Warna Kulit : Keunguan atau kemerahan berbintik besar (loreng)
Perubahan warna saat stres : Lebih loreng
Gerakan : Lincah
Patil : Tidak beracun
Sifat Biologis : Tidak merusak pematang
Perubahan warna saat stres : Lebih loreng
Gerakan : Lincah
Patil : Tidak beracun
Sifat Biologis : Tidak merusak pematang
Lele Sangkuriang
Warna Kulit : Hitam abu-abu, terkadang putih berbintik
Perubahan warna saat stres : Tidak ada perubahan
Gerakan : Kurang lincah
Patil : Beracun
Sifat Biologis : Merusak pematang
Perubahan warna saat stres : Tidak ada perubahan
Gerakan : Kurang lincah
Patil : Beracun
Sifat Biologis : Merusak pematang
Lele dumbo mengalami penurunan kualitas dikarenakan perkembangan budidaya yang sangat pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik. Seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah dan karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding) juga menjadi salah satu faktor penurunan kualitas lele dumbo. Karakter umum penurunan kualitas dapat diamati dari pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR ( Feeding Conversation rate ).
Faktor penting dalam kelangsungan budidaya yaitu tersedia benih yang memadai dalam hal kuantitas maupun kualitas, sedangkan tersedianya benih yang memadai dipengaruhi oleh kualitas induk, keadaan lingkungan yang cocok, pakan yang cukup serta pengelolaan yang baik dan terencana. Hal-hal tersebut harus diperhatikan apabila tidak ingin penurunan kualitas seperti lele sangkuriang.
Lele Sangkuriang adalah upaya yang dilakukan oleh Balai Pengembangan Benih Air Tawar (BBAT) Sukabumi sebagai perbaikan mutu ikan lele dumbo, dengan cara melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru. Budidaya lele sangkuriang (Clarias sp) mulai berkembang sejak tahun 2004, setelah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dengan Nomor Kepmen KP 26/MEN/2004.
Mulai dari pembenihan sampai pembesaran, teknik budidaya ikan lele sangkuriang tidak berbeda dengan lele dumbo. Berikut keuntungan dan keunggulan lele sangkuriang yaitu dapat dipijahkan sepanjang tahun, fekunditas telur tinggi, dapat hidup pada kondisi air yang marjinal dan efesiensi terhadap pakan tinggi.
Lele sangkuriang yang merupakan hasil perbaikan genetika lele dumbo melalui silang balik (backcross) mempunyai klasifikasi yang sama dengan lele dumbo yakni: Phyllum: Chordata, Kelas: Pisces, Subkelas : Teleostei, Ordo: Ostariophysi, Subordo: Siluroidea, Famili: Clariidae, Genus: Clarias, Spesies: Clarias sp (Lukito, 2002).
Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Kemudian menghasilkan jantan dan betina F2-6. Jantan F2-6 selanjutnya dikawinkan dengan betina generasi kedua (F2) sehingga menghasilkan lele sangkuriang. Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi.
Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Kemudian menghasilkan jantan dan betina F2-6. Jantan F2-6 selanjutnya dikawinkan dengan betina generasi kedua (F2) sehingga menghasilkan lele sangkuriang. Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi.
Lele sangkuriang dapat hidup di lingkungan yang kualitas airnya sangat jelek. Kualitas air yang baik untuk pertumbuhan yaitu kandungan O2 6 ppm, CO2 kurang dari 12 ppm, suhu (24-26) o C, pH (6-7), NH3 kurang dari 1 ppm dan daya tembus matahari ke dalam air maksimum 30 cm (Lukito, 2002). Kualitas induk yang akan dipijahkan menjadi faktor penting dalam pembenihan ikan lele sangkuriang. Gerakan ikan yang lincah, tidak ada cacat dan luka pada tubuh, dan postur tubuh yang proporsional merupakan kualitas induk yang baik.
Pemijahan tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
- Pemijahan alami (natural spawning),
Pemijahan alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad kemudian dipijahkan secara alami di bak/wadah pemijahan dengan pemberian kakaban.
- Pemijahan semi alami (induced spawning)
Pemijahan semi alami dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami.
- Pemijahan buatan (induced/artificial breeding).
Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikkan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan.
Serangan organisme predator (hama) ataupun organisme pathogen (penyakit) menjadi faktor kegagalan pada pembenihan ikan lele. Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain insekta, ular, atau belut. Pemberian pakan yang cukup dan teratur serta manajemen lingkungan budidaya yang baik dapat menanggulangi organisme pathogen
Bila serangan sudah terjadi,benih harus dipanen untuk diobati.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil rekaya genetika strain baru lele dumbo, yaitu lele sangkuriang bisa menjadi solusi penurunan kualitas lele dumbo, sehingga produksi ikan lele yang bermutu akan tetap terjaga.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil rekaya genetika strain baru lele dumbo, yaitu lele sangkuriang bisa menjadi solusi penurunan kualitas lele dumbo, sehingga produksi ikan lele yang bermutu akan tetap terjaga.
Artikel kami yang lain : Manfaat Ikan Lele
Tidak ada komentar:
Posting Komentar