benih lele di daerah tersebut sangat mahal, mencapai. Lebih mahal lagi di daerah Papua.
Namun, di daerah tersebut harga jual lele ukuran konsumsi menyesuaikan dengan harga benih. Artinya, harga lele ukuran konsumsi juga tergolong mahal. Dengan demikian, tidak akan mengganggu tingkat perolehan laba petani.
Relatif Tahan Terhadap Penyakit
Walaupun merupakan ikan tanpa sisik, lele dipersenjatai dengan lendir yang melapisi kulitnya. Lendir ini berguna untuk melindungi kulit atau tubuh lele, termasuk menangkal serangan penyakit. Karena itu, hindari perlakuan terhadap lele yang dapat mereduksi atau mengikis lendir di kulit lele. Jika dalam pemeliharaan lele diterapkan prinsip "mencegah lebih baik daripada mengobati" akan menghindarkan lele dari serangan berbagai penyakit. Permintaan Pasar Stabil
Permintaan lele, baik benih maupun konsumsi sangat stabil, bahkan terus meningkat. lmplikasinya, usaha budi daya lele seperti tidak ada matinya. Permintaan lele untuk konsumsi, terutama diserap oleh segmen warung tenda atau populer dengan warung pecel lele.
Selain itu, supermarket, restoran, dan rumah makan juga membutuhkan pasokan lele konsumsi yang cukup tinggi dan kontinu. Restoran dan hotel membutuhkan lele ukuran konsumsi, baik lele hidup atau lele segar (dalam keadaan mati). Supermarket memasok lele ukuran konsumsi. Umumnya, lele segar dengan ukuran 6—1 O ekor/kg. Selain itu, supermarket meminta Fillet lele dengan ukuran minimum 500 gram.
Selain itu, supermarket, restoran, dan rumah makan juga membutuhkan pasokan lele konsumsi yang cukup tinggi dan kontinu. Restoran dan hotel membutuhkan lele ukuran konsumsi, baik lele hidup atau lele segar (dalam keadaan mati). Supermarket memasok lele ukuran konsumsi. Umumnya, lele segar dengan ukuran 6—1 O ekor/kg. Selain itu, supermarket meminta Fillet lele dengan ukuran minimum 500 gram.
Wagub Ajak Warga Jakarta Budidaya Lele
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto mengajak seluruh warga ibukota untuk melakukan budidaya ikan lele, terutama mereka yang memiliki lahan untuk perkembangbiakan ikan. Sebab budidaya lele ini diyakini akan mampu meningkatkan sektor perekonomian masyarakat.
Selain cara pengelolaan atau pemeliharaannya sangat mudah, lele tersebut cepat pertumbuhannya sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk memanen.
“Lele jika dilepas di air yang jumlahnya sedikit pun akan tetap hidup.
Jadi kita tak terlalu repot jika ingin budidaya ikan lele,” ujar Prijanto usai mendampingi Ibu Negara Ny.
Ani Yudhoyono dan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, saat pembukaan Festival Raya Lele Nusantara yang diikuti oleh 1.500-an peserta, di Parkir Timur Senayan, Jakarta, Sabtu (19/6/2010).
Festival Lele Raya Nusantara yang diselenggarakan Kementrian Kelautan dan Perikanan RI ini akan digelar selama dua hari dan berakhir pada Minggu (20/6/2010).
Wagub mengaku sangat menyambut baik kegiatan tersebut.
Sebab dengan adanya Festival Lele ini maka masyarakat dapat belajar cara berbudidaya lele yang baik dan benar. Tentu disamping juga dapat mengajak masyarakat untuk gemar mengonsumsi lele.
Menurut Prijanto, dengan banyak mengonsumsi makanan jenis ikan maka warga ibukota dapat tumbuh sehat. Sebab zat yang terkandung di dalam ikan itu akan membuat orang yang mengonsumsinya bisa lebih cerdas.
Selain cara pengelolaan atau pemeliharaannya sangat mudah, lele tersebut cepat pertumbuhannya sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk memanen.
“Lele jika dilepas di air yang jumlahnya sedikit pun akan tetap hidup.
Jadi kita tak terlalu repot jika ingin budidaya ikan lele,” ujar Prijanto usai mendampingi Ibu Negara Ny.
Ani Yudhoyono dan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, saat pembukaan Festival Raya Lele Nusantara yang diikuti oleh 1.500-an peserta, di Parkir Timur Senayan, Jakarta, Sabtu (19/6/2010).
Festival Lele Raya Nusantara yang diselenggarakan Kementrian Kelautan dan Perikanan RI ini akan digelar selama dua hari dan berakhir pada Minggu (20/6/2010).
Wagub mengaku sangat menyambut baik kegiatan tersebut.
Sebab dengan adanya Festival Lele ini maka masyarakat dapat belajar cara berbudidaya lele yang baik dan benar. Tentu disamping juga dapat mengajak masyarakat untuk gemar mengonsumsi lele.
Menurut Prijanto, dengan banyak mengonsumsi makanan jenis ikan maka warga ibukota dapat tumbuh sehat. Sebab zat yang terkandung di dalam ikan itu akan membuat orang yang mengonsumsinya bisa lebih cerdas.
Nasrudin 'Sekolah' Si Abah Lele
Nasrudin tersenyum. Ia mengaku terkadang malu sendiri karena kini bisa dengan mudah keluar masuk hotel berbintang. ''Undangan mengalir dari berbagai daerah dan disambut para pejabat,'' katanya,'' Padahal saya ini hanya tukang lele yang biasa tinggal di saung (gubuk).''
Ia sudah membuktikan motto yang jadi pegangannya: Kalau ilmu dan keterampilan sudah dimiliki, tak usah lagi mencari modal. Kini ia tinggal memetik hasil dari keterampilannya membudidayakan lele sangkuriang.
Sehari-hari Nasrudin tetap bersahaja, tampil apa adanya.
Kini ia mengaku punya tujuan hidup yang lebih jauh. ''Kalau harta yang dituju mudah saja, tapi saya tidak berpikir itu. Saya akan puas ketika melihat rekan-rekan yang sudah dibina kini sukses,'' ungkap Nasrudin yang ditemui Republika di markasnya yang asri di Gadog, Megamendung, Kabupaten Bogor.
Jadi prioritas
Terkadang Nasrudin tak percaya dengan hasil yang kini diraihnya. Gara-gara bergelut dengan ikan bermartil, kini dia mendapat gelar Maestro Lele Sangkuriang. Padahal, pendidikan formal, SD pun tak tamat. Berkat keahliannya itu, Nasrudin kini diburu untuk membagi ilmu ke berbagai daerah di Indonesia. Bahkan komunitas dari negeri jiran hingga Timur Tengah mengundangnya untuk berbagi ilmu. Tapi, pria berusia 62 tahun ini lebih tertarik mengamalkan ilmu di Tanah Air.
Tak hanya keliling daerah, di rumahnya yang sejuk setiap hari mengalir tamu ingin menimba ilmu tentang lele. Dari petani hingga konglomerat, dari kopral hingga jenderal berebut mengorek ilmu yang dimiliki pria yang acap disapa Abah Lele itu. Para mahasiswa jurusan Perikanan pun berseliweran di sekitar kolamnya 'mencuri' pengetahuan.
Untungnya, Nasrudin tak pernah irit berbagi pengetahuan. Nasrudin memang mengobral ilmu. Kepada siapa pun dia iklas membagikan keterampilan lele sangkuriang yang sudah digeluti sejak 2001.
Namun ,dia memiliki skala prioritas. Petani biasa, korban PHK, dan para pengangguran lebih diutamakan. Alasannya, mereka lebih membutuhkan dibandingkan kalangan sukses yang sudah bisa membuka lapangan kerja sendiri.
Selain itu, Nasrudin bisa merasakan bagaimana menjadi pengangguran yang pernah ia lakoni selama dua tahun. Masa-masa itu amat menyedihkan.
''Ketika ada yang membantu hanya bisa dijawab dengan air mata,'' kenang ayah dari empat putri ini.
Oleh karena itu, dia bertekad lebih mengutamakan mereka yang membutuhkan dari pada kalangan mapan. Nasrudin menolak halus undangan para pejabat, bahkan jenderal ketika ia tengah mengajar para petani, korban PHK, pengangguran di saungnya.
Hidup di mana saja
Lele sangkuriang berbeda dengan lele umumnya. Jenis ini hasil pengembalian genetik. Nasrudin mendapat bibit awal dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, Jawa Barat. Dia tak menyadari larva yang diberikan itu adalah calon induk.
Ketika dijual ke petani mereka antusias karena cepat besar. Dari mulut ke mulut lele Abah Nas menjadi dikenal. Padahal, jenis lele yang dikembangkannya itu belum bernama. Iseng Nasrudin menyebutnya Lele Sangkuriang. Akhirnya tahun 2003, Menteri Kelautan dan Perikanan, saat itu Rokhmin Dahuri mengukuhkan nama tersebut.
Sebelum ke lele, Nasrudin pernah memelihara ikan mas, nila, dan jenis ikan air tawar lainnya. Namun, kemudian ia memfokuskan pada lele sangkuriang. Alasannya, lele itu cepat menghasilkan, mudah pemasarannya, juga bisa dipelihara di berbagai penjuru Indonesia. Teorinya lele hanya bisa hidup di suhu normal.
Pria kelahiran 1948 ini meneliti dan mempelajarinya sehingga lele sangkuriang bisa hidup dimana pun. Dia telah membuktikan di beberapa daerah pegunungan (suhu rendah) bisa menghasilkan lele yang melimpah. Di kawasan Kalimantan yang airnya cokelat keruh, lele sangkuriang bisa hidup dengan baik.
''Selama menerapkan ilmu serta mengurus lele dengan benar, di mana pun lele sangkuriang ditanam akan hidup dan menghasilkan,'' paparnya.
Tak hanya hasil budi dayanya yang luar biasa, rasa lele sangkuriang pun sangat nikmat. Republika mendapat kesempatan mencicipi lele goreng kering dengan sambal dan nasi hangat di saung Nasrudin. ''Baru ada kan lele rasa udang,'' kelakar pria yang mendapat pangkat 'etkol' alias letnan kolam ini.
Nasrudin buka rahasia, salah satu kelezatan lele sangkuriang berkat pakanan yang terpilih. Tidak boleh sembarang. Namun, makanan itu alami. Sudah menjadi pedoman Nasrudin menyingkirkan segala jenis bahan pengawet, zat kimia, baik di kolam maupun lele. Lele di kolamnya tak ada yang disuntik. Kolamnya pun tidak pernah dibersihkan dengan formalin.
''Lele sangkuriang adalah ikan air tawar organik. Gurih, nikmat dan menyehatkan, karena kaya kandungan Omega 3 yang bermanfaat untuk kecerdasan,'' kata Nasrudin.
Hingga kini Abah Lele, begitu ia acap disapa, sudah membagikan ilmunya kepada ribuan orang di seluruh Indonesia. Masih ada beberapa daerah terpaksa masuk daftar tunggu belum sempat disambangi. Karena kesibukan serta kegiatan rutin setiap Jumat hingga Ahad pagi memberi pelatihan budidaya lele Sangkuriang di saungnya.
Tidak peduli konglomerat, pejabat ataupun pengangguran selama tiga hari digembleng di saung Abah. Ada yang dari Jabodetabek, Jawa Tengah, Sumatra. Beragam profesi, anggota TNI, mahasiswa, pengusaha, petani, maupun pengangguran. Lulus atau tidaknya sang siswa dilihat dari telur lele yang dikembangkan, apakah bisa menetas atau tidak. Dites juga hasil lele gorengan, jika gurih dan lezat.
Ia sudah membuktikan motto yang jadi pegangannya: Kalau ilmu dan keterampilan sudah dimiliki, tak usah lagi mencari modal. Kini ia tinggal memetik hasil dari keterampilannya membudidayakan lele sangkuriang.
Sehari-hari Nasrudin tetap bersahaja, tampil apa adanya.
Kini ia mengaku punya tujuan hidup yang lebih jauh. ''Kalau harta yang dituju mudah saja, tapi saya tidak berpikir itu. Saya akan puas ketika melihat rekan-rekan yang sudah dibina kini sukses,'' ungkap Nasrudin yang ditemui Republika di markasnya yang asri di Gadog, Megamendung, Kabupaten Bogor.
Jadi prioritas
Terkadang Nasrudin tak percaya dengan hasil yang kini diraihnya. Gara-gara bergelut dengan ikan bermartil, kini dia mendapat gelar Maestro Lele Sangkuriang. Padahal, pendidikan formal, SD pun tak tamat. Berkat keahliannya itu, Nasrudin kini diburu untuk membagi ilmu ke berbagai daerah di Indonesia. Bahkan komunitas dari negeri jiran hingga Timur Tengah mengundangnya untuk berbagi ilmu. Tapi, pria berusia 62 tahun ini lebih tertarik mengamalkan ilmu di Tanah Air.
Tak hanya keliling daerah, di rumahnya yang sejuk setiap hari mengalir tamu ingin menimba ilmu tentang lele. Dari petani hingga konglomerat, dari kopral hingga jenderal berebut mengorek ilmu yang dimiliki pria yang acap disapa Abah Lele itu. Para mahasiswa jurusan Perikanan pun berseliweran di sekitar kolamnya 'mencuri' pengetahuan.
Untungnya, Nasrudin tak pernah irit berbagi pengetahuan. Nasrudin memang mengobral ilmu. Kepada siapa pun dia iklas membagikan keterampilan lele sangkuriang yang sudah digeluti sejak 2001.
Namun ,dia memiliki skala prioritas. Petani biasa, korban PHK, dan para pengangguran lebih diutamakan. Alasannya, mereka lebih membutuhkan dibandingkan kalangan sukses yang sudah bisa membuka lapangan kerja sendiri.
Selain itu, Nasrudin bisa merasakan bagaimana menjadi pengangguran yang pernah ia lakoni selama dua tahun. Masa-masa itu amat menyedihkan.
''Ketika ada yang membantu hanya bisa dijawab dengan air mata,'' kenang ayah dari empat putri ini.
Oleh karena itu, dia bertekad lebih mengutamakan mereka yang membutuhkan dari pada kalangan mapan. Nasrudin menolak halus undangan para pejabat, bahkan jenderal ketika ia tengah mengajar para petani, korban PHK, pengangguran di saungnya.
Hidup di mana saja
Lele sangkuriang berbeda dengan lele umumnya. Jenis ini hasil pengembalian genetik. Nasrudin mendapat bibit awal dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, Jawa Barat. Dia tak menyadari larva yang diberikan itu adalah calon induk.
Ketika dijual ke petani mereka antusias karena cepat besar. Dari mulut ke mulut lele Abah Nas menjadi dikenal. Padahal, jenis lele yang dikembangkannya itu belum bernama. Iseng Nasrudin menyebutnya Lele Sangkuriang. Akhirnya tahun 2003, Menteri Kelautan dan Perikanan, saat itu Rokhmin Dahuri mengukuhkan nama tersebut.
Sebelum ke lele, Nasrudin pernah memelihara ikan mas, nila, dan jenis ikan air tawar lainnya. Namun, kemudian ia memfokuskan pada lele sangkuriang. Alasannya, lele itu cepat menghasilkan, mudah pemasarannya, juga bisa dipelihara di berbagai penjuru Indonesia. Teorinya lele hanya bisa hidup di suhu normal.
Pria kelahiran 1948 ini meneliti dan mempelajarinya sehingga lele sangkuriang bisa hidup dimana pun. Dia telah membuktikan di beberapa daerah pegunungan (suhu rendah) bisa menghasilkan lele yang melimpah. Di kawasan Kalimantan yang airnya cokelat keruh, lele sangkuriang bisa hidup dengan baik.
''Selama menerapkan ilmu serta mengurus lele dengan benar, di mana pun lele sangkuriang ditanam akan hidup dan menghasilkan,'' paparnya.
Tak hanya hasil budi dayanya yang luar biasa, rasa lele sangkuriang pun sangat nikmat. Republika mendapat kesempatan mencicipi lele goreng kering dengan sambal dan nasi hangat di saung Nasrudin. ''Baru ada kan lele rasa udang,'' kelakar pria yang mendapat pangkat 'etkol' alias letnan kolam ini.
Nasrudin buka rahasia, salah satu kelezatan lele sangkuriang berkat pakanan yang terpilih. Tidak boleh sembarang. Namun, makanan itu alami. Sudah menjadi pedoman Nasrudin menyingkirkan segala jenis bahan pengawet, zat kimia, baik di kolam maupun lele. Lele di kolamnya tak ada yang disuntik. Kolamnya pun tidak pernah dibersihkan dengan formalin.
''Lele sangkuriang adalah ikan air tawar organik. Gurih, nikmat dan menyehatkan, karena kaya kandungan Omega 3 yang bermanfaat untuk kecerdasan,'' kata Nasrudin.
Hingga kini Abah Lele, begitu ia acap disapa, sudah membagikan ilmunya kepada ribuan orang di seluruh Indonesia. Masih ada beberapa daerah terpaksa masuk daftar tunggu belum sempat disambangi. Karena kesibukan serta kegiatan rutin setiap Jumat hingga Ahad pagi memberi pelatihan budidaya lele Sangkuriang di saungnya.
Tidak peduli konglomerat, pejabat ataupun pengangguran selama tiga hari digembleng di saung Abah. Ada yang dari Jabodetabek, Jawa Tengah, Sumatra. Beragam profesi, anggota TNI, mahasiswa, pengusaha, petani, maupun pengangguran. Lulus atau tidaknya sang siswa dilihat dari telur lele yang dikembangkan, apakah bisa menetas atau tidak. Dites juga hasil lele gorengan, jika gurih dan lezat.
Festival Lele, Apa Itu ?
Kalau tak ada aral, pagi i ni, Sabtu (19/6/2010), Ibu Negara Ani Yudhoyono akan membuka Festival Lele yang akan digelar di Parkir Timur Senayan, Jakarta Pusat. Anda yang belum punya rencana di akhir pekan tak ada salahnya menghadiri acara ini.
Festival Lele merupakan hajatan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan akan digelar selama dua hari, 19-20 Juni.
Dalam acara itu, masyarakat dapat memperoleh berbagai macam informasi, mulai dari teknik berbudidaya lele, pakan, hingga olahan ikan lele. Hal menarik lainnya yang akan dilaksanakan adalah temu bisnis yang khusus mempertemukan pembudidaya dan pengusaha pengolahan lele.
Beberapa pemangku kepentingan, seperti PT Alang-alang dari Boyolali, produsen abon lele, "Cat Fish Club", Lele Lela, Dinas Kelautan Perikanan Yogyakarta dan Jawa Tengah, hingga perusahaan pakan lele ikut serta dalam festival.
Kegiatan yang bertujuan memasyarakatkan produk perikanan khususnya ikan lele ini juga akan diramaikan dengan kampanye "Gemarikan" atau Gemar Makan Ikan. Pemerintah menargetkan tingkat konsumsi ikan masyarakat terus meningkat. Data KKP menunjukkan, tingkat konsumsi ikan masyarakat tahun 2005 mencapai 23,95 kg per kapita per tahun, sedangkan tahun 2009 telah mencapai 30,17 kg per kapita per tahun.
Selama pemeran, sebanyak dua ton lele disiapkan untuk dijual kepada masyarakat dengan harga murah. Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi (Pusdatin) KKP Soen'an Hadi Poernomo, Jumat (18/6/2010) di Jakarta, mengatakan, dua ton lele yang telah disiapkan merupakan sumbangan dari Ditjen Perikanan Budidaya. "Sebagian akan dijual hidup, sebagian dijual setelah dimasak, dan sebagian lagi untuk keperluan demo memasak," katanya.
Sebanyak 37 warung pecel lele bergabung untuk menjual satu ton pecel lele seharga Rp 6.000 per paket. Adapun 600 kg lele hidup akan dijual langsung ke masyarakat dengan harga Rp 7.000 per kg. "Sisanya 400 kg akan digunakan untuk demo masak yang diikuti 150 peserta se-Jabodetabek," ujar dia.
Festival Lele merupakan hajatan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan akan digelar selama dua hari, 19-20 Juni.
Dalam acara itu, masyarakat dapat memperoleh berbagai macam informasi, mulai dari teknik berbudidaya lele, pakan, hingga olahan ikan lele. Hal menarik lainnya yang akan dilaksanakan adalah temu bisnis yang khusus mempertemukan pembudidaya dan pengusaha pengolahan lele.
Beberapa pemangku kepentingan, seperti PT Alang-alang dari Boyolali, produsen abon lele, "Cat Fish Club", Lele Lela, Dinas Kelautan Perikanan Yogyakarta dan Jawa Tengah, hingga perusahaan pakan lele ikut serta dalam festival.
Kegiatan yang bertujuan memasyarakatkan produk perikanan khususnya ikan lele ini juga akan diramaikan dengan kampanye "Gemarikan" atau Gemar Makan Ikan. Pemerintah menargetkan tingkat konsumsi ikan masyarakat terus meningkat. Data KKP menunjukkan, tingkat konsumsi ikan masyarakat tahun 2005 mencapai 23,95 kg per kapita per tahun, sedangkan tahun 2009 telah mencapai 30,17 kg per kapita per tahun.
Selama pemeran, sebanyak dua ton lele disiapkan untuk dijual kepada masyarakat dengan harga murah. Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi (Pusdatin) KKP Soen'an Hadi Poernomo, Jumat (18/6/2010) di Jakarta, mengatakan, dua ton lele yang telah disiapkan merupakan sumbangan dari Ditjen Perikanan Budidaya. "Sebagian akan dijual hidup, sebagian dijual setelah dimasak, dan sebagian lagi untuk keperluan demo memasak," katanya.
Sebanyak 37 warung pecel lele bergabung untuk menjual satu ton pecel lele seharga Rp 6.000 per paket. Adapun 600 kg lele hidup akan dijual langsung ke masyarakat dengan harga Rp 7.000 per kg. "Sisanya 400 kg akan digunakan untuk demo masak yang diikuti 150 peserta se-Jabodetabek," ujar dia.
Senin, 28 November 2011
Ada Sangkuriang Di Situs Liyangan
Kata Sangkuriang diambil oleh para peneliti pemuliaan induk ikan lele di Bogor untuk memberi nama lele unggul jenis baru yang mereka temukan. Ya…. keunggulan lele Sangkuriang telah me-‘legenda’ seperti legenda aslinya. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan yang cepat serta daya tahan yang tinggi terhadap penyakit serta perubahan lingkungan.
Penyebaran lele Sangkuriang pun telah sampai ke penjuru tanah air termasuk Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo yang merupakan desa bekas peninggalan Kerajaan Liyangan. Dan memang benar Ada Sangkuriang Di Kerajaan Liyangan. Bagaimanakah ceritanya ada Sangkuriang di Desa berhawa sejuk tersebut……?
Lele Sangkuriang
USTADZ TPQ YANG MEMELIHARA IKAN
Adalah Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Abadi yang telah mencoba membudidayakan lele Sangkuriang. Sebelumnya kelompok yang para anggotanya ustadz TPQ ini telah berhasil membudidayakan ikan nila merah. Dan setelah mendengar keunggulan lele Sangkuriang, mereka pun mencoba mematahkan mitos dan teori bahwa lele tidak cocok dibudidayakan pada wilayah yang berhawa sejuk.
Hasil dari panen ikan nila kemudian digunakan sebagai modal untuk membeli pakan dan benih lele Sangkuriang. Dengan modal sebesar tiga juta hasil penjualan panen ikan nila kelompok mulai mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut sang Sangkuriang. Musyawarah dengan kelompok serta Penyuluh Perikanan dilakukan untuk mematangkan rencana.
Sugiyanto sedang memberikan pakanPERSIAPAN KOLAM
“Pengeringan adalah tahap awal yang harus dilakukan dalam budidaya ikan”, demikian ungkap salah satu anggota kelompok. Tahap ini memang bertujuan untuk proses oksidasi senyawa beracun serta untuk memutus siklus penyakit. “Saran dan nasehat dari penyuluh semuanya kita jalankan demi keberhasilan budidaya”, lanjut Sugiyanto. Setelah tanah kering maka dilakukan pengapuran dengan dosis 400 gr/m2. Adapun kapur yang digunakan yaitu dolomit.
Langkah selanjutnya adalah pengisian air dan pemupukan. Pupuk yang dipakai yaitu pupuk kandang dengan dosis 500 gr/m2. Air kolam kemudian dibiarkan selama dua minggu hingga berwarna kehijauan. “Langkah terakhir sebelum tebar benih yaitu penebaran garam dan probiotik”, kata Sugiyanto. Dosis garam yang diaplikasikan 0,5 kg/m2.
LELE “IRFAN BACHDIM”
Akhirnya setelah dua minggu menunggu dan warna air kolam telah kehijauan, tanggal 30 Desember 2010 dilakukan penebaran benih lele Sangkuriang. Benih ukuran 4 – 6 cm sebanyak 5000 ekor di beli dari UPR Mina Clarias, Jurang – Temanggung. “Kok lelenya kaya Irfan Bachdim ya”, demikian komentar warga Desa Purbosari saat pertama kali melihat benih lele Sangkuriang. Ya… memang benih lele sangkuriang berwarna putih bule. Namun setelah besar warna ikan berubah seperti warna lele pada umumnya.
Lele sangkuriang yang berwarna bule seperti “Irfan Bachdim”
Dan setelah sepuluh hari pemeliharaan performa lele Sangkuriang mulai menunjukan keunggulannya. Tingkat kematian tercatat hanya tiga ekor. Sedang tingkat pertumbuhan telah mencapai panjang rata – rata per ekor 10 – 12 cm. Selama masa pemeliharaan dilakukan penebaran probiotik dan daun pepaya sebagai pencegah penyakit. Berikut ditampilkan tabel hasil sampling lele Sangkuriang :
Grafik perkembangan berat lele sangkuriang selama 60 hari masa budidaya
Mudah – mudahan kalau tidak ada halangan panen perdana sang Sangkuriang akan dilakukan setelah dua bulan pemeliharaan.
Anggota Kukmi Siap Panen Lele Sangkuriang
Rumah Zakat Cabang Bandung melaksanakan pemberian pakan lele sangkuriang di Desa Cimenyan, Kabupaten Bandung, Selasa (21/12). Budidaya ikan lele ini adalah budidaya yang dilakukan oleh 10 Anggota Kelompok Usaha Kecil Mandiri (KUKMI) Rumah Zakat yang bekerjasama dengan KMIT (Kajian Muslim Indonesia di Trondheim) Norwegia. Sepuluh peserta KUKMI ini mendapat bantuan modal dan pendampingan bisnis.
Program pemberdayaan ekonomi yang dinamai KUKMI ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Desa Cimenyan Kabupaten Bandung dengan budidaya lele sangkuriang oleh 5 orang dan di Kelurahan Kopo, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung berupa bisnis penjualan rujak buah dengan 5 orang pengelola juga.
Di Cimeunyan hasil ternak lele sangkuriang ini sudah menunujukkan hasil yang mengge
mbirakan. Ikan lele yang disebar ke dalam empat kolam sebanyak 4000 ekor (perkolam 1000 ekor -red), kini sudah berukuran berkisar 10-12 cm. "Alhamdulillah, dengan pemberian pakan yang rutin membuat pertumbuhan ikan semakin cepat," papar Sulaeman, salah satu anggota KUKMI kepada Suryadi, Membership Relation Officer Rumah Zakat saat ditemui dilokasi peternakan. "Kalau tidak ada halangan, insyaallah bulan depan kita akan panen lele sangkuriang," tambah Sulaeman.
Untuk komunitas di Kopo yang berjualan rujak buah, belum berkembang pesat karena hujan yang turun terus menerus. Meskipun demikian mereka tetap semangat menjajakan jualannya dan aktif menghadiri kegiatan yang diadakan oleh Rumah Zakat.
"Memang hujan masih terus mengguyur Kota Bandung dan harga buah-buahan agak naik. Meskipun demikian Alhamdulillah saya masih tetap berjualan walaupun dari segi omset agak berkurang" terang Adma (48), salah satu member KUKMI.
Berkaitan dengan panen lele, Chief Program Officer (CPO) Rumah Zakat, Asep Mulyadi mengatakan sangat senang dengan rencana akan dilakukannya panen lele tersebut. "Setelah member di Oraytapa Cimeunyan panen tanaman jagung, Minggu (19/12), Insyaallah bulan depan kami akan panen lele," ungkapnya sambil tersenyum saat ditemui dalam acara inspirasi pagi di kantor Rumah Zakat Cabang Bandung.
Program pemberdayaan ekonomi yang dinamai KUKMI ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Desa Cimenyan Kabupaten Bandung dengan budidaya lele sangkuriang oleh 5 orang dan di Kelurahan Kopo, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung berupa bisnis penjualan rujak buah dengan 5 orang pengelola juga.
Di Cimeunyan hasil ternak lele sangkuriang ini sudah menunujukkan hasil yang mengge
mbirakan. Ikan lele yang disebar ke dalam empat kolam sebanyak 4000 ekor (perkolam 1000 ekor -red), kini sudah berukuran berkisar 10-12 cm. "Alhamdulillah, dengan pemberian pakan yang rutin membuat pertumbuhan ikan semakin cepat," papar Sulaeman, salah satu anggota KUKMI kepada Suryadi, Membership Relation Officer Rumah Zakat saat ditemui dilokasi peternakan. "Kalau tidak ada halangan, insyaallah bulan depan kita akan panen lele sangkuriang," tambah Sulaeman.
Untuk komunitas di Kopo yang berjualan rujak buah, belum berkembang pesat karena hujan yang turun terus menerus. Meskipun demikian mereka tetap semangat menjajakan jualannya dan aktif menghadiri kegiatan yang diadakan oleh Rumah Zakat.
"Memang hujan masih terus mengguyur Kota Bandung dan harga buah-buahan agak naik. Meskipun demikian Alhamdulillah saya masih tetap berjualan walaupun dari segi omset agak berkurang" terang Adma (48), salah satu member KUKMI.
Berkaitan dengan panen lele, Chief Program Officer (CPO) Rumah Zakat, Asep Mulyadi mengatakan sangat senang dengan rencana akan dilakukannya panen lele tersebut. "Setelah member di Oraytapa Cimeunyan panen tanaman jagung, Minggu (19/12), Insyaallah bulan depan kami akan panen lele," ungkapnya sambil tersenyum saat ditemui dalam acara inspirasi pagi di kantor Rumah Zakat Cabang Bandung.
Tata Cara Budidaya Lele
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.
Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversion Rate).
Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele Sangkuriang.
Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka peningkatan produksi Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini, diberi nama Lele Sangkuriang. Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).
Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m - 800 m dpi. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi. Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan budidaya yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan Pemda setempat.
Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air yan baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:
Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.
Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.
Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke pengeluaran air (monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.
Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau tembok yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran. Pada bagian kotak dipasang papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya diisi dengan tanah dan satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang dikehendaki. Sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu hanya terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam dibawah pematang dengan bantuan pipa berbentuk L mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air kolam.
Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk.
Pelaksanaan Budidaya
Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan adalah tentang kesiapan kolam meliputi:
a. Persiapan kolam tanah (tradisional)
Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor).
Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk pemanenan).
Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam.
Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2.
Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring
Kemudian dilakukan pengisian air kolam.
Kolam dibiarkan selama ± 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan alami.
b. Persiapan kolam tembok
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.
c. Penebaran Benih
Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm.
d. Pemberian Pakan
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet.
e. Pemanenan
Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15 - 20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau lambit.
Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan.
Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit.
Proses Produksi pada kegiatan pembesaran disajikan Tabel 1.
Tabel 1
Proses pembesaran lele Sangkuriang di bak tembok.
Kriteria Satuan Pembesaran
Ukuran Tanaman
- Umur hari 40
- panjang cm 4 - 8
- bobot gram 4- 6
Ukuran Panen
- Umur hari 130
- panjang cm 15 - 20
- bobot gram 125 - 200
Sintasan % 80-90
Padat Tebar Ekor/m2 50-75
Pakan
- Tingkat Pemberian % bobot 3
- Frekuensi Pemberian kali/hari 3
Tingkat Konversi Pakan 0,8 - 1,2
Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan. Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp.
Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan pemasangan plastik di sekeliling kolam.
Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan.
Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik.
Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.
Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar kolam, kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak.
Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.
Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK
Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik
Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.
Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan ikan.
ANALISA USAHA
Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastik
1. Investasi
a. Sewa lahan 1 tahun @ Rp 1.000.000,- = Rp 1.000.000,-
b. Bak kayu lapis plastik 3 unit @ Rp 500.000,- = Rp 1.500.000,-
c. Drum plastik 5 buah @ Rp 150.000,- = Rp 750.000,-
Rp 3.250.000,-
2. Biaya Tetap
a. Penyusutan lahan Rp 1.000.000,-/1 thn = Rp 1.000.000,-
b. Penyusutan bak kayu lapis plastik Rp 1.500.000,-/2 thn = Rp 750.000,-
c. Penyusutan drum plastik Rp 750.000,-/5 thn = Rp 150.000,-
Rp 1.900.000,-
3. Biaya Variabel
a. Pakan 4800 kg @ Rp 3700 = Rp 17.760.000,-
b. Benih ukuran 5-8 cm sebanyak 25.263 ekor @ Rp 80,- = Rp 2.021.052,63
c. Obat-obatan 6 unit @ Rp 50.000,- = Rp 300.000,-
d. Alat perikanan 2 paket @ Rp 100.000,- = Rp 200.000,-
e. Tenaga kerja tetap 12 OB @ Rp 250.000,- = Rp 3.000.000,-
f. Lain-lain 12 bin @ Rp 100.000,- = Rp 1.200.000,-
Rp 24.281.052,63
4. Total Biaya
Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63
= Rp 26.181.052,63
5. Produksi lele konsumsi 4800 kg x Rp 6000/kg -Rp 28.800.000,
6. Pendapatan
Produksi - (Biaya tetap + Biaya Variabel)
= Rp 28.800.000,- - ( Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63)
= Rp 2.418.947,37
7. Break Event Point (BEP)
Volume produksi = 4.396,84 kg
Harga produksi = Rp 5.496,05
Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.
Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversion Rate).
Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele Sangkuriang.
Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka peningkatan produksi Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini, diberi nama Lele Sangkuriang. Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).
Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m - 800 m dpi. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi. Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan budidaya yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan Pemda setempat.
Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air yan baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:
Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.
Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.
Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke pengeluaran air (monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.
Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau tembok yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran. Pada bagian kotak dipasang papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya diisi dengan tanah dan satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang dikehendaki. Sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu hanya terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam dibawah pematang dengan bantuan pipa berbentuk L mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air kolam.
Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk.
Pelaksanaan Budidaya
Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan adalah tentang kesiapan kolam meliputi:
a. Persiapan kolam tanah (tradisional)
Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor).
Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk pemanenan).
Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam.
Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2.
Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring
Kemudian dilakukan pengisian air kolam.
Kolam dibiarkan selama ± 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan alami.
b. Persiapan kolam tembok
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.
c. Penebaran Benih
Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm.
d. Pemberian Pakan
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet.
e. Pemanenan
Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15 - 20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau lambit.
Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan.
Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit.
Proses Produksi pada kegiatan pembesaran disajikan Tabel 1.
Tabel 1
Proses pembesaran lele Sangkuriang di bak tembok.
Kriteria Satuan Pembesaran
Ukuran Tanaman
- Umur hari 40
- panjang cm 4 - 8
- bobot gram 4- 6
Ukuran Panen
- Umur hari 130
- panjang cm 15 - 20
- bobot gram 125 - 200
Sintasan % 80-90
Padat Tebar Ekor/m2 50-75
Pakan
- Tingkat Pemberian % bobot 3
- Frekuensi Pemberian kali/hari 3
Tingkat Konversi Pakan 0,8 - 1,2
Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan. Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp.
Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan pemasangan plastik di sekeliling kolam.
Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan.
Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik.
Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.
Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar kolam, kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak.
Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.
Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK
Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik
Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.
Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan ikan.
ANALISA USAHA
Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastik
1. Investasi
a. Sewa lahan 1 tahun @ Rp 1.000.000,- = Rp 1.000.000,-
b. Bak kayu lapis plastik 3 unit @ Rp 500.000,- = Rp 1.500.000,-
c. Drum plastik 5 buah @ Rp 150.000,- = Rp 750.000,-
Rp 3.250.000,-
2. Biaya Tetap
a. Penyusutan lahan Rp 1.000.000,-/1 thn = Rp 1.000.000,-
b. Penyusutan bak kayu lapis plastik Rp 1.500.000,-/2 thn = Rp 750.000,-
c. Penyusutan drum plastik Rp 750.000,-/5 thn = Rp 150.000,-
Rp 1.900.000,-
3. Biaya Variabel
a. Pakan 4800 kg @ Rp 3700 = Rp 17.760.000,-
b. Benih ukuran 5-8 cm sebanyak 25.263 ekor @ Rp 80,- = Rp 2.021.052,63
c. Obat-obatan 6 unit @ Rp 50.000,- = Rp 300.000,-
d. Alat perikanan 2 paket @ Rp 100.000,- = Rp 200.000,-
e. Tenaga kerja tetap 12 OB @ Rp 250.000,- = Rp 3.000.000,-
f. Lain-lain 12 bin @ Rp 100.000,- = Rp 1.200.000,-
Rp 24.281.052,63
4. Total Biaya
Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63
= Rp 26.181.052,63
5. Produksi lele konsumsi 4800 kg x Rp 6000/kg -Rp 28.800.000,
6. Pendapatan
Produksi - (Biaya tetap + Biaya Variabel)
= Rp 28.800.000,- - ( Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63)
= Rp 2.418.947,37
7. Break Event Point (BEP)
Volume produksi = 4.396,84 kg
Harga produksi = Rp 5.496,05
Budidaya Ikan Lele Dumbo Dengan Kolam Terpal
Ikan Lele merupakan keluarga Catfish yang memiliki jenis yang sangat banyak, diantaranya Lele Dumbo, Lele Lokal, Lele Phyton, Lele Sangkuriang dan lain-lain. Budi Daya Ikan Lele dumbo relatif lebih mudah dan sederhana jika dibandingkan dengan budi daya guramih. Pada dasarnya metode Budi Daya ini adalah solusi untuk beberapa kondisi antara lain lahan yang sempit, modal yang tidak terlalu besar dan solusi untuk daerah yang minim air. Lele Dumbo merupakan ikan yang memiliki beberapa keistimewaan dan banyak diminati orang.
Model Budi Daya Lele Dumbo
Peluang usaha Budi daya lele dumbo dengan kolam terpal dapat dilakukan dalam beberapa bentuk antara lain, tujuan pembibitan dan tujuan konsumsi. Budi daya Ikan Lele Dumbo sebagai bibit merupakan upaya memenuhi kebutuhan bibit yang terus meningkat seiring dengan permintaan Ikan Lele Dumbo Konsumsi. Budi Daya Ikan Lele Dumbo Konsumsi merupakan upaya memelihara Ikan Lele Dumbo sampai ukuran dan bobot tertentu. Biasanya dari berat 1 ons per ekor ikan lele dumbo sampai 1 kg per ekor. Ukuran Lele Dumbo 1 Kg /ekor ke atas biasanya digunakan pada kolam pemancingan yang berisi Lele dumbo.
Budi Daya Lele Dumbo Untuk Pembibitan
Peluang Usaha Budi Daya Lele dumbo Untuk tujuan pembibitan bisa dilakukan antara lain:
- Pemijahan dan penetasan telur lele dumbo, setelah menetas bisa dijual kepada peternak lain untuk dibesarkan atau dipelihara lagi sampai besar. Karena bibit lele dumbo baru menetas sudah bisa dijual, sehingga merupakan peluang usaha bagi yang memilih menekuni bidang ini.
- Biasanya ukuran ini dipelihara oleh peternak sampai ukuran layak konsumsi.
Lele dumbo untuk keperluan konsumsi biasanya dipelihara mulai dari ukuran 5-7 cm atau lebih besar, untuk hasil panen cepat bisa dilakukan dalam waktu 2 bulan dengan pemberian makanan yang ekstra dan optimal. Peluang usaha budi daya lele dumbo untuk konsumsi ini relatif lebih mudah karena ukuran lele yang besar lebih tahan terhadap penyakit, dan tingkat hidup lebih tinggi. Untuk mendapatkan ukuran lele dumbo yang lebih besar memerlukan waktu 3 sampai 4 bulan.
Persiapan untuk budi daya lele dumbo dengan kolam terpal meliputi persiapan lahan kolam , persiapan material terpal ,dan persiapan perangkat pendukung. Lahan yang perlu disediakan disesuaikan dengan keadaan dan jumlah lele yang akan dipelihara.
Untuk Pembesaran sampai tingkat konsumsi bisa digunakan lahan dengan ukuran 2 x 1x 0.6 meter, yang bisa diisi dengan 100 ekor lele dumbo ukuran 5-7 cm. Model pembuatan kolam bisa dengan menggali tanah kemudian diberi terpal atau dengan membuat rangka dari kayu yang kemudian diberi terpal.
Cara pertama lebih membuat terpal tahan lebih lama.
Pemeliharaan Lele DumboPertama kali kolam terpal diisi dengan air yang tidak terlalu dalam terlebh dahulu, untuk lele dumbo ukuran 5-7 cm bisa diisi air 40 cm terlebih dahulu, agar ikan tidak terlalu capek naik dan turun dasar kolam untuk mengambil oksigen, seiring dengan bertambahnya usia dan ukuran kedalaman air ditambah. Perlu disediakan pula rumpon atau semacam perlindungan untuk lele. Karena lele merupakan ikan yang senang bersembunyi di daerah yang tertutup.
Pemberian pakan dilakukan dengan pemberian pelet sehari dua kali, lebih bagus lagi lebih dari dua kali tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit. Jika di lingkungan tersedia pakan alami seperti Bekicot, kerang, keong emas, rayap dan lain-lain, bisa diberikan makanan alami tersebut.
Makanan alami selain bisa menghemat pengeluaran juga memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga pertumbuhan lele dumbo lebih cepat. Selain itu ada beberapa teknologi yang bisa dipakai untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele dan ikan lainnya.
Meski Lele dumbo tahan terhadap kondisi air yang buruk ada baiknya perlu diganti air sekitar 10-30% setiap minggu, agar kolam tidak terlalu kotor dan berbau. Penyakit pada ikan lele mudah menyerang pada air yang kotor. Pada usia satu bulan atau jika diperlukan perlu dilakukan seleksi dan pemisahan lele yang memiliki ukuran yang berbeda.
Biasanya lele mengalami pertumbuhan yang tidak sama, sehingga jika tidak dipisahkan lele dengan ukuran kecil akan kalah bersaing dalam berebut makanan. Selain itu pisahkan jika ada ikan yang terindikasi terserang penyakit agar tidak menular.
Mengeruk Keuntungan Dari Usaha Budidaya Lele
Usaha budidaya lele ini sangat menguntungkan. Ikan yang dipelihara lebih cepat besar dibandingkan ikan air tawar lainnya. Hanya dalam waktu tiga bulan, ikan lele sudah dapat dipasarkan. Pasarnya tidak pernah sepi dan harganyapun stabil berkisar 8 ribu hingga 10 ribu rupiah per kilogram. Ikan lele yang paling banyak diminati adalah yang berukuran 8 ekor untuk satu kilogram.
Buku ini hadir untuk menjadi panduan bagi Anda yang ingin memulai usaha budi daya lele dumbo. Di dalamnya berisi berbagai teknik pembenihan, pemeliharaan, dan pembesaran lele dumbo. Dilengkapi teknik pembenihan super intensif dan pembesaran aquaponik. Dilengkapi pula dengan contoh analisis usaha sederhana yang bisa Anda pahami dengan mudah.
Dalam beternak lele, media bukanlah suatu hal yang utama, baik itu kolam tembok ataupun tanah, tapi yang diutamakan dalam beternak lele adalah kualitas benih, air dan pakan.
Untuk benih sebaiknya dibeli dari pembenih lele langsung supaya kita tahu kualitas daripada benih tersebut, dan air bisa berasal dari air sungai yang dijamin tidak tercemar, sumur, atau PAM yang sudah diendapkan
.
Berikutnya pakan, yang utama sebaiknya menggunakan pakan pabrik ( pellet ) dgn kandungan protein lebih dari 32% dan dapat diberi pakan tambahan berupa limbah peternakan ayam seperti bangkai ayam, usus, telur yang gagal tetas dengan terlebih dahulu dibakar atau direbus.
Jika kita ingin memulai budidaya berikut gambarannya, tebar bibit 10.000 ekor ukuran 10-12 cm harga di pasaran Rp.250-300/ekor setidaknya diperlukan lahan 100 m2, atau dengan ukuran 2-3 cm dengan kapadatan 100-150 ekor/m2
Jumlah pakan pelet sekitar 1 ton dan diperkirakan kita dapat memanen 900 kg, dengan masa pemeliharaan 60-80 hari. Sebaiknya pada saat 30-40 hari setelah tebar benih dilakukan penyortiran, karena mulai banyak bibit yang bertubuh bongsor yang sering meng-kanibal ikan yang lebih kecil.
Apabila menggunakan media kolam dari terpal atau beton, kita bisa menggunakan teknologi probiotik dan pemupukan untuk air pada kolam, Jadikan warna air menjadi hijau daun untuk menyuplai oksigen. Dengan teknologi tersebut pada umur 90 hari akan di dapat 140 gr/ekor ( 7ekor/Kg), tetapi diperlukan kepiawaian dalam manajemen pengelolaan kualitas air.
Kolam sebaiknya diberi pupuk kandang, urea, tsp dan didiamkan minimal 1 minggu agar terbentuk pakan alami berupa plankton, kolam harus dalam kondisi air tidak jalan karena lele rentan terhadap perubahan air yang terus menerus dan lele akan selalu meloncat kearah sumber air mengalir
Dari Pengamatan
Kedalaman kolam sebaiknya 120 cm dgn ketinggian air 80 cm. Sebagai gambaran, ukuran kolam 10×10M2 ditebar benih 10.000 ekor, diberi pakan 4 kali sehari dan 40 hari kemudian panen sekitar 1,2 ton.
Kedalaman air sekitar 80 cm, kolam tidak dibeton tapi cukup tanah alami. 2 minggu setelah tabur benih, lele dipisah-pisahkan yang ukuran besar dan yang kecil. Oya jenis lele silangan antara patin dan dumbo, warna ikan agak putih tidak seperti lele biasa dan tidak matil, juga tidak meng-kanibal yang lainnya.
Harga benih sekitar Rp. 250/ekor, hasil diskusi dengan peternak nih, total biaya sekitar 7,5 juta (Bibit+Pakan), 40 hari tanam menghasilkan sekitar 10 Juta.
Tertarik???
Minggu, 27 November 2011
Pembenihan Ikan Lele
Selama kurun waktu 2005-2007, pembangunan perikanan budidaya telah menunjukkan hasil yang siginifikan, dengan meningkatnya volume dan nilai produksi perikanan budidaya. Dalam kurun tersebut, volume produksi perikanan budidaya mengalami peningkatan rata-rata per tahun sebesar 19,56 % dengan nilainya meningkat rata-rata per tahun sebesar 10,85 %, yaitu dari 2,16 juta ton senilai Rp 21,45 triliun pada tahun 2005 meningkat menjadi 3,09 juta ton, dengan nilai sebesar Rp 26,36 triliun pada tahun 2007
Meningkatnya permintaan ikan di masa yang akan datang mendorong upaya untuk meningkatkan kualitas mutu sehingga dapat bersaing di pasar global, antara lain melalui (1) efisiensi biaya produksi, (2) peningkatan mutu produk agar diterima pasar, dan (3) jaringan pemasaran yang lebih luas.
Dengan meningkatnya konsumsi ikan oleh masyarakat maka akan meningkatkan produksi budidaya ikan air laut maupun budidaya ikan air tawar. Semakin meningkatnya permintaan ikan konsumsi tersebut maka terdapat peluang bagi para petani untuk memenuhi permintaan ikan konsumsi tersebut, serta merencanakan jumlah produksi yang akan menghasilkan output lebih besar lagi untuk memperoleh manfaat yang lebih besar.
Salah satu komoditi perikanan yang dapat menjawab tantangan ini adalah budidaya ikan lele dumbo. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan, karena ikan lele adalah salah satu komoditas perikanan budidaya unggulan yang dikembangkan secara optimal di darat, disamping memiliki prospek pasar, ikan lele dumbo juga memiliki kelebihan dapat
tahan hidup dan kuat terhadap serangan hama penyakit.
tahan hidup dan kuat terhadap serangan hama penyakit.
Ikan lele dumbo dapat hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai dengan ketinggian lebih dari 700 meter di atas permukaan laut. Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yang sudah dikondisikan terlebih dahulu.
Pengembangan usaha budidaya ikan lele dumbo semakin cepat karena memiliki pertumbuhan yang jauh lebih cepat dibandingkan lele lokal, dengan jumlah telur yang dihasilkan oleh sepasang indukan yang dapat mencapai 40.000 – 60.000 telur untuk sekali pemijahan. Namun demikian harus diperhatikan pengelolaan induk yang baik agar lele dumbo tidak mengalami penurunan kualitas, seperti adanya perkawinan sekerabat (inbreeding) hingga seleksi induk yang salah atau penggunaan induk yang berkualitas rendah.
Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversation Rate). Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo, Balai Pengembangan Benih Air Tawar (BPBAT) Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk manghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele ”Sangkuriang”.
Budidaya lele sangkuriang (Clarias sp) mulai berkembang sejak tahun 2004, setelah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, dengan Nomor Kepmen KP 26/Men/2004. Teknik budidaya lele sangkuriang tidak berbeda dengan lele dumbo, mulai dari pembenihan sampai pembesaran dan pemanenan.
Lele Olahan
Bisnis makanan olahan memang kian menjanjikan, demikian juga halnya dengan ikan lele olahan, daging ikan lele yang lembut dan gurih ini ternyata menginpirasi beberapa pengusaha makanan olahan untuk membuat lele olahan.
Sebelumnya mungkin kita hanya mengenal makanan seperti pempek, tekwan dan kerupuk berasal dari ikan tenggiri, namun dengan kreativitas, inovasi dan keberanian beberapa pengusaha makanan mencoba sebuah terobosan baru, mereka menggunakan bahan dasar ikan lele sebagai pengganti, hasilnya ternyata cukup memuaskan, dikarenakan cita rasanya yang enak, lele olahan kini mulai mendapatkan tempat dihati masyarakat.
Tidak hanya pada pempek, lele olahan kini juga dapat dijadikan bahan dasar pembuat bakso yang tadinya berbahan dasar daging sapi. Bakso daging ikan lele ini juga diharapkan akan mampu merebut pasar tersendiri.
Jika usaha-usaha lele olahan semakin berkembang dan diminati baik dalam skala nasional maupun internasional, tentunya akan banyak menyerap tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran di negeri kita tercinta ini dan diharapkan akan mampu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.
Semakin terbukanya peluang-peluang pasar lele dengan adanya usaha lele olahan diharapkan para pengusaha ternak lele dapat lebih bersemangat dalam meningkatkan kwalitas dan kwantitas hasil produksinya, sehingga dapat bersinergi dengan baik antara para pengusaha ternak lele dengan para pengusaha lele olahan.
Menjamurnya usaha-usaha makanan dan resto yang menawarkan menu utama ikan lele saja sudah membuat para pengusaha ternak lele kewalahan dalam memenuhi permintaan pasar akan kebutuhan ikan lele, belum lagi tempat pemancingan, sekarang ditambah lagi dengan lele olahan yang sudah mulai dilirik oleh banyak pihak, hal ini seharusnya menjadi tantangan tersendiri untuk para pengusaha ternak lele untuk dapat terus memenuhi kebutuhan pasar dan merupakan peluang bisnis besar bagi yang ingin menggeluti dunia bisnis seputar lele, baik dalam usaha ternak lele, pemasaran maupun lele olahan yang belakangan ini semakin menjanjikan.
Lele olahan merupakan terobosan, semoga saja orang-orang cerdas, kreatif dan terampil di Indonesia semakin banyak, khususnya dalam dunia lele, sehingga untuk kedepannya nanti makin banyak lagi inovasi atau penemuan-penemuan baru dalam dunia makanan atau makanan olahan berbasis ikan lele yang tentunya akan semakin memperkaya khasanah masakan Indonesia.
Ternak Lele Dan Sukses Besar
Ternak Lele, rasanya bukan hal yang mustahil meraih sukses besar melalui usaha yang satu ini, banyak sudah orang-orang yang berhasil menikmati manisnya sukses dalam bisnis ternak atau budidaya lele, Sukses besar ini juga bisa jadi milik anda asal anda mau menjalaninya dengan semangat, sungguh-sungguh, sabar serta didukung oleh penerapan ilmu pengetahuan, teknologi ternak lele yang benar dan tujuan usaha yang jelas serta selalu mengiringi usaha dengan doa.
Selain perawatannya yang terbilang mudah, ikan lele juga termasuk ikan yang memiliki adaptasi dan toleransi terhadap lingkungan yang cukup baik, apalagi kalau kita menguasai ilmu ternak lele yang benar, dijamin lele-lele itu akan cepat tumbuh besar dan sehat, belum lagi skala usahanya dapat anda sesuaikan, bisa dalam skala rumah tangga ataupun skala produksi dalam jumlah besar, sehingga modal dalam usaha ini bersifat relative dan dapat disesuaikan dengan kemampuan anda.
Rasa lele yang gurih juga semakin banyak diminati masyarakat luas, ini terbukti dengan menjamurnya usaha-usaha kuliner yang menawarkan kelezatan ikan lele, mulai dari kuliner kelas pejalan kaki sampai resto papan ataspun sudah mulai menyajikan menu utama lele.
Mengingat pangsa pasar lele yang terbuka lebar, baik dalam segmen pembesaran, pembenihan maupun pengadaan bibit lele, diharapkan ternak lele mampu membuka peluang usaha yang menguntungkan bagi masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf hidup sekaligus mampu mengurangi angka pengangguran yang semakin meningkat.
Kebutuhan akan lele di wilayah Jabotabek saja diperkirakan sekitar 75 ton sehari, banyak pengusaha ternak lele yang sukses mengeluhkan sulitnya memenuhi kebutuhan tersebut dikarenakan kemampuan produksi lele yang masih terbatas, sehingga untuk anda yang baru akan memulai jangan bingung memikirkan pemasaran lele, pikirkan saja bagaimana caranya ternak lele yang benar sehingga berhasil dalam produksi dan dapat memenuhi kebutuhan pasar.
Untuk anda yang tertarik dan ingin segera terdaftar dalam deretan pengusaha sukses dalam bidang ternak lele, banyak langkah yang bisa ditempuh, dengan mulai mengumpulkan informasi ternak lele sebanyak-banyaknya, baik dari internet maupun langsung mendatangi orang-orang yang sudah berkecimpung, perhatikan lingkungan sekitar anda, kalau ada tetangga yang sudah menjalankan usaha ternak lele, tidak ada salahnya anda berguru dengan orang yang terdekat, sambil terus memikirkan langkah besar selanjutnya.
Biasanya Informasi terntang ternak lele beragam, mulai dari persiapan awal usaha (Modal), pemilihan bibit yang baik, penentuan lokasi dan wadah yang akan digunakan (bisa kolam tanah, bak semen atau dengan kolam terpal), tip & trik perawatan lele, pemilihan pakan, cara pemberian pakan, perawatan air & kolam, penanggulangan hama dan penyakit sampai persiapan saat panen dan pasca panen.
Informasi diatas mungkin ini hanya sebagai contoh kecil, masih banyak informasi yang lebih lengkap dan jelas tentang pengembangan ternak lele yang bisa anda peroleh dari berbagai macam media, pengalaman individu atau kelompok yang bisa anda jadikan landasan dasar dalam memulai usaha ini, namun yang pasti, ternak lele menunggu anda dengan sukses besarnya, pikirkan langkah dan segera wujudkan kesuksesan anda.
Tatiek Fauzi Bowo Kagumi Budidaya Ikan Lele Sangkuriang
Keberhasilan warga Kapuk Muara dalam membudiyakan ikan lele Sangkuriang di RW 02 mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari Ketua TP PKK Provinsi DKI Jakarta, Tatiek Fauzi Bowo. Ia mengaku takjub dengan upaya warga Kapuk Muara yang serius menekuni berbagai program pemberdayaan masyarakat yang bisa meningkatkan ekonomi produktif keluarga.
Hal itu diutarakan ketika melakukan kegiatan road show pemberdayaan keluarga di Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Rabu (23/11). Bukan hanya budidaya ikan lele yang dilakukan warga Kapuk Muara melainkan pembibitan cacing, ikan hias, tanaman cabai, singkong dan sayuran.
Dalam kesempatan itu pula, Ketua TP PKK DKI Jakarta bersama Walikota Jakarta Utara, Bambang Sugiyono dan Ketua TP TPP Jakarta Utara, Naniek Sugiyono melakukan aksi tanam pohon dan panen sawi yang merupakan hasil binaan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K).
“Semua yang telah dilakukan binaan UP2K ini termasuk usaha produktif yang bila dikelola dengan baik akan mampu meningkatkan pendapatan keluarga,” ungkap Tatiek Fauzi Bowo. Usai meninjau sejumlah lokasi yang menjadi unggulan warga Kapuk Muara, TP PKK Provinsi DKI Jakarta bersama pejabat Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara melakukan dialog terbuka dengan warga setempat.
Selain itu, sejumlah bantuan seperti peralatan kebersihan, dana pembelian mesin pencacah makanan ikan dan penyerahan 30 akte kelahiran secara gratis juga dilakukan. “Usaha produktif warga Kapuk Muara telah berjalan dengan baik dan bisa menjadi contoh bagi warga lainnya,” ujar Walikota Jakarta Utara.
Sedangkan hasil budidaya ikan lele Sangkuriang dijual dengan harga Rp 12 ribu untuk 4 ekornya yang berukuran besar. "Kalau untuk warung pecel lele dibutuhkan 8 ekor ikan lele berukuran sedang dengan harga Rp 16 ribu," ucap Andri, Ketua Karang Taruna Kapuk Muara.
Usaha Budidaya Lele Dan Gurami Saat Ini
Ikan lele dan gurami merupakan komoditas ikan air tawar yang memiliki beberapa keunggulan, seperti teknologi pembenihan dan pembesarannya telah dikuasai dan mudah diterapkan, telah berkembang di masyarakat di hampir seluruh wilayah Indonesia, bernilai ekonomis, dapat dilakukan dalam skala rumah tangga sampai industri serta memiliki pasar lokal maupun pasar ekspor yang sangat potensial.
Potensi lahan untuk pengembangan budidaya ikan lele dan gurami berupa lahan darat masih sangat luas, mencapai sebesar 2,07 juta Ha dan baru dimanfaatkan sebesar 361.971 Ha atau 17,47% dari total potensi tersebut.
Perkembangan produksi ikan lele selama 5 tahun terakhir menunjukkan hasil sangat signifikan yaitu sebesar 21,82% per tahun dari 69.386 ton pada Tahun 2005 menjadi 145.099 ton pada Tahun 2009, begitu pula dengan gurami selama 5 tahun terakhir menunjukkan angka pertumbuhan sebesar 18,63% per tahun, yaitu dari 24.052 ton pada Tahun 2005 menjadi 46.452 ton pada Tahun 2009.
Proyeksi produksi ikan lele nasional selama 2010-2014 sebesar 450 % atau rata-rata meningkat sebesar 35% per tahun yakni pada tahun 2010 sebesar 270.600 ton meningkat menjadi 900.000 ton pada tahun 2014. Sementara proyeksi produksi ikan gurame selama 2010-2014 sebesar 127% atau rata-rata meningkat sebesar 5% per tahun yakni sebesar 40.300 ton pada tahun 2010 meningkat menjadi 48.900 ton pada tahun 2014.
Jenis ikan lele yang dibudidayakan dan berkembang di wilayah Indonesia adalah lele dumbo, lele sangkuriang, lele afrika, lele piton dan lele paiton, sedangkan ikan gurami yang dibudidayakan di masyarakat umumnya gurami paris dan gurami swang.
Sentra pengembangan budidaya ikan lele tersebar di hampir seluruh Indonesia, terutama di Propinsi Sumut, Sumbar, Jambi, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DI Yogyakarta, Jatim dan Kalbar. Sedangkan sentra pengembangan budidaya ikan gurami terkonsentrasi di Lampung, Sumsel, Sumbar, Jabar, Jateng, Jatim dan DI Yogyakarta.
Sumber benih ikan lele umumnya berasal dari Propinsi Jawa Barat (Kabupaten Bekasi, Bogor, Sukabumi, Subang, Indramayu dan Cirebon), Jawa Timur (Kab.Tulung Agung, Blitar) dan dari kawasan budidaya ikan air tawar sekitarnya, sedangkan sumber benih ikan gurami terkonsentrasi di Propinsi Jawa Tengah (Kab. Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara) dan di Propinsi Jawa Barat (Kab.Bogor, Tasikmalaya dan Ciamis) serta telah memanfaatkan sumber plasma nutfah ikan gurami di perairan umum.
Induk lele Sangkuriang yang beredar di masyarakat merupakan induk unggul hasil perbaikan genetik dari BBPBAT Sukabumi, dan saat ini sedang dilakukan perekayasaan untuk menghasilkan induk lele sangkuriang generasi kedua. Untuk induk gurami, umumnya berasal dari hasil pembesaran pembudidaya berdasarkan kriteria fisik, dan saat ini sedang dilakukan pemuliaan induk di pusat pengembangan induk (BBPBAT Sukabumi, BPBIAT Muntilan-Jateng, BPPBAT Singaparna-Jabar) dalam tahap menghasilkan calon induk unggul (F0).
Budidaya ikan lele umumnya menerapkan sistem monokultur di kolam tanah, bak semen, dan yang saat ini banyak berkembang adalah kolam terpal dengan padat penebaran antara 100-200 ekor/m² dengan ukuran benih 7-9 cm. Bahkan budidaya ikan lele dapat dilakukan di daerah marginal (seperti di Kab.Gunung Kidul) dan memberikan hasil yang memuaskan, sehingga dimungkinkan dikembangkan secara massal. Saat ini terdapat pula kawasan pembudidayaan lele dengan pola MINAKERA (Mina Kebun Rakyat) dengan pola pengembangan polikultur ikan lele, gurami dan nila.
Budidaya ikan gurami umumnya dilakukan di kolam tanah secara tradisional baik monokultur maupun polikultur dengan ikan nila dengan ratio jumlah gurami dibanding nila sebesar 3 : 1 atau dengan pola mina padi. Saat ini berkembang pula budidaya gurami kolam dalam dengan kedalaman 3-4 meter.
Dalam usaha budidaya ikan gurami terdapat 8 segmen usaha yang telah terbukti memperluas peluang usaha dan memberikan keuntungan bagi pembudidaya. Tetapi dari 8 segmen tersebut terdapat 2 segmen yang tidak banyak dilakukan oleh pembudidaya yaitu segmen untuk ukuran 12 dan 22 cm.
Pemberian pakan tambahan berupa pelet telah memasyarakat baik untuk budidaya lele maupun budidaya gurami. Saat ini terdapat pembudidaya di Kabupaten Banjarnegara yang menghasilkan pakan buatan untuk gurami dengan komponen bahan baku seperti ikan rucah (70%) dan bahan lain yang telah difermentasi seperti : tepung kecambah jagung, ampas tahu, bungkil kelapa, mie (BS), roti (BS), bekatul dan ekstrak bahan alami seperti : kangkung, jahe, kunyit, bawang putih, yang menghasilkan pakan dengan kandungan protein 32%, serat kasar 18% dan air 17%.
Pembuatan pakan berbahan baku lokal berupa limbah hasil pertanian (kulit kacang-kacangan, bonggol jagung) yang difermentasikan dengan penambahan bahan herbal.
Pemberian pakan tambahan berupa dedaunan seperti : daun turi, daun singkong, kleresede/cebreng, daun pepaya, lamtoro pada budidaya lele telah mulai berkembang. Demikian juga pemberian pakan tambahan dedaunan pada budidaya gurami dengan jenis dedaunan bervariasi seperti daun senthe, kangkung maupun azola.
Penerapan CBIB sebagai panduan teknis untuk melakukan budidaya yang baik dan benar dalam kerangka penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan belum terlaksana secara baik. Saat ini baru terdapat 11 pokdakan lele dan 10 POKDAKAN gurami yang telah memperoleh Sertifikat CBIB;
Jaringan pasar telur dan benih gurami telah terbentuk, dengan sentra produsen telur gurami di Banyumas, Banjarnegara, Bogor dan Tasikmalaya dengan wilayah distribusi meliputi : Kab. Blitar, Tulung Agung, Pantai Utara Jawa (Cirebon, Indramayu), Nganjuk, Klaten, Sragen, dan DI Yogyakarta, Kalsel, Kalbar, Lampung dan Jambi.
Bahkan, diperoleh informasi adanya ekspor benih gurami dari Sumbar, Riau ke Malaysia;
Jaringan pasar ikan lele konsumsi sejak Tahun 2008 sampai pertengahan Tahun 2010 telah diekspor dari Propinsi Jawa Timur yaitu 523,9 ton pada Tahun 2008, 337,3 ton pada Tahun 2009, dan 462,6 ton pada Tahun 2010 (smp bln Agustus), dengan negara tujuan ekspor Cina,Vietnam, Korea dan Uni Eropa. Sementara jaringan pasar ikan gurami konsumsi banyak terdapat di Jakarta yaitu sebesar 22,5 ton/hari dengan pasar utamanya adalah restoran dan swalayan;
Sabtu, 26 November 2011
Panduan Budidaya Lele Sangkuriang Berbasis Organik (Lele Sangkuriang Organik)
Tidak mudah untuk menerapkan budi daya lele sangkuriang berbasis organik. Rentannya budi daya lele terhadap penyakit memaksa para peternak lele untuk menggunakan obat-obatan kimia guna penanggulangannya. Kini hal itu bisa ditanggulangi oleh ramuan herbal yang berhasil ditemukan oleh sang pendekar lele sangkuriang (Letnan Kolam) “Letkol” Nasrudin.
Praktek budi daya lele sangkuriang berbasis organik ini telah lama dipraktekan oleh Nasrudin dan Yadi beserta para petani binaannya dan terbukti ampuh di lapangan. Metode pemeliharaannya sangat sederhana, sehingga bisa dilakukan oleh orang yang baru belajar sekalipun.
Metode yang dikembangkan oleh nasrudin ini terkadang berlawanan dengan teori yang biasa diajarkan di bangku kampus pada umumnya. Akan tetapi metode yang telah berhasil dikembangkan ini, kini menjadi rujukan bagi peternak-peternak bukan hanya di Indonesia melainkan di mancanagara. Metode budidaya lele sangkuriang berbasis organik ini kini disebarluaskan oleh Nasrudin, Yadi Supriatna, dan Erie Sudewo ke seluruh Indonesia. Ketiga orang ini sangat konsen untuk menjadikan lele sangkuriang ini sebagai alat untuk mensejahterkan peternak di Indonesia.
Adapun keuntungan-keuntungan yang bisa diperoleh dengan beternak lele sangkuriang berbasis organik ini, diantaranya:
1. Lebih aman bagi kesehatan manusia
Dengan tidak menggunakan bahan-bahan kimia tentu saja menjadi relatif aman terhadap kesehatan tubuh manusia. Karena kita bisa memperoleh kandungan gizi yang maksimal dari lele sangkuriang bukan mengkonsumsi zat-zat kimia yang justru akan mengganggu kesehatan tubuh.
2. Lebih Hemat Biaya
Tentu saja budi daya lele sangkuriang secara organik lebih hemat biaya dibanding dengan menggunakan obat-obatan kimia. Kita tak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk membeli obat-obatan kimia, melainkan bisa menggunakan bahan-bahan organik yang ada di sekitar kita. Bahkan ramuan herbal organik yang berhasil ditemukan ini kini dibagikan secara gratis bagi siapa saja yang hendak membudidayakan lele sangkuriang berbasis organik.
3. Kualitas daging yang lebih unggul
Sudah terbukti di lapangan bahwa dengan budi daya lele sangkuriang organik ini menghasilkan kualitas daging dengan tekstur yang lebih padat, sedikit kandungan lemak, dengan rasa yang lebih renyah dan gurih.
4. Bisa bersaing di Era Perdaganagan Bebas
Memasuki era perdagangan bebas, produk pertanian dan perikanan organik memiliki daya saing tinggi. Pasalnya beberapa negara pengimpor produk pertanian maupun perikanan memiliki standard yang ketat dalam hal kandungan kimia yang terkandung di dalamnya. Tentu saja dengan budi daya secara organik ini lele sangkuriang sangat optimis untuk bisa menembus pasar dunia.
Praktek budi daya lele sangkuriang berbasis organik ini telah lama dipraktekan oleh Nasrudin dan Yadi beserta para petani binaannya dan terbukti ampuh di lapangan. Metode pemeliharaannya sangat sederhana, sehingga bisa dilakukan oleh orang yang baru belajar sekalipun.
Metode yang dikembangkan oleh nasrudin ini terkadang berlawanan dengan teori yang biasa diajarkan di bangku kampus pada umumnya. Akan tetapi metode yang telah berhasil dikembangkan ini, kini menjadi rujukan bagi peternak-peternak bukan hanya di Indonesia melainkan di mancanagara. Metode budidaya lele sangkuriang berbasis organik ini kini disebarluaskan oleh Nasrudin, Yadi Supriatna, dan Erie Sudewo ke seluruh Indonesia. Ketiga orang ini sangat konsen untuk menjadikan lele sangkuriang ini sebagai alat untuk mensejahterkan peternak di Indonesia.
Adapun keuntungan-keuntungan yang bisa diperoleh dengan beternak lele sangkuriang berbasis organik ini, diantaranya:
1. Lebih aman bagi kesehatan manusia
Dengan tidak menggunakan bahan-bahan kimia tentu saja menjadi relatif aman terhadap kesehatan tubuh manusia. Karena kita bisa memperoleh kandungan gizi yang maksimal dari lele sangkuriang bukan mengkonsumsi zat-zat kimia yang justru akan mengganggu kesehatan tubuh.
2. Lebih Hemat Biaya
Tentu saja budi daya lele sangkuriang secara organik lebih hemat biaya dibanding dengan menggunakan obat-obatan kimia. Kita tak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk membeli obat-obatan kimia, melainkan bisa menggunakan bahan-bahan organik yang ada di sekitar kita. Bahkan ramuan herbal organik yang berhasil ditemukan ini kini dibagikan secara gratis bagi siapa saja yang hendak membudidayakan lele sangkuriang berbasis organik.
3. Kualitas daging yang lebih unggul
Sudah terbukti di lapangan bahwa dengan budi daya lele sangkuriang organik ini menghasilkan kualitas daging dengan tekstur yang lebih padat, sedikit kandungan lemak, dengan rasa yang lebih renyah dan gurih.
4. Bisa bersaing di Era Perdaganagan Bebas
Memasuki era perdagangan bebas, produk pertanian dan perikanan organik memiliki daya saing tinggi. Pasalnya beberapa negara pengimpor produk pertanian maupun perikanan memiliki standard yang ketat dalam hal kandungan kimia yang terkandung di dalamnya. Tentu saja dengan budi daya secara organik ini lele sangkuriang sangat optimis untuk bisa menembus pasar dunia.
Membuat Kolam Terpal
Material yang dibutuhkan untuk membuat kolam untuk melakukan usaha budidaya dan pemberasarn Lele jenis Sangkuriang ini adalah:
1. Bambu dengan ukuran diameter diatas 4 cm Bambunya harus sudah kering, tua dan berserat padat. Sehingga tidak mudah busuk atau rusak hingga usia penggunaan lebih dari 2 (dua) tahun.
2. Terpal Plastik yang tebal dan berkualitas baik
Dimana serat terpal plastik harus padat dan tidak mudah bocor. Bukan hanya tidak bocor semata, material plastik juga harus baik. Dimana bahan pembuatan terpal ini juga tidak mudah luntur atau mengelupas sehingga malah bisa mencemari air kolam tempat ikan Lele Sangkuriang dipelihara.
3. Sekam padi, sebagai alas tempat Terpal Plastik diletakkan.
Langkah yang harus dilakukan:
1. Tancapkan tiang bambu kedalam tanah, dengan jarak 1 meter antar tiang, secara rapi mengelilingi areal kolam yang berukuran 5 x 10 atau sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
2. Bambu dibelah menjadi ukuran 2-3 cm. Ukuran panjang bamboo yang dibelah, sesuaikan dengan stok bambu yang dimiliki.
3. Paku atau ikat bambu yang dibelah secara horizontal, memanjang mengikat antar tiang yang sudah ditancapkan. Pada sisi bawah kolam dengan tingkat kerapatan yang lebih padat, supaya menjadi penyangga Terpal Kolam yang nantinya akan diisi air. Semakin keatas bisa semakin longgar. Bila lengkap padat dari sisi bawah ke sisi atas juga tidak masalah?! cuma akan dibutuhkan jumlah bambu yang lebih banyak.
4. Bila sudah selesai rangka kolam yang terbuat dari bambu. Selanjutnya pada dasar tempat Terpal Plastik kolam akan dipasang, ditebar dengan sekam padi secara merata. Maksudnya agar Terpal Plastik tidak mudah robek atau bocor saat petani atau pekerja masuk kedalam kolam. Dan juga agar benih ikan Lele tidak mudah terluka disaat berbenturan dengan dasar kolam akibat perkelahian dan kejar-kejaran antar benih Lele dalam kolam pemeliharaan.
5. Lalu sisi tepi Terpal Plastik (bagian bibir atas kolam) dipaku atau diikat secara rapat dan merata pada seluruh keliling Terpal Plastik. Tujuannya agar Terpal Plastik solid, kuat dan rapat terikat. Sehingga tidak mudah robek karena menanggung beban berat air dalam kolam.
6. Lalu terakhir Kolam Terpal Plastik diisi air hingga kedalaman +/- 1 meter. Lalu diamkan air kolam selama 3-7 hari, jangan ditebar benih Lele dulu! Tujuannya agar air kolam matang dan ideal untuk ditabur benih. Masa pematangan air ini juga disesuaikan dengan kondisi air. Karena setiap daerah akan mempuinyai kondisi air yang berbeda-beda pula. Untuk kondisi tertentu air kolam perlu ditambahkan sari kotoran kambing atau kelinci. Ada pula kondisi air yang kaya akan zat sulfur, untuk kondisi seperti ini perlu di naturalisasi dengan enceng gongok. Setelah air matang, baru kolam siap untuk ditebar bibit ikan Lele Sangkuriang.
Dimana ukuran bibit Lele Sangkuriang yang paling ideal/baik untuk dilepas adalah ukuran diatas 7-8 cm. Dan sangat tidak disarankan bilamana menabur benih lebih kecil dari ukuran 7-8 cm.
1. Bambu dengan ukuran diameter diatas 4 cm Bambunya harus sudah kering, tua dan berserat padat. Sehingga tidak mudah busuk atau rusak hingga usia penggunaan lebih dari 2 (dua) tahun.
2. Terpal Plastik yang tebal dan berkualitas baik
Dimana serat terpal plastik harus padat dan tidak mudah bocor. Bukan hanya tidak bocor semata, material plastik juga harus baik. Dimana bahan pembuatan terpal ini juga tidak mudah luntur atau mengelupas sehingga malah bisa mencemari air kolam tempat ikan Lele Sangkuriang dipelihara.
3. Sekam padi, sebagai alas tempat Terpal Plastik diletakkan.
Langkah yang harus dilakukan:
1. Tancapkan tiang bambu kedalam tanah, dengan jarak 1 meter antar tiang, secara rapi mengelilingi areal kolam yang berukuran 5 x 10 atau sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
2. Bambu dibelah menjadi ukuran 2-3 cm. Ukuran panjang bamboo yang dibelah, sesuaikan dengan stok bambu yang dimiliki.
3. Paku atau ikat bambu yang dibelah secara horizontal, memanjang mengikat antar tiang yang sudah ditancapkan. Pada sisi bawah kolam dengan tingkat kerapatan yang lebih padat, supaya menjadi penyangga Terpal Kolam yang nantinya akan diisi air. Semakin keatas bisa semakin longgar. Bila lengkap padat dari sisi bawah ke sisi atas juga tidak masalah?! cuma akan dibutuhkan jumlah bambu yang lebih banyak.
4. Bila sudah selesai rangka kolam yang terbuat dari bambu. Selanjutnya pada dasar tempat Terpal Plastik kolam akan dipasang, ditebar dengan sekam padi secara merata. Maksudnya agar Terpal Plastik tidak mudah robek atau bocor saat petani atau pekerja masuk kedalam kolam. Dan juga agar benih ikan Lele tidak mudah terluka disaat berbenturan dengan dasar kolam akibat perkelahian dan kejar-kejaran antar benih Lele dalam kolam pemeliharaan.
5. Lalu sisi tepi Terpal Plastik (bagian bibir atas kolam) dipaku atau diikat secara rapat dan merata pada seluruh keliling Terpal Plastik. Tujuannya agar Terpal Plastik solid, kuat dan rapat terikat. Sehingga tidak mudah robek karena menanggung beban berat air dalam kolam.
6. Lalu terakhir Kolam Terpal Plastik diisi air hingga kedalaman +/- 1 meter. Lalu diamkan air kolam selama 3-7 hari, jangan ditebar benih Lele dulu! Tujuannya agar air kolam matang dan ideal untuk ditabur benih. Masa pematangan air ini juga disesuaikan dengan kondisi air. Karena setiap daerah akan mempuinyai kondisi air yang berbeda-beda pula. Untuk kondisi tertentu air kolam perlu ditambahkan sari kotoran kambing atau kelinci. Ada pula kondisi air yang kaya akan zat sulfur, untuk kondisi seperti ini perlu di naturalisasi dengan enceng gongok. Setelah air matang, baru kolam siap untuk ditebar bibit ikan Lele Sangkuriang.
Dimana ukuran bibit Lele Sangkuriang yang paling ideal/baik untuk dilepas adalah ukuran diatas 7-8 cm. Dan sangat tidak disarankan bilamana menabur benih lebih kecil dari ukuran 7-8 cm.