Tak disangka-sangka ternyata warga Swiss menggandrungi ikan lele. Setiap tahun Swiss membutuhkan pasokan ikan lele sebanyak 53 ribu ton. Namun sayangnya produsen lele di Inodnesia hanya mampu menyediakan sebanyak 3 ribu ton per tahun.
Duta Besar Indonesia untuk Swiss Djoko Susilo mengatakan, di Swiss harga seekor ikan lele bisa mencapai Rp 65 ribu!
“Saya yakin akan banyak produk pengusaha Solo yang mampu menembus pasar Swiss. Jika berminat, kedutaan kita sanggup menyerahkan semua kuota pameran ke pengusaha Solo.
Namun yang harus dipahami, importir di Swiss selalu mempersyaratkan pembelian dalam jumlah besar dan kontinyu,” ujar Djoko saat melakukan pertemuan dengan para pengusaha lokal di rumah dinas walikota Surakarta, Solo, Jumat (3/62011).
Dalam kesempatan itu, Djoko mengeluhkan minimnya minat pengusaha Indonesia untuk ekspansi dagang ke Swiss. Bahkan setiap tahunnya, defisit perdagangan RI dengan Swiss mencapai Rp 2 triliun.
Djoko mengatakan para pengusaha Indonesia selama ini sering melewatkan jatah bagi kuota lima perusahaan kecil dan menengah untuk mengikuti pameran yang diselenggarakan Swiss Import Promotion Program Organisation. Pada jatah itu diberikan secara rutin setiap tahunnya.
“Biasanya hanya ada satu perusahaan ikut. Padahal banyak komoditas Indonesia yang sangat diminati pasar Swiss, seperti produk perikanan, furniture, tekstil olahan, bahan makanan dan sebagainya,” ujar Djoko.
Djoko selanjutnya berharap para pengusaha di Solo dan sekitarnya untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Dalam perdagangan dengan Swiss, Indonesia selalu mengalami defisit dengan rata-rata Rp 2 triliun tiap tahun. Dia berharap, pengusaha di Surakarta mampu memperkecil defisit sekitar 10-15%.
Sementara itu Walikota Surakarta, Joko Widodo, juga mengakui ekspor dari Solo ke Swiss belum stabil. Pada 2008 lalu, Surakarta mengekspor tekstil dan furniture ke Swiss senilai US$ 114 ribu, namun di tahun berikutnya justru turun menjadi US$ 103 ribu. Angka ekspor di 2010 menunjuk pada angka US$ 123 ribu.
Jumat, 30 Desember 2011
Bisnis Lele Sangkuriang
Bisnis budidaya ikan air tawar memang memiliki wilayah yang sangat luas khusunya untuk Jabodetabek.
Salah satu Ikan budidaya air tawar yang cukup memiliki prospek bisnis yang menjanjikan adalah Lele Sangkuriang. Nama Lele Sangkuriang memang belum setenar Ikan Lele Dumbo, namun secara fisik tidak memiliki perbedaan.
Sebenarnya Lele Sangkuriang merupakan keturunan baru Lele Dumbo yang kehadirannya merupakan upaya memperbaiki produktivitas Lele Dumbo yang dirasakan mengalami penurunan.
Kelebihan dari ikan air tawar ini memiliki tekstur daging lebih padat serta dalam proses peternakan juga lebih cepat untuk dipanen, menjadikan ikan Lele Sangkuriang ini sangat digemari baik oleh para pecinta hidangan ikan lele, maupun para peternak lele khususnya di Jabodetabek dan umumnya Indonesia.
Besarnya permintaan ikan lele di Jabodetabek saja berkisar 100 ton per malam menjadikan peluang usaha bisnis ikan Lele Sangkuriang menjadi sangat menarik untuk diikuti bagi para masyarakat yang ingin berternak ikan Lele Sangkuriang.
Permintaan ikan lele sebanyak itu berasal dari sekitar 25.000 pedagang pecel lele di Jabodetabek saja dan belum ditambah dengan permintaan dari luar Jabodetabek.
Hal tersebut yang mengakibatkan didatangkannya ikan lele dari luar daerah seperti dari Subang, Bandung, Purwakarta, Sukabumi dan Jawa Tengah.
Itulah kenyataan saat ini, yang pastinya membuka peluang usaha yang cukup besar bagi para peternak ikan lele untuk meniggkatkan jumlah ternaknya dan juga membuka usaha bagi setiap orang yang ingin beternak Lele Sangkuriang.
Salah satu Ikan budidaya air tawar yang cukup memiliki prospek bisnis yang menjanjikan adalah Lele Sangkuriang. Nama Lele Sangkuriang memang belum setenar Ikan Lele Dumbo, namun secara fisik tidak memiliki perbedaan.
Sebenarnya Lele Sangkuriang merupakan keturunan baru Lele Dumbo yang kehadirannya merupakan upaya memperbaiki produktivitas Lele Dumbo yang dirasakan mengalami penurunan.
Kelebihan dari ikan air tawar ini memiliki tekstur daging lebih padat serta dalam proses peternakan juga lebih cepat untuk dipanen, menjadikan ikan Lele Sangkuriang ini sangat digemari baik oleh para pecinta hidangan ikan lele, maupun para peternak lele khususnya di Jabodetabek dan umumnya Indonesia.
Besarnya permintaan ikan lele di Jabodetabek saja berkisar 100 ton per malam menjadikan peluang usaha bisnis ikan Lele Sangkuriang menjadi sangat menarik untuk diikuti bagi para masyarakat yang ingin berternak ikan Lele Sangkuriang.
Permintaan ikan lele sebanyak itu berasal dari sekitar 25.000 pedagang pecel lele di Jabodetabek saja dan belum ditambah dengan permintaan dari luar Jabodetabek.
Hal tersebut yang mengakibatkan didatangkannya ikan lele dari luar daerah seperti dari Subang, Bandung, Purwakarta, Sukabumi dan Jawa Tengah.
Itulah kenyataan saat ini, yang pastinya membuka peluang usaha yang cukup besar bagi para peternak ikan lele untuk meniggkatkan jumlah ternaknya dan juga membuka usaha bagi setiap orang yang ingin beternak Lele Sangkuriang.
Launching Pemberdayaan Budidaya Lele Sangkuriang Kerja Sama, Kerja Sama Antara Rumah Zakat Dan FIF Di Wilayah ICD Cimenyan Bandung
Rumah Zakat bekerja sama dengan Federal International Finance (FIF) mengadakan Launching Pemberdayaan Budidaya Lele Sangkuriang di wilayah Integrated Community Development (ICD) Cimenyan, Sabtu (26/11).
Kegiatan ini ditujukan untuk warga sekitar wilayah ICD Cimenyan, Bandung. Lokasi peternakan lele ini tepatnya berada di Jl. Pasir Luhur RT 04 RW 11 Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung.
Acara ini mendapat dukungan penuh dari masyarakat sekitar, terbukti dengan antusiasme mereka dalam menyiapkan acara serta tempat untuk launching. Acara dibuka pukul 11.00 WIB, dilanjutkan dengan sambutan dari Program and Project Management Departement Head Rumah Zakat, Yahya Noor Muhammad.
Ia menyampaikan rasa terima kasihnya kepada kepada FIF yang telah bekerjasama dengan Rumah Zakat untuk program pemberdayaan ini. Branch Head FIF cabang Bandung Endang Susilowati juga memberikan apresiasinya kepada Rumah Zakat atas kerjasama yang telah digulirkan.
"Semoga program ini bermanfaat bagi masyarakat setempat dan dapat memberikan penghasilan tambahan yang dapat menyejahterakan", ujarnya.
Masyarakat setempat merasa terbantu dengan adanya dana bergulir dari FIF ini. Selain diberikan modal untuk usaha, penerima manfaat juga diberikan pelatihan cara memelihara lele dengan baik, dari inisiasi hingga pemasarannya.
Diharapkan peternakan ini bisa secara efektif di kelola dan akan menghasilkan kuantitas lele yang berkualitas.
Dalam Launching ini juga diadakan penanda tanganan MOU kerjasama oleh pihak FIF dan Rumah Zakat mengenai pemberdayaan lele sangkuriang ini selama setahun.
Dari pihak FIF ditanda tangani oleh Endang Susilowati selaku Branch Head FIF Cabang Bandung dan dari Rumah Zakat ditanda tangani oleh Chief Fundrising Operational, Asep Nurdin yang diwakili oleh Soleh, Head Of Regional Jawa Barat dan Yahya Noor Muhammad sebagai Program and Project Departement Head. Donasi serta bibit lele diserahkan kepada Ketua RW 11 Cucu Saepudin sebagai salah satu penerima manfaat.
Setelah acara launching selesai, berlanjut dengan acara makan siang di tempat yang sama dengan menu lele dan lauk pauk pendamping masakan dari ibu-ibu setempat. Acara makan siang ini berlangsung hangat, karena jajaran direksi FIF dan Rumah Zakat makan bersama dengan warga setempat.
Agenda dilanjutkan dengan kunjungan pihak FIF ke pabrik Comring (Comro Kering), yang merupakan salah satu binaan Rumah Zakat di wilayah ICD Cimenyan.
Kegiatan ini ditujukan untuk warga sekitar wilayah ICD Cimenyan, Bandung. Lokasi peternakan lele ini tepatnya berada di Jl. Pasir Luhur RT 04 RW 11 Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung.
Acara ini mendapat dukungan penuh dari masyarakat sekitar, terbukti dengan antusiasme mereka dalam menyiapkan acara serta tempat untuk launching. Acara dibuka pukul 11.00 WIB, dilanjutkan dengan sambutan dari Program and Project Management Departement Head Rumah Zakat, Yahya Noor Muhammad.
Ia menyampaikan rasa terima kasihnya kepada kepada FIF yang telah bekerjasama dengan Rumah Zakat untuk program pemberdayaan ini. Branch Head FIF cabang Bandung Endang Susilowati juga memberikan apresiasinya kepada Rumah Zakat atas kerjasama yang telah digulirkan.
"Semoga program ini bermanfaat bagi masyarakat setempat dan dapat memberikan penghasilan tambahan yang dapat menyejahterakan", ujarnya.
Masyarakat setempat merasa terbantu dengan adanya dana bergulir dari FIF ini. Selain diberikan modal untuk usaha, penerima manfaat juga diberikan pelatihan cara memelihara lele dengan baik, dari inisiasi hingga pemasarannya.
Diharapkan peternakan ini bisa secara efektif di kelola dan akan menghasilkan kuantitas lele yang berkualitas.
Dalam Launching ini juga diadakan penanda tanganan MOU kerjasama oleh pihak FIF dan Rumah Zakat mengenai pemberdayaan lele sangkuriang ini selama setahun.
Dari pihak FIF ditanda tangani oleh Endang Susilowati selaku Branch Head FIF Cabang Bandung dan dari Rumah Zakat ditanda tangani oleh Chief Fundrising Operational, Asep Nurdin yang diwakili oleh Soleh, Head Of Regional Jawa Barat dan Yahya Noor Muhammad sebagai Program and Project Departement Head. Donasi serta bibit lele diserahkan kepada Ketua RW 11 Cucu Saepudin sebagai salah satu penerima manfaat.
Setelah acara launching selesai, berlanjut dengan acara makan siang di tempat yang sama dengan menu lele dan lauk pauk pendamping masakan dari ibu-ibu setempat. Acara makan siang ini berlangsung hangat, karena jajaran direksi FIF dan Rumah Zakat makan bersama dengan warga setempat.
Agenda dilanjutkan dengan kunjungan pihak FIF ke pabrik Comring (Comro Kering), yang merupakan salah satu binaan Rumah Zakat di wilayah ICD Cimenyan.
Efisien Pakan Dan Waktu Pembesaran Ikan Dengan Probiotik
Pertumbuhan Ikan Budi Daya yang cepat tidak hanya membuat hati senang tetapi juga menekan pengeluaran untuk pakan,mempercepat masa panen dan ikan bisa dipanen dalam ukuran yang seimbang.
Banyak pengalaman petani budi daya ikan harus melakukan panen secara bertahap karena ukuran ikan saat ditebar sama tetapi mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda.
Karena itu beberapa rekayasa dan upaya dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ikan dan ukuran yang seragam dengan demikian efisiensi produksi budi daya ikan menjadi cukup baik.
Beberapa petani ikan menempuh cara dengan memberikan makanan berprotein tinggi dan memberikan makanan alami seperti keong, bekicot dan lain-lain. Akan tetapi pemberian pakan alami terkendala karena tidak praktis.
Pada beberapa budi daya ikan seperti budi daya ikan guramih, Ikan Lele, Ikan Nila, Ikan mas dan lain sebagainya, pemberian probiotik telah dirasakan manfatnya dalam mempercepat pertumbuhan dalam budidaya ikan.
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang sangat bermanfaat bagi makhluk hidup. Mikroorganisme yang terkandung pada Probiotik mampu membantu pencernakan makanan pada tuhuh hewan dan manusia sehingga makanan yang mengandung probiotik akan mampu dicerna dan diserap tubuh dengan baik.
Selain itu probiotik mampu meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan penyakit.
Pada Budi Daya Ikan probiotik diberikan sebagai campuran makanan dan ada yang ditaburkan pada kolam pemeliharaan.
Untuk Probiotik yang dicampur pakan, bisa dicampurkan dengan pakan buatan pabrik (pelet) maupun pakan alami seperti daun-daunan. Penebaran probiotik pada kolam akan membantu tumbuhnya plankton-plankton dan mikroorganisme lainnya dalam air kolam sebagai makanan alami ikan.
Probiotik jenis ini akan menggemburkan dasar kolam sekaligus memelihara kualitas air seperti Nature atau Super Plankton. Probiotik ini cukup diguyurkan ke air kolam pada pagi hari setiap dua minggu sekali supaya air selalu sehat, tidak blooming dan penuh dengan plankton sebagai pakan alami.
Pengalaman dari Himawas Atasasih, pemilik HMPS di Jl Sutijap 23 Wates, Kulonprogo, Para petani Ikan Guramih Kulonprogo sudah terbiasa memakai probiotik dicampur pakan.
Misalnya, probiotik RajaGrameh, RajaLele, MasterFish, SPF atau Nature yang mudah diperoleh di toko pakan ternak atau toko pertanian. Dengan campuran probiotik dan pelet membuat metabolisme dan pencernaan ikan sempurna.
Sebagian besar, 90% pakan yang masuk ke tubuh akan menjadi daging ikan.
Pengalaman Pak Jumadi, petani gurami dari Desa Ceme, Srigading, Sanden, Bantul membenarkan pemberian probiotik sangat membantu pertumbuhan ikan.
Saat melihat di kolamnya banyak gurami stres dan mengambang bahkan beberapa mati, dia secepatnya mengguyurkan sebotol probiotik Nature campur segenggam gula pasir ke kolam. Keesokan harinya air kembali hijau jernih dan semua guraminya sehat kembali.
Pengalaman para petani ikan Gurami di Desa Jambidan, Bantul Yogyakarta telah meninggalkan cara konvensional budi daya guramih dan beralih ke cara modern dengan memanfaatkan probiotik.
Budi Daya ikan dengan cara konvensional 30 kg pelet hanya menjadi 22 kg daging ikan, dengan sistem Guba (Gugus Simba) bisa menjadi 28-30 kg atau konversinya 1:1.
Artinya, ikan lebih berbobot karena penambahan probiotik akan menjadikan 90% pakan menjadi daging dan hanya 10% yang dibuang sebagai amoniak.
Menurut Wiwied Usman, Sekjen PerMina sekaligus pembudi daya Ikan Gurami, Kelebihan lain penerapan sistem Guba, pertumbuhan lebih cepat sehingga waktu pemeliharaan lebih pendek.
Bila dengan sistem konvensional untuk mencapai berat 1 kg butuh waktu dua tahun, dengan sistem Guba hanya butuh waktu satu tahun.
Pengalaman mereka untuk mencapai 8-9 ons dari ukuran silet cukup dalam waktu 9 bulan dengan kombinasi pakan daun sekali sehari. Cara konvensional tanpa penambahan probiotik pada pakan, setahun baru mencapai berat 6-7 ons.
Pakar gurami dari Jurusan Perikanan UGM Ir Gandung Hardaningsih menguraikan, dari berbagai riset, probiotik memang terbukti bagus untuk pemeliharaan air kolam dan pemacu pertumbuhan ikan. Karena ada introduksi mikroba positif maka kolam menjadi lebih sehat dan ikan juga lebih kuat terhadap stres dan penyakit.
Yang pasti, pertumbuhan ikan bisa sangat pesat karena probiotik juga merangsang nafsu makan.
“Saya kira probiotik akan menjadi andalan para petani ikan di masa depan karena manfaatnya sangat besar pada pertumbuhan ikan sehingga cukup berarti dengan keuntungan yang didapat,’’ tandasnya. Probiotik ibarat benteng pertahanan diri, sebaiknya diberikan sejak dini.
Begitu bibit mau masuk kolam, tiga hari sebelumnya air kolam harus diguyur probiotik Nature atau SPF lebih dahulu agar kondisi air cepat matang dan tumbuh banyak plankton. Selanjutnya, pemberian probiotik untuk pemeliharaan air cukup dua minggu sekali atau ketika kondisi air menurun kualitasnya.
PERBANDINGAN HASIL BUDI DAYA IKAN GURAMI DENGAN CARA KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN PROBIOTIK
Biaya 1.000 ekor bibit gurami ukuran silet/korek dengan harga Rp 1.000,-/ekor , membutuhkan pakan 30 sak (harga Rp 210.000).
Total modal sekitar Rp 7,5 juta. Cara konvensional akan menghasilkan ikan sekitar 7 kuintal. Dengan harga panen Rp 20.000 /kg pendapatan petani sekitar Rp 14 juta.
Keuntungan sekitar Rp 6 jutaan.
Sistem Guba memberikan terobosan pada berat ikan. Dengan penambahan probiotik seperti RajaGrameh, RajaLele, Nutrisi Simba, ditambah SPF yang dicampurkan pada pakan maka hasil panen bisa mencapai 9 kuintal. Berarti pendapatan petani mencapai Rp 18 juta. Jadi, ada selisih 2 kuintal, senilai Rp 4 juta, jauh lebih untung dibanding cara biasa.
Biaya tambahan untuk membeli probiotikpun tidaklah mahal, dua tutup RajaGrameh ditambah 1 tutup SPF untuk mencampur 5 kg pakan pelet, terbukti hasilnya luar biasa.
Padahal untuk 30 sak pakan hanya dibutuhkan biaya tambahan untuk pembelian probiotik Rp 400 ribu saja.
Yakni, untuk pemacu tumbuh Rp 200 ribu, untuk penambah bobot Rp 100 ribu, dan untuk pengobatan Rp 100 ribu. Jadi, penambahan biaya Rp 400 ribu, tambahan keuntungannya Rp 4 juta.
Sumber:
1. http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=45237
Banyak pengalaman petani budi daya ikan harus melakukan panen secara bertahap karena ukuran ikan saat ditebar sama tetapi mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda.
Karena itu beberapa rekayasa dan upaya dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ikan dan ukuran yang seragam dengan demikian efisiensi produksi budi daya ikan menjadi cukup baik.
Beberapa petani ikan menempuh cara dengan memberikan makanan berprotein tinggi dan memberikan makanan alami seperti keong, bekicot dan lain-lain. Akan tetapi pemberian pakan alami terkendala karena tidak praktis.
Pada beberapa budi daya ikan seperti budi daya ikan guramih, Ikan Lele, Ikan Nila, Ikan mas dan lain sebagainya, pemberian probiotik telah dirasakan manfatnya dalam mempercepat pertumbuhan dalam budidaya ikan.
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang sangat bermanfaat bagi makhluk hidup. Mikroorganisme yang terkandung pada Probiotik mampu membantu pencernakan makanan pada tuhuh hewan dan manusia sehingga makanan yang mengandung probiotik akan mampu dicerna dan diserap tubuh dengan baik.
Selain itu probiotik mampu meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan penyakit.
Pada Budi Daya Ikan probiotik diberikan sebagai campuran makanan dan ada yang ditaburkan pada kolam pemeliharaan.
Untuk Probiotik yang dicampur pakan, bisa dicampurkan dengan pakan buatan pabrik (pelet) maupun pakan alami seperti daun-daunan. Penebaran probiotik pada kolam akan membantu tumbuhnya plankton-plankton dan mikroorganisme lainnya dalam air kolam sebagai makanan alami ikan.
Probiotik jenis ini akan menggemburkan dasar kolam sekaligus memelihara kualitas air seperti Nature atau Super Plankton. Probiotik ini cukup diguyurkan ke air kolam pada pagi hari setiap dua minggu sekali supaya air selalu sehat, tidak blooming dan penuh dengan plankton sebagai pakan alami.
Pengalaman dari Himawas Atasasih, pemilik HMPS di Jl Sutijap 23 Wates, Kulonprogo, Para petani Ikan Guramih Kulonprogo sudah terbiasa memakai probiotik dicampur pakan.
Misalnya, probiotik RajaGrameh, RajaLele, MasterFish, SPF atau Nature yang mudah diperoleh di toko pakan ternak atau toko pertanian. Dengan campuran probiotik dan pelet membuat metabolisme dan pencernaan ikan sempurna.
Sebagian besar, 90% pakan yang masuk ke tubuh akan menjadi daging ikan.
Pengalaman Pak Jumadi, petani gurami dari Desa Ceme, Srigading, Sanden, Bantul membenarkan pemberian probiotik sangat membantu pertumbuhan ikan.
Saat melihat di kolamnya banyak gurami stres dan mengambang bahkan beberapa mati, dia secepatnya mengguyurkan sebotol probiotik Nature campur segenggam gula pasir ke kolam. Keesokan harinya air kembali hijau jernih dan semua guraminya sehat kembali.
Pengalaman para petani ikan Gurami di Desa Jambidan, Bantul Yogyakarta telah meninggalkan cara konvensional budi daya guramih dan beralih ke cara modern dengan memanfaatkan probiotik.
Budi Daya ikan dengan cara konvensional 30 kg pelet hanya menjadi 22 kg daging ikan, dengan sistem Guba (Gugus Simba) bisa menjadi 28-30 kg atau konversinya 1:1.
Artinya, ikan lebih berbobot karena penambahan probiotik akan menjadikan 90% pakan menjadi daging dan hanya 10% yang dibuang sebagai amoniak.
Menurut Wiwied Usman, Sekjen PerMina sekaligus pembudi daya Ikan Gurami, Kelebihan lain penerapan sistem Guba, pertumbuhan lebih cepat sehingga waktu pemeliharaan lebih pendek.
Bila dengan sistem konvensional untuk mencapai berat 1 kg butuh waktu dua tahun, dengan sistem Guba hanya butuh waktu satu tahun.
Pengalaman mereka untuk mencapai 8-9 ons dari ukuran silet cukup dalam waktu 9 bulan dengan kombinasi pakan daun sekali sehari. Cara konvensional tanpa penambahan probiotik pada pakan, setahun baru mencapai berat 6-7 ons.
Pakar gurami dari Jurusan Perikanan UGM Ir Gandung Hardaningsih menguraikan, dari berbagai riset, probiotik memang terbukti bagus untuk pemeliharaan air kolam dan pemacu pertumbuhan ikan. Karena ada introduksi mikroba positif maka kolam menjadi lebih sehat dan ikan juga lebih kuat terhadap stres dan penyakit.
Yang pasti, pertumbuhan ikan bisa sangat pesat karena probiotik juga merangsang nafsu makan.
“Saya kira probiotik akan menjadi andalan para petani ikan di masa depan karena manfaatnya sangat besar pada pertumbuhan ikan sehingga cukup berarti dengan keuntungan yang didapat,’’ tandasnya. Probiotik ibarat benteng pertahanan diri, sebaiknya diberikan sejak dini.
Begitu bibit mau masuk kolam, tiga hari sebelumnya air kolam harus diguyur probiotik Nature atau SPF lebih dahulu agar kondisi air cepat matang dan tumbuh banyak plankton. Selanjutnya, pemberian probiotik untuk pemeliharaan air cukup dua minggu sekali atau ketika kondisi air menurun kualitasnya.
PERBANDINGAN HASIL BUDI DAYA IKAN GURAMI DENGAN CARA KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN PROBIOTIK
Biaya 1.000 ekor bibit gurami ukuran silet/korek dengan harga Rp 1.000,-/ekor , membutuhkan pakan 30 sak (harga Rp 210.000).
Total modal sekitar Rp 7,5 juta. Cara konvensional akan menghasilkan ikan sekitar 7 kuintal. Dengan harga panen Rp 20.000 /kg pendapatan petani sekitar Rp 14 juta.
Keuntungan sekitar Rp 6 jutaan.
Sistem Guba memberikan terobosan pada berat ikan. Dengan penambahan probiotik seperti RajaGrameh, RajaLele, Nutrisi Simba, ditambah SPF yang dicampurkan pada pakan maka hasil panen bisa mencapai 9 kuintal. Berarti pendapatan petani mencapai Rp 18 juta. Jadi, ada selisih 2 kuintal, senilai Rp 4 juta, jauh lebih untung dibanding cara biasa.
Biaya tambahan untuk membeli probiotikpun tidaklah mahal, dua tutup RajaGrameh ditambah 1 tutup SPF untuk mencampur 5 kg pakan pelet, terbukti hasilnya luar biasa.
Padahal untuk 30 sak pakan hanya dibutuhkan biaya tambahan untuk pembelian probiotik Rp 400 ribu saja.
Yakni, untuk pemacu tumbuh Rp 200 ribu, untuk penambah bobot Rp 100 ribu, dan untuk pengobatan Rp 100 ribu. Jadi, penambahan biaya Rp 400 ribu, tambahan keuntungannya Rp 4 juta.
Sumber:
1. http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=45237
Pelatihan Kewirausaahan Pembenihan Dan Pembesaran Lele Sangkuriang PPNSI Kota Bogor
Sampai saat ini, permintaan ikan lele setiap tahun mengalami peningkatan. Kebutuhan lele di wilayah Jabodetabek diperkirakan sekitar 75 ton sehari, sedangkan kebutuhan di daerah Bogor (Kota dan Kabupaten) diperkirakan 10 ton per hari.
Secara lokal, petani Bogor baru mampu mencukupi 3 ton per hari.
Pengetahuan Masyarakat mengenai kandungan gizi ikan lele semakin meningkat.
Nilai gizi ikan lele termasuk tinggi dan baik untuk kesehatan karena tergolong makanan dengan kandungan lemak yang relatif rendah dan mineral yang relatif tinggi.
Dalam setiap 100 gram, kandungan lemak ikan ini hanya dua gram jauh lebih rendah dibandingkan dengan sapi (14 gram), apalagi daging ayam (25 gram).
Kandungan lemak tak jenuhnya tinggi. Sehingga sangat mendukung metabolisme dalam tubuh.
Lemak dalam daging lele mengandung poli asam lemak tidak jenuh (PUFA) yang terdiri dari omega-3 dan omega-6.
PUFA tidak disintesa tubuh, sehingga harus diperoleh dari makanan. Lemak ikan lele dapat menurunkan LDL (Low Density Lipid), kolesterol dalam plasma darah.
Kandungan protein lele sangat tinggi, sekitar 20 persen. . Daging lele dapat merangsang perkembangan otak anak, kandungan gizi lele sangat tinggi, banyak mengandung vitamin A.
Program pelatihan budidaya lele yang dilaksanakan PPNSI ( Perhimpunan petani nelayan sejahtera Indonesia) Kota Bogor kerja Sama dengan Rekan Tani Sejahtera adalah sebagai upaya meningkatkan produksi lele untuk mencukupi suplai kebutuhan minimal daerah Bogor dan juga pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan jiwa wirausaha demi memperbaiki taraf hidup masyarakat.
Program pelatihan ini meliputi pengajaran oleh keilmuan akademisi, peninjauan lapangan,dan pendampingan masyarakat. Lebih fokus tujuan program ini adalah meningkatkan pendapatan peserta melalui pengembangan unit usaha penunjang.
RUANG LINGKUP KEGIATAN TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN
Pelatihan Insya Alloh akan dilakukan di Kolam Lele Sangkuriang Rekan Tani Sejahtera beralamat di Bubulak Tarikolot, RT 001/003 Ciluar, Bogor Utara, Kota Bogor.
Pelatihan insya Alloh dilaksanakan hari Sabtu, 26 Februari 2011 dengan metode pengajaran dengan metode kuliah dan studi lapang. Tindak lanjut kegiatan itu adalah program pendampingan ke tempat peserta akan menerapkan ilmu dan metode budidaya lele yang sudah didapat.
PESERTA DAN PEMATERI
Kegiatan ini akan melibatkan 20 peserta yang terdiri dari pemuda usia produktif (usia 18 – 35 tahun) lulusan sekolah menengah atas khususnya SMA / MA untuk diberikan pelatihan baik pengetahuan maupun keterampilan di bidang agribisnis perikanan darat khususnya ikan lele.
Peserta berasal dari kumpulan beberapa kelurahan dan di tiap kelurahan minimal mengirimkan 3 orang perwakilannya.
Pemberi materi kuliah berasal dari Rekan Tani Sejahtera, Usaha dan konsultan yang bergerak di bidang Lele sangkuriang, Alumni dari Institut Pertanian Bogor.
Pemberi materi motivasi kewirausahaan dari Trainer, dan pendampingan dari tim PPNSI Kota Bogor
Program Pelatihan Lele Sangkuriang
Pelatihan Pembenihan dan Pembesaran Lele Sangkuriang Dengan menggunakan Terpal Rekan Tani Sejahtera
A. Materi dan Praktek Pembenihan
1. Persiapan kolam pembenihan
- Pembuatan rangka Pembenihan dan Pemijahan kolam terpal
- Pembuatan terpal Pembenihan dan pemijahan kolam terpal
- Persiapan air kolam pemijahan
- Pembuatan kakaban
- Persiapan kolam pemijahan
- Waktu pemijahan yang baik
- Persiapan air pemijahan
- Penyusunan kakaban yang efektif dan maksimal
- Seleksi induk yang matang gonad/ siap kawin
- Jumlah ekor pemijahan yang ideal
- Pemindahan kakaban ke kolam pemijahan
- Cara peletakan kakaban ke kolam pemijahan
- Pemberian pakan alami
- Pemberian pakan pabrik dan jenis2nya
- Sortir
- Pemberian vitamin dan probiotik
- Pengobatan
- Pengaturan tinggi air kolam
- Cara panen yang aman
- Cara transportasi benih yang baik
- Biaya Investasi
- Biaya Produksi
B. Materi Praktek dan Pembesaran
1. Persiapan kolam pembesaran- Pembuatan rangka Pembesaran kolam terpal
- Pemupukan Air
- pesiapan air
- Aklimatisasi Air
- Pengecekan benih
- Pemberian pakan
- Probiotik dan vitamin
- Pengobatan
- Sampling
- Pengaturan tinggi air kolam
- Sortir panen
- Transportasi ikan
- Biaya Investasi
- Biaya Produksi
Kamis, 29 Desember 2011
LPNU Bogor Panen Lele Sangkuriang
Enam bulan telah berlalu, pelatihan budidaya lele yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Lembaga Perekonomian NU (LPNU) untuk para petani se-Jabodetabek yang dilaksanakan Cisarua-Puncak Bogor telah membuahkan hasil.
Dua orang petani yang semula tidak mengerti sama sekali mengenai budidaya lele Sangkuriang dikirim oleh Pengurus Cabang Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama Kabupaten Bogor.
Hasilnya sampai saat ini telah 2 kali panen, dengan hasil yang cukup memuaskan.
Bahkan bukan hanya disitu saja, PC LPNU Kab.Bogor telah mengembangkan sendiri pemijahan lele Sangkuriang, jika 3 bulan yang lalu masih membeli bibit dari tempat lain (Ciawi-Bogor ) maka saat ini kebutuhan bibit lele Sangkuriang dapat dipenuhi sendiri.
Sekretaris PCNU Bogor Akhsan Ustadhi menjelaskan ini LPNU Kab Bogor bekerja sama dengan alumni Institut Pertanian Bogor sedang mengembangkan pembuatan pakan untuk lele Sangkuriang sehingga ke depan kebutuhan pakan lele dapat dipenuhi sendiri untuk minimalisir anggaran pakan.
Ada rencana pakan tersebut dipasarkan untuk lingkungan NU Kab Bogor.
Hasil Panen tersebut juga dinikmati secara langsung oleh jama’ah NU setiap malam Sabtu dalam pengajian rutin PCNU tafsir Syech Abdul Qodir Jaelani dalam bentuk hidangan pecel lele, begitu juga dalam acara lailatul Ijtima’ setiap dua bulan sekali.
Dua orang petani yang semula tidak mengerti sama sekali mengenai budidaya lele Sangkuriang dikirim oleh Pengurus Cabang Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama Kabupaten Bogor.
Hasilnya sampai saat ini telah 2 kali panen, dengan hasil yang cukup memuaskan.
Bahkan bukan hanya disitu saja, PC LPNU Kab.Bogor telah mengembangkan sendiri pemijahan lele Sangkuriang, jika 3 bulan yang lalu masih membeli bibit dari tempat lain (Ciawi-Bogor ) maka saat ini kebutuhan bibit lele Sangkuriang dapat dipenuhi sendiri.
Sekretaris PCNU Bogor Akhsan Ustadhi menjelaskan ini LPNU Kab Bogor bekerja sama dengan alumni Institut Pertanian Bogor sedang mengembangkan pembuatan pakan untuk lele Sangkuriang sehingga ke depan kebutuhan pakan lele dapat dipenuhi sendiri untuk minimalisir anggaran pakan.
Ada rencana pakan tersebut dipasarkan untuk lingkungan NU Kab Bogor.
Hasil Panen tersebut juga dinikmati secara langsung oleh jama’ah NU setiap malam Sabtu dalam pengajian rutin PCNU tafsir Syech Abdul Qodir Jaelani dalam bentuk hidangan pecel lele, begitu juga dalam acara lailatul Ijtima’ setiap dua bulan sekali.
Bisnis Budidaya Ikan Lele Sangkuriang Di Tonggara
Sebagian orang menilai, ikan lele merupakan jenis ikan yang kotor dan jorok. Itu mungkin dulu, ketika ikan lele terkenal dengan pemakan segalanya dan hidup di air yang kotor.
Namun bila melihat sekarang, ikan lele justru banyak diburu oleh penggemar makanan berprotein tinggi. Karenanya tak heran, jika saat ini banyak orang Kabupaten Tegal yang membudidaya ikan lele.
Seperti yang dilakukan oleh warga RT 21 RW 03 Desa Ujungrusi Kecamatan Adiwerna ini. Di usianya yang menginjak 47 tahun, pria yang memiliki nama lengkap Agus Nursidik ini, sejak 5 bulan terakhir telah membudidaya ikan lele jenis Sangkuriang.
Ikan tersebut ia ternak di atas tanah seluas 4.000 meter persegi di Dukuh Margajaya Desa Tonggara Kecamatan Kedungbanteng.
Agus mengaku memiliki 18 kolam yang digunakan untuk pembesaran. Sedangkan yang digunakan untuk pemijahan dan induk, masing-masing 1 kolam. Kolam tersebut memiliki luas yang berbeda. Khusus untuk kolam pembesaran, panjangnya 4 meter, lebar 3 meter dan tinggi 0,5 meter.
Sedangkan kolam induk, ia membuatkan kolam dengan panjang 6 meter, lebar 4 meter dan tingginya 1 meter. Untuk kolam pemijahan hampir sama dengan kolam pembesaran, yaitu panjangnya 3 meter, lebar 2 meter serta tingginya 1 meter.
"Diperkirakan, jumlah ikan saya mencapai sekitar 80 ribu ekor," kata Agus, Rabu (19/10).
Meskipun jumlah ikannya sudah banyak, namun bapak dari tiga anak ini mengaku, belum memiliki pelanggan tetap yang membeli ikan hasil budidayanya.
Mengingat demikian, Agus tak lantas kecewa karena tidak dipungkiri, budidaya ikan lele di daerah itu belum lama usianya.
"Mungkin sekitar 5 bulanan, saya budidaya ikan lele ini," imbuhnya.
Agus yang saat ini menduduki kursi Kepala Tata Usaha (TU) SMP Negeri 2 Talang mengaku baru kali pertama budidaya ikan lele.
Menurutnya, dari beberapa jenis ikan lele yang berhasil dibudidayakan di Indonesia, jenis ikan lele sangkuriang merupakan jenis ikan lele yang menjadi primadona para penggemar hidangan makanan tersebut. Tekstur daging ikan lele sangkuriang ini, lebih padat serta lebih cepat untuk dipanennya.
Budidaya ikan lele, Agus dibantu oleh anak sulungnya yang bernama Amin Sidik Purwanto (25). Lulusan sarjana komputer ini mengaku, lebih menyukai ternak ikan lele dibanding bergelut dengan komputer.
"Anak saya telaten sekali. Dia mampu merawat puluhan ribu ikan lele. Saya juga bangga terhadapnya (Amin Sidik, red)," cetusnya.
Rencana ke depan, apabila sudah memiliki pelanggan tetap, Agus bakal menambah kolam lagi. Tujuannya, supaya sirkulasi udara untuk ikan lebih leluasa.
Saat ini, ikan tampak kesulitan menghirup oksigen karena kondisi kolamnya sangat padat oleh ikan-ikan tersebut. "Usia ikan yang terbesar, 68 atau sekitar 1 bulan lebih," pungkasnya.
Namun bila melihat sekarang, ikan lele justru banyak diburu oleh penggemar makanan berprotein tinggi. Karenanya tak heran, jika saat ini banyak orang Kabupaten Tegal yang membudidaya ikan lele.
Seperti yang dilakukan oleh warga RT 21 RW 03 Desa Ujungrusi Kecamatan Adiwerna ini. Di usianya yang menginjak 47 tahun, pria yang memiliki nama lengkap Agus Nursidik ini, sejak 5 bulan terakhir telah membudidaya ikan lele jenis Sangkuriang.
Ikan tersebut ia ternak di atas tanah seluas 4.000 meter persegi di Dukuh Margajaya Desa Tonggara Kecamatan Kedungbanteng.
Agus mengaku memiliki 18 kolam yang digunakan untuk pembesaran. Sedangkan yang digunakan untuk pemijahan dan induk, masing-masing 1 kolam. Kolam tersebut memiliki luas yang berbeda. Khusus untuk kolam pembesaran, panjangnya 4 meter, lebar 3 meter dan tinggi 0,5 meter.
Sedangkan kolam induk, ia membuatkan kolam dengan panjang 6 meter, lebar 4 meter dan tingginya 1 meter. Untuk kolam pemijahan hampir sama dengan kolam pembesaran, yaitu panjangnya 3 meter, lebar 2 meter serta tingginya 1 meter.
"Diperkirakan, jumlah ikan saya mencapai sekitar 80 ribu ekor," kata Agus, Rabu (19/10).
Meskipun jumlah ikannya sudah banyak, namun bapak dari tiga anak ini mengaku, belum memiliki pelanggan tetap yang membeli ikan hasil budidayanya.
Mengingat demikian, Agus tak lantas kecewa karena tidak dipungkiri, budidaya ikan lele di daerah itu belum lama usianya.
"Mungkin sekitar 5 bulanan, saya budidaya ikan lele ini," imbuhnya.
Agus yang saat ini menduduki kursi Kepala Tata Usaha (TU) SMP Negeri 2 Talang mengaku baru kali pertama budidaya ikan lele.
Menurutnya, dari beberapa jenis ikan lele yang berhasil dibudidayakan di Indonesia, jenis ikan lele sangkuriang merupakan jenis ikan lele yang menjadi primadona para penggemar hidangan makanan tersebut. Tekstur daging ikan lele sangkuriang ini, lebih padat serta lebih cepat untuk dipanennya.
Budidaya ikan lele, Agus dibantu oleh anak sulungnya yang bernama Amin Sidik Purwanto (25). Lulusan sarjana komputer ini mengaku, lebih menyukai ternak ikan lele dibanding bergelut dengan komputer.
"Anak saya telaten sekali. Dia mampu merawat puluhan ribu ikan lele. Saya juga bangga terhadapnya (Amin Sidik, red)," cetusnya.
Rencana ke depan, apabila sudah memiliki pelanggan tetap, Agus bakal menambah kolam lagi. Tujuannya, supaya sirkulasi udara untuk ikan lebih leluasa.
Saat ini, ikan tampak kesulitan menghirup oksigen karena kondisi kolamnya sangat padat oleh ikan-ikan tersebut. "Usia ikan yang terbesar, 68 atau sekitar 1 bulan lebih," pungkasnya.
Ribuan Bibit Lele Di Bojonegoro Mati
Penyebabnya diduga akibat cuaca labil, dimana terjadi panas dan mendadak hawa dingin, diikuti hujan turun tiga hari berturut-turut.
Tercatat ada empat petak benih lele terlihat mengambang mati. Pengelola Balai benih bahkan tidak berani menjual khusus benih lele karena masih dalam pengawasan.
“Benih lele dalam perawatan. Belum berani kita menjual,” ujar seorang petugas di Balai Benih Ikan Mojoranu, Bojonegoro, pada Tempo, Rabu (28/7). Sarannya, selama kondisi cuaca belum menentu, pihak Dinas Peternkan dan Perikanan untuk mencampur air kolam dengan garam agar kondisi netral. “Dengan campuran tepat,”
Ribuan bibit lele itu, diketahui mati setelah hujan turun berturut-turut mulai Minggu (25/7) hingga Rabu (28/7). Di beberapa kolam di Kecamatan Kapas, seperti di Mojoranu, sebagian di Ngraseh.
Kemudian bibit ikan di beberapa titik di Kota Bojonegoro, juga ditemukan mati. Kemungkinan, bibit lele itu mati karena terjadi perubahan suhu yang drastis selama satu pekan terakhir ini.
Di Balai Benih Ikan milik Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro di Mojoranu, juga mengalami hal sama. Ribuan benih bibit lele umur sekitar satu bulan juga ditemukan mati.
Tercatat ada empat petak benih lele terlihat mengambang mati. Pengelola Balai benih bahkan tidak berani menjual khusus benih lele karena masih dalam pengawasan.
“Benih lele dalam perawatan. Belum berani kita menjual,” ujar seorang petugas di Balai Benih Ikan Mojoranu, Bojonegoro, pada Tempo, Rabu (28/7).
Belum dihitung berapa kerugian akibat benih lele yang mati itu.
Akibat penolakan itu, sejumlah peternak ikan kecewa. Apalagi, Balai Benih Ikan di Mojorani sebagai tempat pembelian ikan relatif murah harganya.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro Tukiwan Yusa mengatakan, akan melakukan penelitian atas benih lele yang mati.
Dia mengaku, belum mendapat laporan soal ribuan benih lele yang mati di Balai Benih Ikan di Mojoranu. ”Terus terang, saya belum dapat laporannya,” tegasnya pada Tempo, Rabu (28/7) siang.
Menurutnya, selain karena perubahan cuaca ekstrim, kadar asam air hujan yang terus-menerus selama tiga hari juga berdampak buruk bagi benih ikan lele.
Bila Lele Sangkuriang Pulang Kolam
Adalah hasil kerja selama empat tahun (2000-2004) yang kemudian diberi nama lele Sangkuriang. Nama yang dihasilkan dari kesepakatan antar tim pemulianya dengan tim penilai pelepasan. Dengan performa pertumbuhan yang unggul, lele Sangkuriang akhirnya menyebar ke seluruh pelosok nusantara.
Tentu, hanya barang bagus yang akan dipalsu sehingga banyak juga lele Sangkuriang palsu. Juga, ada yang ikut numpang beken dengan mengklaim bahwa lele Sangkuriang adalah hasil jerih payahnya!
Mungkin ada yang tidak mengetahui bahwa sesungguhnya lele Sangkuriang merupakan hasil kerja keras dan konsisten sebuah tim di lembaga pemerintah, BBAT Sukabumi (sekarang BBPBAT Sukabumi). Pada perjalanannya, lele Sangkuriang telah melalui beragam uji coba sebelum disebar ke masyarakat.
Pada uji coba tersebut diantaranya adalah uji lapang di tingkat pembudidaya di beberapa tempat di Pulau Jawa (Tahun 2003); abah Nasrudin Gadog, yang kemudian dikenal pendekar lele Sangkuriang, hanyalah salah satu tempat uji coba lele Sangkuriang hasil BBPBAT.
Validasi hasil serangkaian uji coba kemudian dilakukan penilaian oleh Tim Penilaian Pelepasan Varietas Departemen Kelautan dan Perikanan (25 Mei 2004) sebelum akhirnya dilepas secara resmi dengan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Nomor 26/MEN/2004 Tanggal 21 Juli 2004).
Juga, pada tahun pertama pelepasannya, lele Sangkuriang kurang mendapat respon dari masyarakat sehingga dibagikan secara gratis ke berbagai daerah (hingga Maret 2005 lebih dari 1.000 ekor induk telah didiseminasikan kepada Balai benih milik Dinas propinsi/kabupaten ataupun unit pembenihan rakyat).
Tentu saja, para pembudidaya yang sebelumnya jadi tempat uji coba, menjadi penerima pertama lele Sangkuriang, termasuk abah Nasrudin.
Yang juga perlu diketahui adalah bahwa mempertahankan kualitas lele Sangkuriang masih terus dilakukan sejalan dengan upaya untuk meningkatkan kualitas itu sendiri.
Suatu pusat induk lele nasional (broodstock center) berbasis jaringan antar lembaga pemerintah (mudah-mudahan akan juga bergabung para swasta/stake holder) sudah disepakati untuk kepentingan mempertahankan dan meningkatkan kualitas tersebut dengan didampingi para ahli yang kompeten.
Pertemuan pusat induk tersebut sudah menyepakati suatu road map disertai dengan protokol untuk upaya diatas.
Pada dasarnya upaya mempertahankan kualitas lele Sangkuriang tidak sulit namun complicated, demikian pula upaya meningkatkan kualitas.
Secara sederhana, upaya mempertahankan dan meningkatkan kualitas lele Sangkuriang dimaksudkan agar lele Sangkuriang punya tempat untuk kembali.
Jika karena banyaknya pemalsuan di masyarakat ataupun terjadi penurunan kualitas (ingat kasus lele dumbo) sehingga tidak ekonomis lagi sebagai suatu usaha, maka masyarakat bisa datang ke BBPBAT untuk mendapatkan lele Sangkuriang yang asli dan terjaga kualitasnya.
Jika ada orang yang mengaku sebagai penemu dan pemberi nama lele Sangkuriang maka siapapun dapat membuktikan keaslian dan klaim tersebut dengan membandingkan bagaimana proses produksi dan tim yang bekerja untuk lele Sangkuriang di BBPBAT Sukabumi.
Dan jika saatnya tiba upaya mempertahankan kualitas sampai pada batasnya atau bahkan sebelum batas itu mendekati maka tim BBPBAT, ataupun tim lainnya di instansi lain, akan meluncurkan generasi penerus lele Sangkuriang dengan performa yang lebih bagus lagi, apapun namanya nanti.
Tentu, hanya barang bagus yang akan dipalsu sehingga banyak juga lele Sangkuriang palsu. Juga, ada yang ikut numpang beken dengan mengklaim bahwa lele Sangkuriang adalah hasil jerih payahnya!
Mungkin ada yang tidak mengetahui bahwa sesungguhnya lele Sangkuriang merupakan hasil kerja keras dan konsisten sebuah tim di lembaga pemerintah, BBAT Sukabumi (sekarang BBPBAT Sukabumi). Pada perjalanannya, lele Sangkuriang telah melalui beragam uji coba sebelum disebar ke masyarakat.
Pada uji coba tersebut diantaranya adalah uji lapang di tingkat pembudidaya di beberapa tempat di Pulau Jawa (Tahun 2003); abah Nasrudin Gadog, yang kemudian dikenal pendekar lele Sangkuriang, hanyalah salah satu tempat uji coba lele Sangkuriang hasil BBPBAT.
Validasi hasil serangkaian uji coba kemudian dilakukan penilaian oleh Tim Penilaian Pelepasan Varietas Departemen Kelautan dan Perikanan (25 Mei 2004) sebelum akhirnya dilepas secara resmi dengan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Nomor 26/MEN/2004 Tanggal 21 Juli 2004).
Juga, pada tahun pertama pelepasannya, lele Sangkuriang kurang mendapat respon dari masyarakat sehingga dibagikan secara gratis ke berbagai daerah (hingga Maret 2005 lebih dari 1.000 ekor induk telah didiseminasikan kepada Balai benih milik Dinas propinsi/kabupaten ataupun unit pembenihan rakyat).
Tentu saja, para pembudidaya yang sebelumnya jadi tempat uji coba, menjadi penerima pertama lele Sangkuriang, termasuk abah Nasrudin.
Yang juga perlu diketahui adalah bahwa mempertahankan kualitas lele Sangkuriang masih terus dilakukan sejalan dengan upaya untuk meningkatkan kualitas itu sendiri.
Suatu pusat induk lele nasional (broodstock center) berbasis jaringan antar lembaga pemerintah (mudah-mudahan akan juga bergabung para swasta/stake holder) sudah disepakati untuk kepentingan mempertahankan dan meningkatkan kualitas tersebut dengan didampingi para ahli yang kompeten.
Pertemuan pusat induk tersebut sudah menyepakati suatu road map disertai dengan protokol untuk upaya diatas.
Pada dasarnya upaya mempertahankan kualitas lele Sangkuriang tidak sulit namun complicated, demikian pula upaya meningkatkan kualitas.
Secara sederhana, upaya mempertahankan dan meningkatkan kualitas lele Sangkuriang dimaksudkan agar lele Sangkuriang punya tempat untuk kembali.
Jika karena banyaknya pemalsuan di masyarakat ataupun terjadi penurunan kualitas (ingat kasus lele dumbo) sehingga tidak ekonomis lagi sebagai suatu usaha, maka masyarakat bisa datang ke BBPBAT untuk mendapatkan lele Sangkuriang yang asli dan terjaga kualitasnya.
Jika ada orang yang mengaku sebagai penemu dan pemberi nama lele Sangkuriang maka siapapun dapat membuktikan keaslian dan klaim tersebut dengan membandingkan bagaimana proses produksi dan tim yang bekerja untuk lele Sangkuriang di BBPBAT Sukabumi.
Dan jika saatnya tiba upaya mempertahankan kualitas sampai pada batasnya atau bahkan sebelum batas itu mendekati maka tim BBPBAT, ataupun tim lainnya di instansi lain, akan meluncurkan generasi penerus lele Sangkuriang dengan performa yang lebih bagus lagi, apapun namanya nanti.
Daripada Jadi Buruh Mending Beternak Lele
Puluhan mantan karyawan pabrik di kawasan industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, yang tergabung dalam kelompok
Beauty Fish membangun usaha mandiri melalui budidaya ikan lele dengan omzet jutaan rupiah per orang per bulan.
“Baru delapan bulan berkiprah, saya sudah dua kali memanen hasil dengan jumlah ikan mencapai dua kuintal dari sembilan kolam ukuran 3 meter persegi,” ujar Ketua Kelompok Beauty Fish Dodo Mulyadi di Cikarang, Rabu.
Kelompok budidaya ikan lele yang beralamat di Perumahan Pemda, Jalan Citarum Nomor 12 RT03 RW07, Desa Simpangan, Kecamatan Cikarang Utara, kata dia, memasarkan ikan tersebut ke sejumlah warga setempat dan beberapa pasar tradisional dengan harga Rp 12.000 per kilogram.
“Dengan demikian, dalam sekali panen bisa menghasilkan pendapatan mencapai Rp 4.400.000. Kami memanfaatkan uang itu untuk kesejahteraan anggota dan modal usaha lainnya, seperti ikan hias,” kata Dodo.
Dodo mengatakan, budidaya ikan lele kelompoknya memiliki sembilan petak kolam yang terbuat dari bahan terpal berukuran 1 x 3 meter persegi. Satu petak berisikan 160 ikan lele.
“Pakan lele kami buat sendiri dengan bahan baku yang tersedia melimpah,” katanya.
Sementara itu, anggota Beauty Fish, Adang Sukmana (33), mengaku lebih tertarik membudidayakan ikan lele ketimbang menjadi buruh di pabrik.
“Dalam sebulan saya bisa mendapat penghasilan Rp 800.000 hingga Rp 1,5 juta dengan tanggung jawab kerja yang relatif lebih ringan dari kerja buruh,” ujar Adang, mantan karyawan di kawasan industri Jababeka.
Menurut dia, mayoritas anggota Beauty Fish yang saat ini telah mencapai lebih dari 30 orang merupakan mantan karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) mulai tahun 2004 hingga 2009. “Mungkin bagi sebagian orang PHK adalah akhir dari perjalanan mencari rezeki, tetapi tidak bagi kami,” katanya.
Hal senada diungkapkan Asep (25), anggota kelompok lainnya. “Alhamdulillah pendapatan dari penjualan ikan saya rasa cukup membantu kebutuhan hidup saya sehari-hari. Terlebih, proses perawatannya relatif mudah,” katanya.
Asep juga berpesan kepada pemerintah untuk dapat memberikan bantuan dalam bentuk penambahan modal ataupun penyuluhan tentang budidaya ikan, dengan harapan usaha tersebut lebih tumbuh dan berkembang dengan baik.
Beauty Fish membangun usaha mandiri melalui budidaya ikan lele dengan omzet jutaan rupiah per orang per bulan.
“Baru delapan bulan berkiprah, saya sudah dua kali memanen hasil dengan jumlah ikan mencapai dua kuintal dari sembilan kolam ukuran 3 meter persegi,” ujar Ketua Kelompok Beauty Fish Dodo Mulyadi di Cikarang, Rabu.
Kelompok budidaya ikan lele yang beralamat di Perumahan Pemda, Jalan Citarum Nomor 12 RT03 RW07, Desa Simpangan, Kecamatan Cikarang Utara, kata dia, memasarkan ikan tersebut ke sejumlah warga setempat dan beberapa pasar tradisional dengan harga Rp 12.000 per kilogram.
“Dengan demikian, dalam sekali panen bisa menghasilkan pendapatan mencapai Rp 4.400.000. Kami memanfaatkan uang itu untuk kesejahteraan anggota dan modal usaha lainnya, seperti ikan hias,” kata Dodo.
Dodo mengatakan, budidaya ikan lele kelompoknya memiliki sembilan petak kolam yang terbuat dari bahan terpal berukuran 1 x 3 meter persegi. Satu petak berisikan 160 ikan lele.
“Pakan lele kami buat sendiri dengan bahan baku yang tersedia melimpah,” katanya.
Sementara itu, anggota Beauty Fish, Adang Sukmana (33), mengaku lebih tertarik membudidayakan ikan lele ketimbang menjadi buruh di pabrik.
“Dalam sebulan saya bisa mendapat penghasilan Rp 800.000 hingga Rp 1,5 juta dengan tanggung jawab kerja yang relatif lebih ringan dari kerja buruh,” ujar Adang, mantan karyawan di kawasan industri Jababeka.
Menurut dia, mayoritas anggota Beauty Fish yang saat ini telah mencapai lebih dari 30 orang merupakan mantan karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) mulai tahun 2004 hingga 2009. “Mungkin bagi sebagian orang PHK adalah akhir dari perjalanan mencari rezeki, tetapi tidak bagi kami,” katanya.
Hal senada diungkapkan Asep (25), anggota kelompok lainnya. “Alhamdulillah pendapatan dari penjualan ikan saya rasa cukup membantu kebutuhan hidup saya sehari-hari. Terlebih, proses perawatannya relatif mudah,” katanya.
Asep juga berpesan kepada pemerintah untuk dapat memberikan bantuan dalam bentuk penambahan modal ataupun penyuluhan tentang budidaya ikan, dengan harapan usaha tersebut lebih tumbuh dan berkembang dengan baik.
Rabu, 28 Desember 2011
Bantuan Lele Dari Presiden Tak Transparan
Bantuan Presiden SBY untuk peternak lele di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Boyolali berbuntut masalah.
Pembagian bantuan dianggap tidak transparan dan hanya menguntungkan sebagian pengurus kelompok tani.
Kecurigaan itu dikemukakan pada acara sosialisasi dana bantuan Presiden bagi peternak lele, Senin (25/2) kemarin.
Kirnowo, anggota Kelompok Tani Mina Karya Utama, menuding pengurus kelompok tidak pernah terbuka. Anggota bahkan baru tahu dana bantuan itu sudah cair 1,5 bulan lalu.
Namun, pada kenyataannya pengurus belum juga menyalurkan dana bantuan tersebut kepada anggota, dengan alasan masih menunggu sosialisasi.
’’Bantuan dari Presiden untuk pengadaan benih lele itu sebesar Rp 900 juta,’’ ungkapnya.
Dijelaskan, sudah lama dia curiga. Pasalnya, pendataan terhadap peternak tidak transparan, karena tidak melibatkan anggota.
Pengurus ngotot membagi bantuan itu berdasarkan jumlah kepemilikan kolam.
Padahal, mayoritas anggota memilih agar bantuan tersebut dibagi rata untuk 105 peternak lele.
Menurut data di pengurus, jumlah kolam ikan 1.661 petak. ’’Namun, setelah dihitung ulang, hanya 1.216 petak. Jelas, ini upaya penggelembungan,’’ tambahnya.
Pertemuan Ulang
Runadi, anggota lain, menjelaskan pengurus sudah berkali-kali melakukan pertemuan dengan anggota, guna membahas penyaluran bantuan tersebut.
Namun, sejauh ini belum juga ada titik temu.
Maka, diadakan pertemuan ulang melibatkan Dinas Peternakan.
Beberapa hari lalu, pengurus kelompok diketahui berusaha menemui peternak secara langsung di rumah masing-masing, untuk membagi-bagikan uang bantuan Presiden.
’’Lo, ini kan uang untuk seluruh anggota. Kok pembagiannya tidak transparan. Dananya kan jelas, jumlah anggota dan petak kolamnya juga jelas,’’ tambahnya.
Ketua Kelompok Tani Mina Karya Utama Darseno mengakui, dana bantuan Presiden itu – untuk subsidi pembelian benih lele – sudah diterima. Uangnya kini disimpan di rekening kelompok.
Hanya , pembagiannya belum bisa dilakukan karena masih menunggu persetujuan semua anggota.
Dia membantah bersikap tidak transparan dalam pembagian bantuan tersebut.
’’Uang bantuan masih disimpan dalam rekening kelompok,’’ tegasnya.
Dia mengatakan, sebenarnya bantuan dari Presiden itu berjumlah Rp 500 juta, yakni untuk subsidi pembelian 15 juta bibit lele.
Namun, karena beberapa daerah lain tak bisa memenuhi syarat administrasi untuk mendapatkan bantuan serupa, sebagian bantuan untuk daerah lain itu dialihkan ke Kelompok Tani Mina Karya Utama.
Pembagian bantuan dianggap tidak transparan dan hanya menguntungkan sebagian pengurus kelompok tani.
Kecurigaan itu dikemukakan pada acara sosialisasi dana bantuan Presiden bagi peternak lele, Senin (25/2) kemarin.
Kirnowo, anggota Kelompok Tani Mina Karya Utama, menuding pengurus kelompok tidak pernah terbuka. Anggota bahkan baru tahu dana bantuan itu sudah cair 1,5 bulan lalu.
Namun, pada kenyataannya pengurus belum juga menyalurkan dana bantuan tersebut kepada anggota, dengan alasan masih menunggu sosialisasi.
’’Bantuan dari Presiden untuk pengadaan benih lele itu sebesar Rp 900 juta,’’ ungkapnya.
Dijelaskan, sudah lama dia curiga. Pasalnya, pendataan terhadap peternak tidak transparan, karena tidak melibatkan anggota.
Pengurus ngotot membagi bantuan itu berdasarkan jumlah kepemilikan kolam.
Padahal, mayoritas anggota memilih agar bantuan tersebut dibagi rata untuk 105 peternak lele.
Menurut data di pengurus, jumlah kolam ikan 1.661 petak. ’’Namun, setelah dihitung ulang, hanya 1.216 petak. Jelas, ini upaya penggelembungan,’’ tambahnya.
Pertemuan Ulang
Runadi, anggota lain, menjelaskan pengurus sudah berkali-kali melakukan pertemuan dengan anggota, guna membahas penyaluran bantuan tersebut.
Namun, sejauh ini belum juga ada titik temu.
Maka, diadakan pertemuan ulang melibatkan Dinas Peternakan.
Beberapa hari lalu, pengurus kelompok diketahui berusaha menemui peternak secara langsung di rumah masing-masing, untuk membagi-bagikan uang bantuan Presiden.
’’Lo, ini kan uang untuk seluruh anggota. Kok pembagiannya tidak transparan. Dananya kan jelas, jumlah anggota dan petak kolamnya juga jelas,’’ tambahnya.
Ketua Kelompok Tani Mina Karya Utama Darseno mengakui, dana bantuan Presiden itu – untuk subsidi pembelian benih lele – sudah diterima. Uangnya kini disimpan di rekening kelompok.
Hanya , pembagiannya belum bisa dilakukan karena masih menunggu persetujuan semua anggota.
Dia membantah bersikap tidak transparan dalam pembagian bantuan tersebut.
’’Uang bantuan masih disimpan dalam rekening kelompok,’’ tegasnya.
Dia mengatakan, sebenarnya bantuan dari Presiden itu berjumlah Rp 500 juta, yakni untuk subsidi pembelian 15 juta bibit lele.
Namun, karena beberapa daerah lain tak bisa memenuhi syarat administrasi untuk mendapatkan bantuan serupa, sebagian bantuan untuk daerah lain itu dialihkan ke Kelompok Tani Mina Karya Utama.
Budidaya Lele, Gampang - Gampang Susah
KESUKSESAN Mugiyono dalam pembudidayaan bibit ikan lele itu tidak diraih dengan mudah. Dia juga mengalami masa-masa penuh perjuangan, seperti saat musim hujan. Ketika itu, air kolam menjadi sangat dingin dan membuat bibit bisa stres dan mati.
Namun dengan teknik tertentu, kendala tersebut bisa diatasi. Dia bisa tetap memanen bibit dalam jumlah besar dengan kualitas bagus karena menggunakan probiotik.
Dengan teknik tersebut, air di kolam tetap hangat meskipun hawa dingin menerpa. Ikan jadi betah dan dapat bertahan bahkan berkembang dengan baik.
Dia juga mencontohkan lahan milik Iwan Kurnia PS yang tak jauh dari lokasinya. Saat musim pancaroba, budi daya tetap bertahan.
Pemilik pun bisa panen dengan tingkat lulus hidup benih (survival rate/SR) di atas 50%. Saat musim normal, SR bisa maksimal dan mencapai angka 90%. Jadi, keberlanjutan pasokan benih tidak ada masalah.
’’Rahasianya terletak pada cara pengelolaan air yang baik. Seminggu sekali kolam dikocori dengan probiotik
Nature Simba dan pakannya dicampur dengan probiotik Rajalele, Nutrisi, atau Masterfish. Pilih saja yang paling cocok,’’ jelasnya.
Suhu Diredam
Pola tersebut juga diterapkan oleh petani pembesaran lele. Dengan teknik tersebut, ikan dapat tumbuh lebih cepat, tidak ada yang kerdil, daya hidup tinggi, serta tahan stres dan penyakit.
Pemberian probiotik membuat plankton tumbuh subur sehingga air tetap hangat.
Perbedaaan suhu antara siang dan malam dapat diredam sehingga fluktuasinya tidak mencolok. Kondisi itu cukup bagus, ideal untuk ketahanan fisik ikan.
Namun sebelum probiotik masuk, lebih bagus lagi jika kolam terlebih dulu dimasuki lemi (pupuk kandang). ’’Ini membuat pakan alami melimpah dan kondisi air tetap hangat,’’ tandas Mugi.
Kalau teknik pembudidayaan sudah dikuasai, petani masih harus memiliki ketelatenan dan kesabaran agar keberlangsungan produk terjaga.
Dia mengakui, banyak yang mencoba bermain di sektor pembenihan. Namun kemudian, berhenti di tengah jalan. Pasalnya, tidak bisa menjaga kesinambungan dan kurang sabar menghadapi kendala.
Budi daya benih menurutnya tidak boleh libur. Dalam sebulan, harus melayani petani selama 30-31 hari. Setiap hari pasti ada petani panen jadi saat itu pula harus tersedia bibit.
Sekali saja lowong tak ada persediaan, petani akan lari ke pembibit yang lain.
Namun dengan teknik tertentu, kendala tersebut bisa diatasi. Dia bisa tetap memanen bibit dalam jumlah besar dengan kualitas bagus karena menggunakan probiotik.
Dengan teknik tersebut, air di kolam tetap hangat meskipun hawa dingin menerpa. Ikan jadi betah dan dapat bertahan bahkan berkembang dengan baik.
Dia juga mencontohkan lahan milik Iwan Kurnia PS yang tak jauh dari lokasinya. Saat musim pancaroba, budi daya tetap bertahan.
Pemilik pun bisa panen dengan tingkat lulus hidup benih (survival rate/SR) di atas 50%. Saat musim normal, SR bisa maksimal dan mencapai angka 90%. Jadi, keberlanjutan pasokan benih tidak ada masalah.
’’Rahasianya terletak pada cara pengelolaan air yang baik. Seminggu sekali kolam dikocori dengan probiotik
Nature Simba dan pakannya dicampur dengan probiotik Rajalele, Nutrisi, atau Masterfish. Pilih saja yang paling cocok,’’ jelasnya.
Suhu Diredam
Pola tersebut juga diterapkan oleh petani pembesaran lele. Dengan teknik tersebut, ikan dapat tumbuh lebih cepat, tidak ada yang kerdil, daya hidup tinggi, serta tahan stres dan penyakit.
Pemberian probiotik membuat plankton tumbuh subur sehingga air tetap hangat.
Perbedaaan suhu antara siang dan malam dapat diredam sehingga fluktuasinya tidak mencolok. Kondisi itu cukup bagus, ideal untuk ketahanan fisik ikan.
Namun sebelum probiotik masuk, lebih bagus lagi jika kolam terlebih dulu dimasuki lemi (pupuk kandang). ’’Ini membuat pakan alami melimpah dan kondisi air tetap hangat,’’ tandas Mugi.
Kalau teknik pembudidayaan sudah dikuasai, petani masih harus memiliki ketelatenan dan kesabaran agar keberlangsungan produk terjaga.
Dia mengakui, banyak yang mencoba bermain di sektor pembenihan. Namun kemudian, berhenti di tengah jalan. Pasalnya, tidak bisa menjaga kesinambungan dan kurang sabar menghadapi kendala.
Budi daya benih menurutnya tidak boleh libur. Dalam sebulan, harus melayani petani selama 30-31 hari. Setiap hari pasti ada petani panen jadi saat itu pula harus tersedia bibit.
Sekali saja lowong tak ada persediaan, petani akan lari ke pembibit yang lain.
Kisah Sukses Si Pembudidaya Lele Sangkuriang Kolam Terpal
Keberhasilan Ade mengembangkan usahanya seperti saat ini tentu tak lepas dari mental bajanya yang pantang menyerah. Meskipun kaki kanannya cacat karena polio sejak usia 3 tahun, dia berhasil mengembangkan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang, lele biakan baru yang kini semakin populer, terutama di Bogor.
Pengembangan usaha baru, yakni pembenihan ikan lele oleh pemuda itu, boleh disebut sebagai pelopor usaha pembenihan ikan di sentra perajin sandal Cibeureum. Usahanya bukan main-main.
Ade bersama 4 pekerjanya tiap hari mengawasi, merawat sekitar 100 kolam pembenihan, dan menabur pakan untuk benih ikan secara tepat waktu dan tepat takarannya. Kolam ikan itu tampak unik karena dibuat khusus dengan menggunakan terpal warna oranye yang biasa digunakan untuk tenda.
Menurut Ade, usaha pembenihan ikan lele sangkuriang ini diawali dengan kegagalan dalam mengembangkan usaha pembenihan ikan lele dumbo yang dimodali ayahnya. Saat itu, lebih dari Rp 75 juta uang yang dikeluarkan ayahnya untuk modal usaha pembenihan ikan lele dumbo amblas.
”Tak pernah dijual, benih ikan itu mati diduga terserang penyakit,” kata Muchtar, ayah Ade. Sebelum bergabung dengan anaknya mengusahakan pembenihan lele sangkuriang, Muchtar adalah pedagang di pasar dan perajin sandal.
Belajar
Suatu hari, Muchtar yang beralih profesi menjadi pembenih ikan lele ini memperoleh keterangan tentang ”pendekar lele sangkuriang” Nasrudin, di Kampung Sukabirus, Desa Gadog, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Maka, dia pun mendatangi Nasrudin untuk mencari tahu atau ”berguru” ilmu perlelean.
Namun, Muchtar tidak lantas berguru secara langsung. Setelah pertemuan dengan Nasrudin dan mendapat gambaran mengenai usaha itu, Muchtar kemudian mengutus Ade untuk mengikuti pelatihan kepada Nasrudin. Setelah itu, Muchtar menyusul bersama dua anaknya yang lain, Wawan dan Trimulyana, untuk menimba ilmu mengenai pembenihan lele.
Ternyata, untuk menimba ilmu tentang lele tidak perlu waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, apalagi bertahun-tahun. Ade mengikuti pelatihan hanya selama 3 hari di pusat pelatihan lele Nasrudin di Kampung Sukabirus.
Dia sudah memperoleh ”jurus-jurus” jitu cara memelihara, memberikan pakan, dan mengatasi penyakit ikan secara tepat.
Tanpa menunggu waktu lagi, bekal pengetahuan itu langsung diterapkan di lapangan. Kolam-kolam pun dibuat tidak dengan menggali tanah, sebagaimana layaknya kolam ikan yang kita kenal selama ini.
Mereka menggunakan terpal untuk membuat ”kolam-kolam” itu, dan kemudian diisi benih ikan lele sangkuriang. Rupanya tanda-tanda keberhasilan usaha lele itu mulai tampak.
”Berangsur-angsur usaha kami itu, berhasil,” kata Ade, akhir Maret lalu. Kematian benih lele seperti yang terjadi saat mengembangkan lele dumbo bisa mereka atasi.
Perlakuan khusus bisa menekan angka kematian benih. Saat ini, usaha mereka sudah jauh berkembang. Siang itu, misalnya, Ade baru saja melayani pembeli benih lele sangkuriang ukuran 4-6 cm sebanyak 4.000 ekor.
Kewalahan
Diawali dari 10 kolam terpal ukuran 2 x 4 meter untuk pembenihan, kini Ade yang mengembangkan usaha bersama ayah dan adiknya memiliki sekitar 100 kolam pembenihan ikan lele sangkuriang. Muchtar sendiri juga memiliki sekitar 10 kolam pembesaran ukuran 10 x 10 meter.
Satu paket induk lele sangkuriang terdiri dari 10 betina dan 5 jantan. Ade membeli induk lele pada Nasrudin seharga Rp 800.000 per paket. Sejak menetas sampai dipanen, usia benih ikan lele sangkuriang ukuran 4-6 cm butuh waktu sekitar 50 hari. Setiap ekor induk lele sangkuriang bisa menghasilkan 70.000–100.000 ekor benih.
”Saat ini, setiap bulan kami baru bisa menjual 300.000 benih dengan harga Rp 150 per ekor,” kata Ade. Pesanan benih lele memang terus mengalir.
Namun, tidak semua pesanan itu mampu dipenuhi. Ade mencontohkan, adanya permintaan benih sebanyak 1 juta ekor setiap bulan dari pembeli warga Tangerang, Banten, tetapi permintaan itu tidak sanggup mereka penuhi.
”Untuk melayani peternak ikan lele sangkuriang di daerah Kabupaten/Kota Bogor dan sekitarnya saja, kami masih kewalahan,” kata Ade. Melihat kondisi seperti itu, Ade mencari jalan keluar dengan menyiapkan 10 orang binaan sebagai pembenih ikan lele sangkuriang.
Sementara Muchtar yang memiliki 10 kolam pembesaran mengisi kolamnya dengan 10.000 ekor benih ukur 4–6 cm. Dari 10.000 benih ini, setelah 45 hari dapat dipanen 1 ton ikan lele ukuran 6–7 ekor per kg. Harga jualnya saat ini Rp 10.500 per kg.
”Dari panen 1 ton ikan itu, dipotong pakan dan biaya pemeliharaan, masih ada keuntungan sekitar Rp 3 juta,” kata Muchtar.
Ade dan ayahnya, sebagai keluarga pelopor usaha pembenihan ikan lele di sentra Perajin Sandal Cibeureum ini, sekarang sering menerima kunjungan tamu yang ingin belajar budidaya ikan lele sangkuriang, baik untuk pembenihan maupun pembesaran.
”Kami dengan senang hati menjelaskan bagaimana caranya menjadi pembudidaya ikan lele sangkuriang,” kata Ade.
Dia mengatakan, pihaknya memang berkonsentrasi di bidang pembenihan untuk memasok mereka yang berusaha di bidang pembesaran lele sangkuriang.
”Lebih menguntungkan jadi pembenih daripada pembesar ikan,” kata Ade, seraya menambahkan bahwa kerugian puluhan juta rupiah yang dideritanya dua tahun yang lalu berangsur-angsur dapat ditutupi dari keuntungan penjualan benih ikan.
Pengembangan usaha baru, yakni pembenihan ikan lele oleh pemuda itu, boleh disebut sebagai pelopor usaha pembenihan ikan di sentra perajin sandal Cibeureum. Usahanya bukan main-main.
Ade bersama 4 pekerjanya tiap hari mengawasi, merawat sekitar 100 kolam pembenihan, dan menabur pakan untuk benih ikan secara tepat waktu dan tepat takarannya. Kolam ikan itu tampak unik karena dibuat khusus dengan menggunakan terpal warna oranye yang biasa digunakan untuk tenda.
Menurut Ade, usaha pembenihan ikan lele sangkuriang ini diawali dengan kegagalan dalam mengembangkan usaha pembenihan ikan lele dumbo yang dimodali ayahnya. Saat itu, lebih dari Rp 75 juta uang yang dikeluarkan ayahnya untuk modal usaha pembenihan ikan lele dumbo amblas.
”Tak pernah dijual, benih ikan itu mati diduga terserang penyakit,” kata Muchtar, ayah Ade. Sebelum bergabung dengan anaknya mengusahakan pembenihan lele sangkuriang, Muchtar adalah pedagang di pasar dan perajin sandal.
Belajar
Suatu hari, Muchtar yang beralih profesi menjadi pembenih ikan lele ini memperoleh keterangan tentang ”pendekar lele sangkuriang” Nasrudin, di Kampung Sukabirus, Desa Gadog, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Maka, dia pun mendatangi Nasrudin untuk mencari tahu atau ”berguru” ilmu perlelean.
Namun, Muchtar tidak lantas berguru secara langsung. Setelah pertemuan dengan Nasrudin dan mendapat gambaran mengenai usaha itu, Muchtar kemudian mengutus Ade untuk mengikuti pelatihan kepada Nasrudin. Setelah itu, Muchtar menyusul bersama dua anaknya yang lain, Wawan dan Trimulyana, untuk menimba ilmu mengenai pembenihan lele.
Ternyata, untuk menimba ilmu tentang lele tidak perlu waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, apalagi bertahun-tahun. Ade mengikuti pelatihan hanya selama 3 hari di pusat pelatihan lele Nasrudin di Kampung Sukabirus.
Dia sudah memperoleh ”jurus-jurus” jitu cara memelihara, memberikan pakan, dan mengatasi penyakit ikan secara tepat.
Tanpa menunggu waktu lagi, bekal pengetahuan itu langsung diterapkan di lapangan. Kolam-kolam pun dibuat tidak dengan menggali tanah, sebagaimana layaknya kolam ikan yang kita kenal selama ini.
Mereka menggunakan terpal untuk membuat ”kolam-kolam” itu, dan kemudian diisi benih ikan lele sangkuriang. Rupanya tanda-tanda keberhasilan usaha lele itu mulai tampak.
”Berangsur-angsur usaha kami itu, berhasil,” kata Ade, akhir Maret lalu. Kematian benih lele seperti yang terjadi saat mengembangkan lele dumbo bisa mereka atasi.
Perlakuan khusus bisa menekan angka kematian benih. Saat ini, usaha mereka sudah jauh berkembang. Siang itu, misalnya, Ade baru saja melayani pembeli benih lele sangkuriang ukuran 4-6 cm sebanyak 4.000 ekor.
Kewalahan
Diawali dari 10 kolam terpal ukuran 2 x 4 meter untuk pembenihan, kini Ade yang mengembangkan usaha bersama ayah dan adiknya memiliki sekitar 100 kolam pembenihan ikan lele sangkuriang. Muchtar sendiri juga memiliki sekitar 10 kolam pembesaran ukuran 10 x 10 meter.
Satu paket induk lele sangkuriang terdiri dari 10 betina dan 5 jantan. Ade membeli induk lele pada Nasrudin seharga Rp 800.000 per paket. Sejak menetas sampai dipanen, usia benih ikan lele sangkuriang ukuran 4-6 cm butuh waktu sekitar 50 hari. Setiap ekor induk lele sangkuriang bisa menghasilkan 70.000–100.000 ekor benih.
”Saat ini, setiap bulan kami baru bisa menjual 300.000 benih dengan harga Rp 150 per ekor,” kata Ade. Pesanan benih lele memang terus mengalir.
Namun, tidak semua pesanan itu mampu dipenuhi. Ade mencontohkan, adanya permintaan benih sebanyak 1 juta ekor setiap bulan dari pembeli warga Tangerang, Banten, tetapi permintaan itu tidak sanggup mereka penuhi.
”Untuk melayani peternak ikan lele sangkuriang di daerah Kabupaten/Kota Bogor dan sekitarnya saja, kami masih kewalahan,” kata Ade. Melihat kondisi seperti itu, Ade mencari jalan keluar dengan menyiapkan 10 orang binaan sebagai pembenih ikan lele sangkuriang.
Sementara Muchtar yang memiliki 10 kolam pembesaran mengisi kolamnya dengan 10.000 ekor benih ukur 4–6 cm. Dari 10.000 benih ini, setelah 45 hari dapat dipanen 1 ton ikan lele ukuran 6–7 ekor per kg. Harga jualnya saat ini Rp 10.500 per kg.
”Dari panen 1 ton ikan itu, dipotong pakan dan biaya pemeliharaan, masih ada keuntungan sekitar Rp 3 juta,” kata Muchtar.
Ade dan ayahnya, sebagai keluarga pelopor usaha pembenihan ikan lele di sentra Perajin Sandal Cibeureum ini, sekarang sering menerima kunjungan tamu yang ingin belajar budidaya ikan lele sangkuriang, baik untuk pembenihan maupun pembesaran.
”Kami dengan senang hati menjelaskan bagaimana caranya menjadi pembudidaya ikan lele sangkuriang,” kata Ade.
Dia mengatakan, pihaknya memang berkonsentrasi di bidang pembenihan untuk memasok mereka yang berusaha di bidang pembesaran lele sangkuriang.
”Lebih menguntungkan jadi pembenih daripada pembesar ikan,” kata Ade, seraya menambahkan bahwa kerugian puluhan juta rupiah yang dideritanya dua tahun yang lalu berangsur-angsur dapat ditutupi dari keuntungan penjualan benih ikan.
Indonesia Jajaki Ekspor Lele Ke Timteng
Indonesia sedang menjajaki ekspor ikan lele pengasapan (lele asap) ke sejumlah negara di Timur Tengah (Timteng), untuk memenuhi kebutuhan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Departemen kelautan dan Perikanan (DKP) DR Victor PH Nikijuluw, Minggu (31/5), mengatakan, Indonesia sudah ekspor ke Singapura dan Malaysia hanya jumlahnya masih sangat kecil tidak lebih dari 1 ton per bulan.
"Kita akan jajaki pasar di Timur Tengah untuk mememuhi kebutuhan warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di sana," kata Victor seusai membuka Bimbingan teknis (Bimtek) Pemberdayaan Tenaga Kerja Pengolahan dan Pemasaran di Purbalingga.
Ekspor ikan lele asap ke Malaysia dan Singapura dicukupi dari produsen di Bogor Jawa Barat. Namun, produsen ini masih disuplay dari Boyolali dan Yogjakarta.
Dia berharap mengisi kebutuhan ekspor ke Malaysia dan Singapur bisa dipenuhi dari wilayah Banyumas termasuk Purbalingga. Disebabkan produksi lele di Bogor dan wilayah Jawa Barat pada saat tertentu masih kurang.
Penjajagakan pasar ikan olahan berupa lele untuk meningkatkan nilai ekspor, selama ini ekspor lebih pada ikan segar yang dipadatkan, ke depan mencoba hasil diversifikasi ekspor ikan. "Ikan lele itu kita belah kemudian dimasak dengan vile, dipacking dan diberi label merk dari Indonesia .
Volume yang kita ekspor tidak bertambah, tetapi ada diversifikasi peningkatan kualitas ekspor ikan," kata Victor.
Ditambahkan, target nilai ekspor pada tahun 2009 ini justru dinaikan ketika dunia tengah mengalami krisis keuangan. Nilai ekspor tahun ini sebesar 2,8 miliar dolar AS, sedang sebelumnya pada tahun 2008 nilai
ekspor sebesar 2,6 miliar dolar AS.
"Peningkatan nilai ekspor tidak dengan meningkatkan volume ekspor ikannya, tetapi disiasati dengan peningkatan diversifikasi dan kualitas ikan yang diekspor".
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Departemen kelautan dan Perikanan (DKP) DR Victor PH Nikijuluw, Minggu (31/5), mengatakan, Indonesia sudah ekspor ke Singapura dan Malaysia hanya jumlahnya masih sangat kecil tidak lebih dari 1 ton per bulan.
"Kita akan jajaki pasar di Timur Tengah untuk mememuhi kebutuhan warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di sana," kata Victor seusai membuka Bimbingan teknis (Bimtek) Pemberdayaan Tenaga Kerja Pengolahan dan Pemasaran di Purbalingga.
Ekspor ikan lele asap ke Malaysia dan Singapura dicukupi dari produsen di Bogor Jawa Barat. Namun, produsen ini masih disuplay dari Boyolali dan Yogjakarta.
Dia berharap mengisi kebutuhan ekspor ke Malaysia dan Singapur bisa dipenuhi dari wilayah Banyumas termasuk Purbalingga. Disebabkan produksi lele di Bogor dan wilayah Jawa Barat pada saat tertentu masih kurang.
Penjajagakan pasar ikan olahan berupa lele untuk meningkatkan nilai ekspor, selama ini ekspor lebih pada ikan segar yang dipadatkan, ke depan mencoba hasil diversifikasi ekspor ikan. "Ikan lele itu kita belah kemudian dimasak dengan vile, dipacking dan diberi label merk dari Indonesia .
Volume yang kita ekspor tidak bertambah, tetapi ada diversifikasi peningkatan kualitas ekspor ikan," kata Victor.
Ditambahkan, target nilai ekspor pada tahun 2009 ini justru dinaikan ketika dunia tengah mengalami krisis keuangan. Nilai ekspor tahun ini sebesar 2,8 miliar dolar AS, sedang sebelumnya pada tahun 2008 nilai
ekspor sebesar 2,6 miliar dolar AS.
"Peningkatan nilai ekspor tidak dengan meningkatkan volume ekspor ikannya, tetapi disiasati dengan peningkatan diversifikasi dan kualitas ikan yang diekspor".
Dana Rp.5 Milyar Disiapkan Untuk Ngejot Produksi Lele
Kementrian Kelautan dan Perikanan menganggarkan Rp.5 miliar untuk paket wirausaha pemula khusus lele pada 2011.
Dirjen Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan (KemKP) Made L. Nurdjana menyatakan produksi lele di dalam negeri akan ditingkatkan pada tahun depan.
"(Peningkatan produksi) Ini terkait dengan konsumsi lele yang semakin meningkat. Pemerintah dalam hal ini Ditjen Perikanan Budidaya akan menganggarkan dana Rp.5 miliar," ujarnya ketika di hubungi Bisnis kemarin.
Made menyatakan masalah pendanaan ini nantinya mendapatkan dukungan dari Ditjen Pemasaran dan Pengolahan Hasil Perikanan (P2HP). P2HP juga akan mengeluarkan anggaran untuk investasi teknik pengolahan lele di sejumlah sentra minapolitan lele.
Dia mengatakan saat ini ditetapkan lima lokasi pembangunan pengembangan minapolitan lele yakni : Bogor, Boyolali, Pacitan, Gunung Kidul, dan Blitar. Dengan pengembangan minapolitan lele ini, katanya diharapkan dapat memproduksi lebih kurang 30 ton per hari.
GUNUNG KIDUL
Made menyatakan lima lokasi tersebut memproduksi lele yang sangat besar, tetapi yang paling tinggi tingkat produksinya di Gunung Kidul yang mencapai 5 ton per hari.
Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengatakan empat hal akan dilakukan KemKP untuk menggalakkan produksi hingga konsumsi lele,
Pertama, mengupayakan menggiatkan budidaya lele skala kecil hingga menengah yang disebar di beberapa sentra utama.
Kedua, mengupayakan agar memasyarakatkan lele sehingga konsumsi meningkat.
Ketiga, KemKP mengupayakan yakni mengembangkan industri atau pengolahan lele.
Keempat, menjadikan lele sebagai sumber pangan yang merambah ke berbagai kalangan.
"Selama ini lele lebih banyak dinikmati masyarakat kelas bawah. Kami akan buat lele juga menjadi konsumsi masyarakat menengah atas." ujarnya di sela-sela pembukaan Festival Lele 2010 akhir pekan lalu.
Dirjen P2HP Martani Husaini menyatakan komoditas lele dapat diolah menjadi bahan makanan apapun.
"Sangant banyak ragamnya. Untuk lele kami fokuskan untuk konsumsi di dalam negeri.
Mengingat permintaan di dalam negeri sangat tinggi, sementara produksi belum mencukupi untuk pangsa pasar di luar negeri," ujarnya.
Dirjen menilai produk lele Tanah Air saat ini belum dapat bersaing dengan produk dari Vietnam. Adapun, kendala paling utama adalah tingginya harga pakan yang membuat harga jual lele lokal menjadi sangat tinggi
Saat ini Ditjen Perikanan Budidaya sedang berupaya menggunakan maggot sebagai makanan lele sehingga dapat menurunkan komponen biaya pakan yang mencapai 60% dari total produksi.
Selasa, 27 Desember 2011
Benih Lele Sangkuriang Bogor
Kelompok Tani Idaman Cirangkong di Leuwiliang adalah Kelompok Tani binaan Haji Marwan. Kelompok Tani ini menjual benih ikan Lele Sangkuriang dengan berbagai ukuran Itu pengalaman pertama Nasrudin (61) sejak delapan tahun lalu saat belajar beternak ikan lele.
Kecebong disangka anak lele. Ngerakeun pisan (sangat memalukan Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan atmosphere Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa.
Ikan lele (Clarias spp) merupakan ikan atmosphere tawar yang dapat hidup di tempat-tempat kritis, seperti rawa, sungai, sawah, kolam ikan yang subur, kolam ikan yang keruh NO AKRD. NAMA LAB: ALAMAT: LINGKUP: LP-001-IDN: PT. Mutuagung Lestari: Jl. Raya Bogor Km. 33,5 No. 19 Cimanggis, Depok 16593: Kayu lapis (playwood),
venir laminasi
Kecebong disangka anak lele. Ngerakeun pisan (sangat memalukan Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan atmosphere Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa.
Ikan lele (Clarias spp) merupakan ikan atmosphere tawar yang dapat hidup di tempat-tempat kritis, seperti rawa, sungai, sawah, kolam ikan yang subur, kolam ikan yang keruh NO AKRD. NAMA LAB: ALAMAT: LINGKUP: LP-001-IDN: PT. Mutuagung Lestari: Jl. Raya Bogor Km. 33,5 No. 19 Cimanggis, Depok 16593: Kayu lapis (playwood),
venir laminasi
Entry and in African trout introduced to Indonesia in 1985. Previously, a Indonesian people usually know a internal trout with all a stipulations of a qualities Kelompok Tani Idaman Cirangkong di Leuwiliang adalah Kelompok Tani binaan Haji Marwan.
Kelompok Tani ini menjual benih ikan Lele Sangkuriang dengan berbagai ukuran Jual burung kacer Jabar dan Pentet Jatim. Kacer rajin, physique mulus, vol kenceng, ga ada cacat, kaki dah nyisik, jual burung aja 450.
Pentet Jatim, physique mulus Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan atmosphere Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa.
Bisnis Budidaya Ikan Air tawar memang memiliki wilayah yang sangat luas. Salah satu Ikan Budi daya atmosphere tawar yang cukup memiliki prospek bisnis yang menjanjikan
Budidaya Lele Sangkuriang Cukup Bermodal Rp 1 Juta
Bisnis ternak lele Sangkuriang saat ini tengah diminati oleh para pelaku usaha.
Pasalnya, dengan modal yang sangat murah
para peternak bisa meraup untung yang
tidak sedikit dari bisnis ini.
Selain karena usia panen lele jenis ini lebih pendek dibandingkan
lele umumnya, hasil yang diperoleh juga tidak sedikit.
Pembudidayaannya juga bisa dilakukan di mana saja, sehingga cukup
mudah membudidayakannya.
“Permintaan lele Sangkuriang setiap harinya juga banyak sekali, apalagi belum terlalu banyak yang berkecimpung di bisnis ini. Itu sebabnya jika ada yang ingin menekuni
usaha ini, pasar terbuka lebar dimana-mana,seperti restoran dan hotel, belum lagi pengkonsumsi eceran” terang Adjie, seorang peternak lele Sangkuriang di Subang.
Adjie mengaku hanya dengan modal Rp 1 juta, setiap orang bisa mulai berusaha
membudidayakan lele jenis ini.
Selain itu dirinya juga tidak keberatan untuk
mengajarkan dan membimbing pelaku usaha yang baru merintis usaha ini, hingga mereka
mulai percaya diri.
“Jika ingin mulai mengembangbiakkan lele Sangkuriang, saya
menjual paket yang terdiri dari sepuluh ekor
lele betina dan lima ekor lele jantan dengan
harga Rp 400.000,”
Pasalnya, dengan modal yang sangat murah
para peternak bisa meraup untung yang
tidak sedikit dari bisnis ini.
Selain karena usia panen lele jenis ini lebih pendek dibandingkan
lele umumnya, hasil yang diperoleh juga tidak sedikit.
Pembudidayaannya juga bisa dilakukan di mana saja, sehingga cukup
mudah membudidayakannya.
“Permintaan lele Sangkuriang setiap harinya juga banyak sekali, apalagi belum terlalu banyak yang berkecimpung di bisnis ini. Itu sebabnya jika ada yang ingin menekuni
usaha ini, pasar terbuka lebar dimana-mana,seperti restoran dan hotel, belum lagi pengkonsumsi eceran” terang Adjie, seorang peternak lele Sangkuriang di Subang.
Adjie mengaku hanya dengan modal Rp 1 juta, setiap orang bisa mulai berusaha
membudidayakan lele jenis ini.
Selain itu dirinya juga tidak keberatan untuk
mengajarkan dan membimbing pelaku usaha yang baru merintis usaha ini, hingga mereka
mulai percaya diri.
“Jika ingin mulai mengembangbiakkan lele Sangkuriang, saya
menjual paket yang terdiri dari sepuluh ekor
lele betina dan lima ekor lele jantan dengan
harga Rp 400.000,”
Entrepreneur Lele Asal Bogor
Mungkin anda pernah membaca di koran atau menonton berita tentang mereka berdua, Nasrudin (61) dan Ade (32). Mereka berdua adalah pengusaha lele yang sama-sama berasal dari Bogor, Jawa Barat. Sebenarnya Nasrudin lah yang menginspirasi Ade untuk turut menjadi pengusaha lele.
Awalnya Nasrudin beternak lele dengan benih sekitar 100.000 ekor lele sangkuriang pada tahun 2001 dan dia mendapatkan benih tersebut dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi.
Kini berkat ketekunan Nasrudin, dia mampu membesarkan lele dengan tekhnik yang jitu dan juga mampu mengobati lele yang terserang penyakit, seperti radang kulit, dengan obat herbal ramuannya sendiri.
Nasrudin mulai dijuluki "Letkol" oleh para pembudidaya lele dan warga desanya, yang kepanjangannya adalah Lele Kolam. Dia dikenal tidak segan-segan untuk membagi pengetahuannya seputar budidaya lele kepada mereka yang ingin serius belajar tentang budidaya lele.
Nasrudin bersama kelompok pembenih lele sangkuriang lainnya mengaku ingin memproduksi sekitar 1,5 juta benih lele sangkuriang setiap bulan agar bisa memasok anggota kelompok budidaya lele sangkuriang yang saat ini jumlahnya 50 orang.
Dia berharap dengan produksi benih sebanyak itu, akan mampu memenuhi kebutuhan lele di Jakarta. Perlu anda ketahui, untuk wilayah Jabotabek saja kebutuhan lele mencapai hingga 75 ton sehari dan pemasoknya berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Masa depan budidaya lele cukup cerah sebab Muhamad Abduh Nur Hidayat, anggota staf Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan, mengatakan bahwa ikan lele akan dijadikan komoditas ketahanan pangan. Untuk konsepnya sendiri sedang dipersiapkan.
Sementara itu cerita Ade beda lagi, awalnya ayah Ade yang bernama Muchtar (59) yang beralih profesi sebagai pembenih lele mendapat informasi tentang Nasrudin sang pengusaha lele yang sukses dari Bogor.
Akhirnya datanglah Muchtar ke tempat Nasrudin untuk bertemu. Setelah pertemuan itu Muchtar menyuruh anaknya yaitu Ade, Wawan, dan Trimulyana untuk belajar mengenai pembenihan lele kepada Nasrudin.
Sepulang dari pelatihan tersebut, Ade langsung menerapkan semua jurus-jurus jitu cara memelihara, memberikan pakan, dan mengatasi penyakit ikan secara tepat.
Dan sekarang usahanya sudah jauh berkembang karena dia memberi perlakuan khusus untuk menekan angka kematian benih. Ade mengaku kini lebih berkonsentrasi di bidang pembenihan.
Awalnya Nasrudin beternak lele dengan benih sekitar 100.000 ekor lele sangkuriang pada tahun 2001 dan dia mendapatkan benih tersebut dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi.
Kini berkat ketekunan Nasrudin, dia mampu membesarkan lele dengan tekhnik yang jitu dan juga mampu mengobati lele yang terserang penyakit, seperti radang kulit, dengan obat herbal ramuannya sendiri.
Nasrudin mulai dijuluki "Letkol" oleh para pembudidaya lele dan warga desanya, yang kepanjangannya adalah Lele Kolam. Dia dikenal tidak segan-segan untuk membagi pengetahuannya seputar budidaya lele kepada mereka yang ingin serius belajar tentang budidaya lele.
Nasrudin bersama kelompok pembenih lele sangkuriang lainnya mengaku ingin memproduksi sekitar 1,5 juta benih lele sangkuriang setiap bulan agar bisa memasok anggota kelompok budidaya lele sangkuriang yang saat ini jumlahnya 50 orang.
Dia berharap dengan produksi benih sebanyak itu, akan mampu memenuhi kebutuhan lele di Jakarta. Perlu anda ketahui, untuk wilayah Jabotabek saja kebutuhan lele mencapai hingga 75 ton sehari dan pemasoknya berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Masa depan budidaya lele cukup cerah sebab Muhamad Abduh Nur Hidayat, anggota staf Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan, mengatakan bahwa ikan lele akan dijadikan komoditas ketahanan pangan. Untuk konsepnya sendiri sedang dipersiapkan.
Sementara itu cerita Ade beda lagi, awalnya ayah Ade yang bernama Muchtar (59) yang beralih profesi sebagai pembenih lele mendapat informasi tentang Nasrudin sang pengusaha lele yang sukses dari Bogor.
Akhirnya datanglah Muchtar ke tempat Nasrudin untuk bertemu. Setelah pertemuan itu Muchtar menyuruh anaknya yaitu Ade, Wawan, dan Trimulyana untuk belajar mengenai pembenihan lele kepada Nasrudin.
Sepulang dari pelatihan tersebut, Ade langsung menerapkan semua jurus-jurus jitu cara memelihara, memberikan pakan, dan mengatasi penyakit ikan secara tepat.
Dan sekarang usahanya sudah jauh berkembang karena dia memberi perlakuan khusus untuk menekan angka kematian benih. Ade mengaku kini lebih berkonsentrasi di bidang pembenihan.
Ternak Ikan Lele Sangkuriang.Modal Kecil,Perawatan Mudah,Hasil Berlimpah
Bekerja sambil memulai usaha bukanlah hal yang tak mungkin dilakukan, apabila dibarengi dengan kemauan kuat dan manajemen waktu yang tepat, maka kedua hal tadi dapat dilakukan dengan baik. Itulah yang dibuktikan oleh Budi Setiawan.
Saat ini ia adalah staff System Engineer di PT. Equine Global (IT Solution) namun juga pada saat yang sama, beliau adalah pemilik usaha ternak ikan lele sangkuriang di kawasan Cimpaeun,kecamatan tapos Depok. Untuk lebih mengenalkan nama peternakannya kepada masyarakat,maka beliau menamakan peternakannya Cimpaeun Farm.
Saat ini Budi telah memiliki 14 kolam lele yang dimana pada awalnya hanya berjumlah 1 kolam saja,ingin tahu bagaimana pria ini dapat menjalankan pekerjaan dan usahanya,mari kita ikuti wawancara Berita Usaha.com dengan Budi Setiawan
Bertempat di Kel. Cimpaeun Rt. 03/02 No. 23 Kec. Tapos, Cimpaeun Farm berdiri , yang dimana pada saat ini Cimpaeun Farm terfokus pada peternakan ikan lele sangkuriang.
Awal bisnis ini dirintis oleh Budi di pertengahan tahun Agustus 2010, diakui oleh dirinya ketika awal memulai, ia hanya mempunyai 1 kolam untuk memelihara ikan, yang berlokasi di rumah kedua orangtuanya. Ketika itu kolam tersebut hanya sebagai penghilang suntuknya, namun setelah difikir olehya, bagaimana jika dirinya membuat kolam ikan yang menghasilkan uang.
Lewat referensi buku dan internet lalu bertanya kepada para peternak yang sudah memulai usaha ini lebih dulu, akhirnya pria ini memutuskan untuk beternak ikan lele sangkuriang karena menurutnya untuk sekarang ini lele yang paling unggul adalah lele sangkuriang, yang sifatnya tidak mudah mati dan tahan pada berbagai macam cuaca, dan ukurannya yang lebih besar dari lele biasanya.
Bersama salah satu temannya, Andris Negara, Budi mampu bekerja sama untuk mengembangkan usaha ternak lele ini agar dapat lebih maju dan berkembang.
Usaha ini dipilih bukan tanpa alasan, usaha ini dipilihnya karena tugas – tugasnya terbilang mudah dan dapat dilimpahkan ke orang terdekat karena saat ini dirinya bekerja secara professional di PT.
Equine Global (IT Solution), namun usaha agrobisnisnya masih tetap berjalan karena untuk pemberian pakan ternak dapat dikerjakan oleh Andri, ibu atau ayahnya, sementara dirinya hanya memberi makan ikan lele sangkuriang ketika di malam hari dan full di hari sabtu dan minggu saja dimana pemberian pakan ikan dilakukan secara 4kali dalam sehari di waktu jam 9 pagi, 1 siang, 5 sore dan jam 9 malam.
Kendala Budi untuk memulai usaha ini yaitu terletak pada pengetahuan mengenai ikan lele sangkuriang dan ketersediaan pengepul untuk membeli lele langsung dari kolamnya.
Ini juga akan menjadi kendala bagi anda yang akan memulai usaha ini, namun menurutnya, ada beberapa langkah yang harus anda lakukan, seperti banyaklah membaca dari buku atau internet tentang budidaya ikan lele sangkuriang untuk menambah pengetahuan anda, lalu banyaklah berkunjung ke tempat-tempat pembudidayaan yang sudah sukses menelurkan ribuan bibit, Karena dari situ anda dapat mempunyai keahlian langsung dari orangnya.
Untuk masalah pengepul, langkah awal yang dapat lakukan ialah memasarkan diri anda seluas-luasnya,baik itu via online (FB,Blog,dll) ataupun di dunia nyata dengan secara langsung menanyakan siapa pengepul lele di wilayah anda, baik itu lewat pasar tradisional ataupun tukang sayur keliling di lingkungan anda.
Untuk memulai usaha ini,anda cukup merogoh kocek kurang dari Rp 1.500.000,- saja ( jika sudah memiliki lahan ), Budi memberitahu modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha untuk ukuran kolam 2×5 adalah sebagai berikut :
Bambu : 10 biji x 8.000 = Rp 80.000,-
Paku : Rp 15.000,-
Terpal : ukuran 8×5 = 40 x 8000 = Rp 320.000,-
Sekam : Rp 10.000,-
Benih lele ukuran 4-5 sbnyak 1000 ekor = Rp 150.000,-
Pelet 4 karung : 225.000 x 4 = Rp 900.000,-
dengan catatan..kolam adalah investasi
dengan luas kolam sebesar 2X5 meter
Jangan memelihara lele di kolam yang tertutupi pohon atau sesuatu,biarkan saja lele tersebut berpanas-panasan dengan matahari,karena apabila di tutupi dengan pohon akan berpengaruh ke psikologis lele itu sendiri. Sekam digunakan untuk alas terpal sebagai penstabil suhu,karena ikan ini rentan juga akan suhu yang berubah-ubah.
Sedangkan satu karung pellet digunakan untuk pakan lele selama satu minggu di satu kolam, Apabila pakan terlalu mahal dan anda rasa akan merugi, pakan ini bisa disiasati dengan metode 50 : 50 yaitu, 50% pakan lele karungan tadi dan 50% ayam tiren dengan catatan ayam ini dibakar atau direbus terlebih dahulu untuk menghindari penurunan kualitas air yang bisa mengakibatkan kematian ikan lele.
Sebenarnya tanpa pemberian ayam tiren ini kualitas air juga pasti akan menurun karena endapan kotoran lele yang tidak terserap terpal.
Untuk mengatasi permasalahan ini, anda bisa memakai tehnik Shipon yaitu penyedotan kotoran yang terendap dibawah kolam dengan selang yang anda dapat lakukan selama 3 minggu sekali karena apabila lebih lama dari itu,menurut pengalaman Budi ,akan banyak ikan yang mati.
Untuk ukuran pembesaran tergantung ukuran kolamnya, idealnya lele itu dengan ukuran ideal 100 ekor/m , maka jika kita mempunyai kolam ukuran 2 x 5 = 10 meter , maka lele yang bisa anda budidayakan adalah sebanyak 1000 ekor, atau 1100 ekor.
Jadi misal di kolam lele anda ada 1000 ikan lele didalam kolam berukuran 10 M, berarti apabila 1 kg dijual dengan harga Rp.10.000,maka 1 kuintal lele akan menghasilkan omzet sebesar Rp.1.000.000 yang dimana profit bersih yang bisa anda kantongi adalah sebesar Rp.200.000/10m2 dari sektor kolam lele pembenihan .
Tapi pada kenyataannya terkadang lele itu pertumbuhannya tidak sama. “Walaupun pas pertama tebar benih ukurnya sama belum lagi sifat kanibalismenya, mas” tutur pria yang baru menikah februari tahun ini.
Jadi lebih baik apabila anda serius menekuni usaha ini,milikilah banyak kolam sampai ratusan meter namun kami sarankan untuk anda yang tinggal di kota besar,lebih baik membeli tanah di pinggir kota saja,selain harganya murah,kawasan pinggir kota lebih adaptatif untuk lele agar ikan tersebut tidak stress dan mati
Saat ini Budi telah memiliki 14 kolam yang dimana kolamnya terbagi menjadi beberapa kolam,yaitu 10 kolam untuk pembenihan, 2 kolam untuk indukan dan 2 kolam untuk pembesaran.
Kolam ini di bagi-bagi selain agar lebih mudah penyortirannya sekaligus untuk menghindari sifat lele yang kanibal (apabila memiliki badan lebih besar,maka akan memakan yang kecil ).
Dengan pemasukan bersih di awal sekitar 200 ribu rupiah, sekarang budi mampu mengantongi 2 juta rupiah per bulan dari segmen pembenihan dan 5 juta rupiah per bulan dari segmen pembesaran sebagai penghasilan tambahan disamping kerja “kantorannya”.
Selain anda bisa jual kepada pengepul,anda juga bisa menjual lele yang anda hasilkan di depan rumah,dengan strategi menyebarkan pamflet, dan lebih baik lagi apabila sudah di balur dengan bumbu terlebih dahulu sebelumnya,agar mudah untuk di jual dan dikonsumsi oleh tetangga atau orang terdekat di rumah anda.
Lele yang anda jual sendiri ini bisa anda jual Rp 13ribu sampai RP 15 ribu/kg, jauh lebih besar yang apabila dijual pengepul hanya sebesar Rp 10-11 ribu/kg. Selain itu harga lele juga tergantung kepada pasar, apabila lele sepi dan musim sedang kurang bagus,maka harga lele bisa mencapai 10 ribu, tapi apabila pemain lele banyak yang berhasil dan menjual kepada pengepul hanya seharga 10 ribu rupiah saja.
Potensi Peluang Usaha Budidaya Lele
Apabila kita perhatikan banyak terdapat penjual pecel lele yg memerlukan pasokan ikan lele setiap harinya, hal inilah yg membuat permintaan ikan tersebut menjadi semakin tinggi di pasaran dan membuka potensi peluang usaha yg cukup menjanjikan.
Ternak ikan lele relatif lebih mudah apabila dibandingkan dgn ikan air tawar lainnya seperti ikan mas atau mujair karena lebih tahan terhadap penyakit maupun kondisi lingkungan. Berikut ini adalah gambaran secara umum tentang cara budidaya ikan lele
Pembenihan Lele.
Adalah budidaya lele untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dgn cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam-kolam khusus pemijahan.
Pembenihan lele mempunyai prospek yg bagus dgn tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha pembesaran lele.
Sistem Budidaya
Terdapat 3 sistem pembenihan yg dikenal, yaitu :’
1. Sistem Massal. Dilakukan dgn menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam dgn perbandingan tertentu.
2. Sistem Pasangan. Dilakukan dgn menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus.
3. Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi).
Dilakukan dgn merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dgn suntikan ekstrak kelenjar Hyphofise, yg terdapat di sebelah bawah otak besar.
Usaha pembesaran lele kolam terpal dibedakan menjadi tiga macam, yaitu kolam terpal diatas permukaan tanah (tidak perlu mengggali tanah), kolam terpal dibawah permukaan tanah (menggali tanah), kolam beton yg dilapisi terpal.
Usaha ini membutuhkan biaya yg relatif murah dan dinilai lebih praktis, dapat dibuat sendiri karena tidak serumit kolam permanen yg terbuat dari beton.
Keuntungan lainnya dari kolam terpal ini yaitu kolam mudah dibongkar pasang, sehingga bisa dipindah tempat jika kondisi cuaca sedang tidak bersahabat. Selain itu kondisi air kolam juga lebih terkontrol kebersihannya.
Adapun estimasi untuk biaya peluang usaha ini adalah:
Modal Awal
3 buah terpal ukuran 2 x 3 meter (@ Rp 150.000,00 x 3) : Rp 450.000,00
Peralatan tiang kolam (bambu, kayu tiang, dan paku) : Rp 300.000,00
Selang air 20 meter : Rp 50.000,00
Ember /baskom besar 3 buah : Rp 30.000,00
Total Rp 830.000,00
Biaya Operasional
Bibit lele (@ Rp 350,00 x 3000 ekor) : Rp 1.050.000,00
Pakan : Rp 600.000,00
Biaya transport : Rp 100.000,00
Biaya lain – lain : Rp 50.000,00
Total : Rp 1.800.000,00
Omset
Penjualan hasil panen (Rp 11.000,00/kg x 300 kg) = Rp 3.300.000,00
Laba bersih
Rp 3.300.000,00 – Rp 1.800.000,00 = Rp 1.500.000,
3 buah terpal ukuran 2 x 3 meter (@ Rp 150.000,00 x 3) : Rp 450.000,00
Peralatan tiang kolam (bambu, kayu tiang, dan paku) : Rp 300.000,00
Selang air 20 meter : Rp 50.000,00
Ember /baskom besar 3 buah : Rp 30.000,00
Total Rp 830.000,00
Biaya Operasional
Bibit lele (@ Rp 350,00 x 3000 ekor) : Rp 1.050.000,00
Pakan : Rp 600.000,00
Biaya transport : Rp 100.000,00
Biaya lain – lain : Rp 50.000,00
Total : Rp 1.800.000,00
Omset
Penjualan hasil panen (Rp 11.000,00/kg x 300 kg) = Rp 3.300.000,00
Laba bersih
Rp 3.300.000,00 – Rp 1.800.000,00 = Rp 1.500.000,
Senin, 26 Desember 2011
Cacat Kaki Tak Halangi Ade Jadi Pelopor Pembenihan Ikan Lele
Memasuki Kampung Cibeureum RT 08 RW 08, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, terlihat berjajar sekitar 100 kolam terpal warna oranye tempat pembenihan ikan lele sangkuriang.
Kampung yang dikenal sebagai sentra perajin sandal ini, kini menjadi sentra usaha pembenihan ikan lele sangkuriang. Ini berkat ketekunan Ade Mulyadi (32), anak kedua dari enam bersaudara pasangan Muchtar (59) dan Rohani (56), sejak dua tahun yang lalu.
Keberhasilan Ade mengembangkan usahanya seperti saat ini tentu tak lepas dari mental bajanya yang pantang menyerah. Meskipun kaki kanannya cacat karena polio sejak usia 3 tahun, dia berhasil mengembangkan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang, lele biakan baru yang kini semakin populer, terutama di Bogor.
Pengembangan usaha baru, yakni pembenihan ikan lele oleh pemuda itu, boleh disebut sebagai pelopor usaha pembenihan ikan di sentra perajin sandal Cibeureum. Usahanya bukan main-main.
Ade bersama 4 pekerjanya tiap hari mengawasi, merawat sekitar 100 kolam pembenihan, dan menabur pakan untuk benih ikan secara tepat waktu dan tepat takarannya. Kolam ikan itu tampak unik karena dibuat khusus dengan menggunakan terpal warna oranye yang biasa digunakan untuk tenda.
Menurut Ade, usaha pembenihan ikan lele sangkuriang ini diawali dengan kegagalan dalam mengembangkan usaha pembenihan ikan lele dumbo yang dimodali ayahnya. Saat itu, lebih dari Rp 75 juta uang yang dikeluarkan ayahnya untuk modal usaha pembenihan ikan lele dumbo amblas.
"Tak pernah dijual, benih ikan itu mati diduga terserang penyakit," kata Muchtar, ayah Ade. Sebelum bergabung dengan anaknya mengusahakan pembenihan lele sangkuriang, Muchtar adalah pedagang di pasar dan perajin sandal.
Belajar
Suatu hari, Muchtar yang beralih profesi menjadi pembenih ikan lele ini memperoleh keterangan tentang "pendekar lele sangkuriang" Nasrudin, di Kampung Sukabirus, Desa Gadog, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Maka, dia pun mendatangi Nasrudin untuk mencari tahu atau "berguru" ilmu perlelean.
Namun, Muchtar tidak lantas berguru secara langsung. Setelah pertemuan dengan Nasrudin dan mendapat gambaran mengenai usaha itu, Muchtar kemudian mengutus Ade untuk mengikuti pelatihan kepada Nasrudin. Setelah itu, Muchtar menyusul bersama dua anaknya yang lain, Wawan dan Trimulyana, untuk menimba ilmu mengenai pembenihan lele.
Ternyata, untuk menimba ilmu tentang lele tidak perlu waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, apalagi bertahun-tahun.
Ade mengikuti pelatihan hanya selama 3 hari di pusat pelatihan lele Nasrudin di Kampung Sukabirus. Dia sudah memperoleh "jurus-jurus" jitu cara memelihara, memberikan pakan, dan mengatasi penyakit ikan secara tepat.
Tanpa menunggu waktu lagi, bekal pengetahuan itu langsung diterapkan di lapangan. Kolam-kolam pun dibuat tidak dengan menggali tanah, sebagaimana layaknya kolam ikan yang kita kenal selama ini.
Mereka menggunakan terpal untuk membuat "kolam-kolam" itu, dan kemudian diisi benih ikan lele sangkuriang. Rupanya tanda-tanda keberhasilan usaha lele itu mulai tampak.
"Berangsur-angsur usaha kami itu, berhasil," kata Ade, akhir Maret lalu. Kematian benih lele seperti yang terjadi saat mengembangkan lele dumbo bisa mereka atasi.
Perlakuan khusus bisa menekan angka kematian benih. Saat ini, usaha mereka sudah jauh berkembang. Siang itu, misalnya, Ade baru saja melayani pembeli benih lele sangkuriang ukuran 4-6 cm sebanyak 4.000 ekor.
Kewalahan
Diawali dari 10 kolam terpal ukuran 2 x 4 meter untuk pembenihan, kini Ade yang mengembangkan usaha bersama ayah dan adiknya memiliki sekitar 100 kolam pembenihan ikan lele sangkuriang. Muchtar sendiri juga memiliki sekitar 10 kolam pembesaran ukuran 10 x 10 meter.
Satu paket induk lele sangkuriang terdiri dari 10 betina dan 5 jantan. Ade membeli induk lele pada Nasrudin seharga Rp 800.000 per paket. Sejak menetas sampai dipanen, usia benih ikan lele sangkuriang ukuran 4-6 cm butuh waktu sekitar 50 hari. Setiap ekor induk lele sangkuriang bisa menghasilkan 70.000–100.000 ekor benih.
"Saat ini, setiap bulan kami baru bisa menjual 300.000 benih dengan harga Rp 150 per ekor," kata Ade. Pesanan benih lele memang terus mengalir.
Namun, tidak semua pesanan itu mampu dipenuhi. Ade mencontohkan, adanya permintaan benih sebanyak 1 juta ekor setiap bulan dari pembeli warga Tangerang, Banten, tetapi permintaan itu tidak sanggup mereka penuhi.
"Untuk melayani peternak ikan lele sangkuriang di daerah Kabupaten/Kota Bogor dan sekitarnya saja, kami masih kewalahan," kata Ade. Melihat kondisi seperti itu, Ade mencari jalan keluar dengan menyiapkan 10 orang binaan sebagai pembenih ikan lele sangkuriang.
Sementara Muchtar yang memiliki 10 kolam pembesaran mengisi kolamnya dengan 10.000 ekor benih ukur 4–6 cm. Dari 10.000 benih ini, setelah 45 hari dapat dipanen 1 ton ikan lele ukuran 6–7 ekor per kg.
Harga jualnya saat ini Rp 10.500 per kg. "Dari panen 1 ton ikan itu, dipotong pakan dan biaya pemeliharaan, masih ada keuntungan sekitar Rp 3 juta," kata Muchtar.
Ade dan ayahnya, sebagai keluarga pelopor usaha pembenihan ikan lele di sentra Perajin Sandal Cibeureum ini, sekarang sering menerima kunjungan tamu yang ingin belajar budidaya ikan lele sangkuriang, baik untuk pembenihan maupun pembesaran.
"Kami dengan senang hati menjelaskan bagaimana caranya menjadi pembudidaya ikan lele sangkuriang," kata Ade.
Dia mengatakan, pihaknya memang berkonsentrasi di bidang pembenihan untuk memasok mereka yang berusaha di bidang pembesaran lele sangkuriang.
"Lebih menguntungkan jadi pembenih daripada pembesar ikan," kata Ade, seraya menambahkan bahwa kerugian puluhan juta rupiah yang dideritanya dua tahun yang lalu berangsur-angsur dapat ditutupi dari keuntungan penjualan benih ikan.
Ikan Lele merupakan keluarga Catfish yang memiliki jenis yang sangat banyak, diantaranya Lele Dumbo, Lele Lokal, Lele Phyton, Lele Sangkuriang dan lain-lain.
Berikut ini akan dibahas BUDI DAYA IKAN LELE DUMBO pada Kolam terpal. Budi Daya Ikan Lele dumbo relatif lebih mudah dan sederhana jika dibandingkan dengan budi daya guramih.
Pada dasarnya metode Budi Daya ini adalah solusi untuk beberapa kondisi antara lain lahan yang sempit, modal yang tidak terlalu besar dan solusi untuk daerah yang minim air. Lele Dumbo merupakan ikan yang memiliki beberapa keistimewaan dan banyak diminati orang.
Aneka masakan dari lele bisa diperoleh dengan mudah, rasa daging yang lezat dan gurih membuat bisnis budi daya lele menjadi peluang usaha yang cukup menjanjikan keuntungan. Selain itu Lele dumbo lebih mudah dipelihara dancepat dalam pertumbuhannya .
Dengan kondisi air yang "buruk" Lele dumbo bisa bertahan hidup dan berkembang dengan baik, dengan demikian solusi pemeliharaan lele dumbo dengan terpal menjadi alternatif yang perlu dicoba.
Budi Daya Ikan Lele dumbo dengan Kolam terpal mendatangkanpeluang usaha yang cukup menjanjikan dan tidak memerlukan modal usaha yang besar. Analisis budi daya Lele Dumbo dapa dilakukan dalam berbagai model untuk konsumsi dan pembibitan.
Budi Daya Ikan Lele Dumbo Konsumsi merupakan upaya memelihara Ikan Lele Dumbo sampai ukuran dan bobot tertentu. Biasanya dari berat 1 ons per ekor ikan lele dumbo sampai 1 kg per ekor. Ukuran Lele Dumbo 1 Kg /ekor ke atas biasanya digunakan pada kolam pemancingan yang berisi Lele dumbo.
Budi Daya Lele Dumbo Untuk Pembibitan
Peluang Usaha Budi Daya Lele dumbo Untuk tujuan pembibitan bisa dilakukan antara lain:
- Pemijahan dan penetasan telur lele dumbo, setelah menetas bisa dijual kepada peternak lain untuk dibesarkan atau dipelihara lagi sampai besar. Karena bibit lele dumbo baru menetas sudah bisa dijual, sehingga merupakan peluang usaha bagi yang memilih menekuni bidang ini.
Jika lahan yang tersedia sempit solusi ini bisa menjadi alternatif. Modal untuk usaha ini hanya tempat dan indukan lele dumbo. Bibit Lele dumbo baru menetas biasanya dihargai berdasarkan perkiraan jumlah anakan Lele Dumbo, yang ditentukan berdasarkan bobot induk dan jumlah induk Lele Dumbo.
- Penyediaan Bibit Ukuran 2-3 cm, dalam kurun waktu satu bulan setelah menetas bibit lele dumbo telah mencapai ukuran 2-3 cm dan siap untuk dijual ke pasaran. Pembesaran benih lele dari menetas hingga ukuran ini idealnya ditempatkan pada kolam lumpur atau sawah, sehingga memerlukan lahan yang relatif luas.
Meski di kolam terpal tetap bisa dilakukan tetapi tidak bisa dalam jumlah yang besar, meski demikian peluang usaha tetap terbuka. Pembesaran Lele Dumbo pada bak atau kolam terpal pada ukuran ini memerlukan makanan tambahan berupa pelet buatan pabrik.
- Penyediaan Bibit ukuran 5-7 cm, pada ukuran 5-7 cm benih lele dumbo siap dijual sebagai bibit yang mendatangkan peluang usaha. Biasanya ukuran ini dipelihara oleh peternak sampai ukuran layak konsumsi.
Peluang usaha budi daya lele dumbo untuk konsumsi ini relatif lebih mudah karena ukuran lele yang besar lebih tahan terhadap penyakit, dan tingkat hidup lebih tinggi. Untuk mendapatkan ukuran lele dumbo yang lebih besar memerlukan waktu 3 sampai 4 bulan.
Untuk Pembesaran sampai tingkat konsumsi bisa digunakan lahan dengan ukuran 2 x 1x 0.6 meter, yang bisa diisi dengan 100 ekor lele dumbo ukuran 5-7 cm. Model pembuatan kolam bisa dengan menggali tanah kemudian diberi terpal atau dengan membuat rangka dari kayu yang kemudian diberi terpal. Cara pertama lebih membuat terpal tahan lebih lama.
Perlu disediakan pula rumpon atau semacam perlindungan untuk lele. Karena lele merupakan ikan yang senang bersembunyi di daerah yang tertutup.
Pemberian pakan dilakukan dengan pemberian pelet sehari dua kali, lebih bagus lagi lebih dari dua kali tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit. Jika di lingkungan tersedia pakan alami seperti Bekicot, kerang, keong emas, rayap dan lain-lain, bisa diberikan makanan alami tersebut.
Makanan alami selain bisa menghemat pengeluaran juga memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga pertumbuhan lele dumbo lebih cepat. Selain itu ada beberapa teknologi yang bisa dipakai untukmempercepat pertumbuhan ikan lele dan ikan lainnya.
Meski Lele dumbo tahan terhadap kondisi air yang buruk ada baiknya perlu diganti air sekitar 10-30% setiap minggu, agar kolam tidak terlalu kotor dan berbau. Pada usia satu bulan atau jika diperlukan perlu dilakukan seleksi dan pemisahan lele yang memiliki ukuran yang berbeda.
Biasanya lele mengalami pertumbuhan yang tidak sama, sehingga jika tidak dipisahkan lele dengan ukuran kecil akan kalah bersaing dalam berebut makanan. Selain itu pisahkan jika ada ikan yang terindikasi terserang penyakit agar tidak menular.
Kampung yang dikenal sebagai sentra perajin sandal ini, kini menjadi sentra usaha pembenihan ikan lele sangkuriang. Ini berkat ketekunan Ade Mulyadi (32), anak kedua dari enam bersaudara pasangan Muchtar (59) dan Rohani (56), sejak dua tahun yang lalu.
Keberhasilan Ade mengembangkan usahanya seperti saat ini tentu tak lepas dari mental bajanya yang pantang menyerah. Meskipun kaki kanannya cacat karena polio sejak usia 3 tahun, dia berhasil mengembangkan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang, lele biakan baru yang kini semakin populer, terutama di Bogor.
Pengembangan usaha baru, yakni pembenihan ikan lele oleh pemuda itu, boleh disebut sebagai pelopor usaha pembenihan ikan di sentra perajin sandal Cibeureum. Usahanya bukan main-main.
Ade bersama 4 pekerjanya tiap hari mengawasi, merawat sekitar 100 kolam pembenihan, dan menabur pakan untuk benih ikan secara tepat waktu dan tepat takarannya. Kolam ikan itu tampak unik karena dibuat khusus dengan menggunakan terpal warna oranye yang biasa digunakan untuk tenda.
Menurut Ade, usaha pembenihan ikan lele sangkuriang ini diawali dengan kegagalan dalam mengembangkan usaha pembenihan ikan lele dumbo yang dimodali ayahnya. Saat itu, lebih dari Rp 75 juta uang yang dikeluarkan ayahnya untuk modal usaha pembenihan ikan lele dumbo amblas.
"Tak pernah dijual, benih ikan itu mati diduga terserang penyakit," kata Muchtar, ayah Ade. Sebelum bergabung dengan anaknya mengusahakan pembenihan lele sangkuriang, Muchtar adalah pedagang di pasar dan perajin sandal.
Belajar
Suatu hari, Muchtar yang beralih profesi menjadi pembenih ikan lele ini memperoleh keterangan tentang "pendekar lele sangkuriang" Nasrudin, di Kampung Sukabirus, Desa Gadog, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Maka, dia pun mendatangi Nasrudin untuk mencari tahu atau "berguru" ilmu perlelean.
Namun, Muchtar tidak lantas berguru secara langsung. Setelah pertemuan dengan Nasrudin dan mendapat gambaran mengenai usaha itu, Muchtar kemudian mengutus Ade untuk mengikuti pelatihan kepada Nasrudin. Setelah itu, Muchtar menyusul bersama dua anaknya yang lain, Wawan dan Trimulyana, untuk menimba ilmu mengenai pembenihan lele.
Ternyata, untuk menimba ilmu tentang lele tidak perlu waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, apalagi bertahun-tahun.
Ade mengikuti pelatihan hanya selama 3 hari di pusat pelatihan lele Nasrudin di Kampung Sukabirus. Dia sudah memperoleh "jurus-jurus" jitu cara memelihara, memberikan pakan, dan mengatasi penyakit ikan secara tepat.
Tanpa menunggu waktu lagi, bekal pengetahuan itu langsung diterapkan di lapangan. Kolam-kolam pun dibuat tidak dengan menggali tanah, sebagaimana layaknya kolam ikan yang kita kenal selama ini.
Mereka menggunakan terpal untuk membuat "kolam-kolam" itu, dan kemudian diisi benih ikan lele sangkuriang. Rupanya tanda-tanda keberhasilan usaha lele itu mulai tampak.
"Berangsur-angsur usaha kami itu, berhasil," kata Ade, akhir Maret lalu. Kematian benih lele seperti yang terjadi saat mengembangkan lele dumbo bisa mereka atasi.
Perlakuan khusus bisa menekan angka kematian benih. Saat ini, usaha mereka sudah jauh berkembang. Siang itu, misalnya, Ade baru saja melayani pembeli benih lele sangkuriang ukuran 4-6 cm sebanyak 4.000 ekor.
Kewalahan
Diawali dari 10 kolam terpal ukuran 2 x 4 meter untuk pembenihan, kini Ade yang mengembangkan usaha bersama ayah dan adiknya memiliki sekitar 100 kolam pembenihan ikan lele sangkuriang. Muchtar sendiri juga memiliki sekitar 10 kolam pembesaran ukuran 10 x 10 meter.
Satu paket induk lele sangkuriang terdiri dari 10 betina dan 5 jantan. Ade membeli induk lele pada Nasrudin seharga Rp 800.000 per paket. Sejak menetas sampai dipanen, usia benih ikan lele sangkuriang ukuran 4-6 cm butuh waktu sekitar 50 hari. Setiap ekor induk lele sangkuriang bisa menghasilkan 70.000–100.000 ekor benih.
"Saat ini, setiap bulan kami baru bisa menjual 300.000 benih dengan harga Rp 150 per ekor," kata Ade. Pesanan benih lele memang terus mengalir.
Namun, tidak semua pesanan itu mampu dipenuhi. Ade mencontohkan, adanya permintaan benih sebanyak 1 juta ekor setiap bulan dari pembeli warga Tangerang, Banten, tetapi permintaan itu tidak sanggup mereka penuhi.
"Untuk melayani peternak ikan lele sangkuriang di daerah Kabupaten/Kota Bogor dan sekitarnya saja, kami masih kewalahan," kata Ade. Melihat kondisi seperti itu, Ade mencari jalan keluar dengan menyiapkan 10 orang binaan sebagai pembenih ikan lele sangkuriang.
Sementara Muchtar yang memiliki 10 kolam pembesaran mengisi kolamnya dengan 10.000 ekor benih ukur 4–6 cm. Dari 10.000 benih ini, setelah 45 hari dapat dipanen 1 ton ikan lele ukuran 6–7 ekor per kg.
Harga jualnya saat ini Rp 10.500 per kg. "Dari panen 1 ton ikan itu, dipotong pakan dan biaya pemeliharaan, masih ada keuntungan sekitar Rp 3 juta," kata Muchtar.
Ade dan ayahnya, sebagai keluarga pelopor usaha pembenihan ikan lele di sentra Perajin Sandal Cibeureum ini, sekarang sering menerima kunjungan tamu yang ingin belajar budidaya ikan lele sangkuriang, baik untuk pembenihan maupun pembesaran.
"Kami dengan senang hati menjelaskan bagaimana caranya menjadi pembudidaya ikan lele sangkuriang," kata Ade.
Dia mengatakan, pihaknya memang berkonsentrasi di bidang pembenihan untuk memasok mereka yang berusaha di bidang pembesaran lele sangkuriang.
"Lebih menguntungkan jadi pembenih daripada pembesar ikan," kata Ade, seraya menambahkan bahwa kerugian puluhan juta rupiah yang dideritanya dua tahun yang lalu berangsur-angsur dapat ditutupi dari keuntungan penjualan benih ikan.
Ikan Lele merupakan keluarga Catfish yang memiliki jenis yang sangat banyak, diantaranya Lele Dumbo, Lele Lokal, Lele Phyton, Lele Sangkuriang dan lain-lain.
Berikut ini akan dibahas BUDI DAYA IKAN LELE DUMBO pada Kolam terpal. Budi Daya Ikan Lele dumbo relatif lebih mudah dan sederhana jika dibandingkan dengan budi daya guramih.
Pada dasarnya metode Budi Daya ini adalah solusi untuk beberapa kondisi antara lain lahan yang sempit, modal yang tidak terlalu besar dan solusi untuk daerah yang minim air. Lele Dumbo merupakan ikan yang memiliki beberapa keistimewaan dan banyak diminati orang.
Aneka masakan dari lele bisa diperoleh dengan mudah, rasa daging yang lezat dan gurih membuat bisnis budi daya lele menjadi peluang usaha yang cukup menjanjikan keuntungan. Selain itu Lele dumbo lebih mudah dipelihara dancepat dalam pertumbuhannya .
Dengan kondisi air yang "buruk" Lele dumbo bisa bertahan hidup dan berkembang dengan baik, dengan demikian solusi pemeliharaan lele dumbo dengan terpal menjadi alternatif yang perlu dicoba.
Budi Daya Ikan Lele dumbo dengan Kolam terpal mendatangkanpeluang usaha yang cukup menjanjikan dan tidak memerlukan modal usaha yang besar. Analisis budi daya Lele Dumbo dapa dilakukan dalam berbagai model untuk konsumsi dan pembibitan.
Model Budi Daya Lele Dumbo
Peluang usaha Budi daya lele dumbo dengan kolam terpal dapat dilakukan dalam beberapa bentuk antara lain, tujuan pembibitan dan tujuan konsumsi. Budi daya Ikan Lele Dumbo sebagai bibit merupakan upaya memenuhi kebutuhan bibit yang terus meningkat seiring dengan permintaan Ikan Lele Dumbo Konsumsi.Budi Daya Ikan Lele Dumbo Konsumsi merupakan upaya memelihara Ikan Lele Dumbo sampai ukuran dan bobot tertentu. Biasanya dari berat 1 ons per ekor ikan lele dumbo sampai 1 kg per ekor. Ukuran Lele Dumbo 1 Kg /ekor ke atas biasanya digunakan pada kolam pemancingan yang berisi Lele dumbo.
Budi Daya Lele Dumbo Untuk Pembibitan
Peluang Usaha Budi Daya Lele dumbo Untuk tujuan pembibitan bisa dilakukan antara lain:
- Pemijahan dan penetasan telur lele dumbo, setelah menetas bisa dijual kepada peternak lain untuk dibesarkan atau dipelihara lagi sampai besar. Karena bibit lele dumbo baru menetas sudah bisa dijual, sehingga merupakan peluang usaha bagi yang memilih menekuni bidang ini.
Jika lahan yang tersedia sempit solusi ini bisa menjadi alternatif. Modal untuk usaha ini hanya tempat dan indukan lele dumbo. Bibit Lele dumbo baru menetas biasanya dihargai berdasarkan perkiraan jumlah anakan Lele Dumbo, yang ditentukan berdasarkan bobot induk dan jumlah induk Lele Dumbo.
- Penyediaan Bibit Ukuran 2-3 cm, dalam kurun waktu satu bulan setelah menetas bibit lele dumbo telah mencapai ukuran 2-3 cm dan siap untuk dijual ke pasaran. Pembesaran benih lele dari menetas hingga ukuran ini idealnya ditempatkan pada kolam lumpur atau sawah, sehingga memerlukan lahan yang relatif luas.
Meski di kolam terpal tetap bisa dilakukan tetapi tidak bisa dalam jumlah yang besar, meski demikian peluang usaha tetap terbuka. Pembesaran Lele Dumbo pada bak atau kolam terpal pada ukuran ini memerlukan makanan tambahan berupa pelet buatan pabrik.
- Penyediaan Bibit ukuran 5-7 cm, pada ukuran 5-7 cm benih lele dumbo siap dijual sebagai bibit yang mendatangkan peluang usaha. Biasanya ukuran ini dipelihara oleh peternak sampai ukuran layak konsumsi.
Pemeliharaan Lele Dumbo Untuk Konsumsi
Lele dumbo untuk keperluan konsumsi biasanya dipelihara mulai dari ukuran 5-7 cm atau lebih besar, untuk hasil panen cepat bisa dilakukan dalam waktu 2 bulan dengan pemberian makanan yang ekstra dan optimal.Peluang usaha budi daya lele dumbo untuk konsumsi ini relatif lebih mudah karena ukuran lele yang besar lebih tahan terhadap penyakit, dan tingkat hidup lebih tinggi. Untuk mendapatkan ukuran lele dumbo yang lebih besar memerlukan waktu 3 sampai 4 bulan.
Persiapan Pembuatan Kolam Terpal
Persiapan untuk budi daya lele dumbo dengan kolam terpal meliputi persiapan lahan kolam, persiapan material terpal, dan persiapan perangkat pendukung. Lahan yang perlu disediakan disesuaikan dengan keadaan dan jumlah lele yang akan dipelihara.Untuk Pembesaran sampai tingkat konsumsi bisa digunakan lahan dengan ukuran 2 x 1x 0.6 meter, yang bisa diisi dengan 100 ekor lele dumbo ukuran 5-7 cm. Model pembuatan kolam bisa dengan menggali tanah kemudian diberi terpal atau dengan membuat rangka dari kayu yang kemudian diberi terpal. Cara pertama lebih membuat terpal tahan lebih lama.
Pemeliharaan Lele Dumbo
Pertama kali kolam terpal diisi dengan air yang tidak terlalu dalam terlebh dahulu, untuk lele dumbo ukuran 5-7 cm bisa diisi air 40 cm terlebih dahulu, agar ikan tidak terlalu capek naik dan turun dasar kolam untuk mengambil oksigen, seiring dengan bertambahnya usia dan ukuran kedalaman air ditambah.Perlu disediakan pula rumpon atau semacam perlindungan untuk lele. Karena lele merupakan ikan yang senang bersembunyi di daerah yang tertutup.
Pemberian pakan dilakukan dengan pemberian pelet sehari dua kali, lebih bagus lagi lebih dari dua kali tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit. Jika di lingkungan tersedia pakan alami seperti Bekicot, kerang, keong emas, rayap dan lain-lain, bisa diberikan makanan alami tersebut.
Makanan alami selain bisa menghemat pengeluaran juga memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga pertumbuhan lele dumbo lebih cepat. Selain itu ada beberapa teknologi yang bisa dipakai untukmempercepat pertumbuhan ikan lele dan ikan lainnya.
Meski Lele dumbo tahan terhadap kondisi air yang buruk ada baiknya perlu diganti air sekitar 10-30% setiap minggu, agar kolam tidak terlalu kotor dan berbau. Pada usia satu bulan atau jika diperlukan perlu dilakukan seleksi dan pemisahan lele yang memiliki ukuran yang berbeda.
Biasanya lele mengalami pertumbuhan yang tidak sama, sehingga jika tidak dipisahkan lele dengan ukuran kecil akan kalah bersaing dalam berebut makanan. Selain itu pisahkan jika ada ikan yang terindikasi terserang penyakit agar tidak menular.
Perikanan Darat : Lele Sangkuriang, Megamendung, Bogor
Kecebong, anak kodok, muncul di kolam, membuat Nasrudin gembira karena dia mengira kecebong itu anak ikan lele.
Kegembiraannya itu sirna dan dia tersipu malu ketika diberi tahu bahwa yang dikira anak ikan lele itu adalah kecebong. Kodok betina yang masuk ke kolam tanpa diketahui, bertelur dan menetas bersama dua indukan ikan lele betina dan seekor jantan.
Itu pengalaman pertama Nasrudin (61) sejak delapan tahun lalu saat belajar beternak ikan lele.
”Kecebong disangka anak lele. Ngerakeun pisan (sangat memalukan),” kata Nasrudin, menuturkan awal usahanya menjadi peternak ikan lele delapan tahun lalu, di Saung Pertemuan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Jaya Sentosa, awal November lalu.
Saung itu berdiri di tepi puluhan kolam ikan lele yang terbuat dari terpal dan tembok di lahan seluas 12.000 meter persegi di Kampung Sukabirus, Desa Gadog, Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Kini, dia tak lagi dipermalukan atas ketidaktahuannya. Nasrudin sudah tersohor berkat lele sangkuriang yang mulai dikembangbiakkan pada 2001. Dia mengawali usaha beternak lele dengan benih sekitar 100.000 lele sangkuriang yang diperoleh dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi. Nama sangkuriang yang diberikan itu memang diambil dari legenda Tanah Pasundan untuk menandakan lokasi asal pembiakan lele jenis tersebut.
Lele sangkuriang ini merupakan perbaikan genetik melalui silang balik antara induk betina lele dumbo generasi kedua (F2) dan jantan lele dumbo generasi keenam (F6). Induk betina (F2) berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia pada 1985.
Petugas penyuluh pertanian dan perikanan setempat memberikan bimbingan beternak ikan secara benar. Berkat ketekunannya, Nasrudin berhasil mengembangkan ikan lele sangkuriang.
Dia kini sudah menjadi ”pendekar lele”, bukan saja mahir dalam membesarkan lele dengan jurus-jurus yang jitu, tetapi juga mampu mengobati lele yang diserang penyakit, seperti radang kulit, dengan obat herbal ramuannya sendiri. Obat ini diberikan cuma-cuma kepada yang memerlukan.
”Letkol”
Sejak 2005, dia menjadi pelatih bagi kelompok dari sejumlah daerah, termasuk sejumlah karyawan perusahaan swasta dan pemerintah menjelang pensiun yang ingin beternak lele. Namanya pun sohor menjadi ”Nasrudin Lele” dari Desa Gadog.
Bahkan, kalangan pembudidaya lele dan warga setempat menjuluki Nasrudin dengan sebutan Bapak Letkol—akronim dari Lele Kolam yang dipelesetkan menjadi Letkol—sehingga dia kemudian disebut ”Letkol” Nasrudin.
Petani lele sangkuriang dari Desa Gadog ini kini lebih jauh berangan-angan membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran dengan memelihara lele.
”Budidaya lele tidak terlalu sulit, teknologinya juga mudah dan tiga bulan sudah bisa dipanen. Masyarakat kecil bisa membudidayakan lele di halaman rumahnya. Cukup dengan lahan minim, hanya dengan luas 1 meter x 1 meter, serta modal Rp 75.000 untuk bibit dan pakan, sudah bisa beternak lele skala kecil,” kata Nasrudin.
Dia tak segan-segan membagi pengetahuan memelihara lele secara benar kepada mereka yang ingin membudidayakan lele. Dia juga siap membantu mereka yang datang menimba ilmu di P4S Gadog tanpa dipungut biaya.
Sejumlah petugas penyuluh pertanian dan perikanan serta pakar perikanan pun mendukung kegiatan Nasrudin membudidayakan lele sangkuriang dan melakukan pelatihan.
Dukungan ini membuat Nasrudin bersemangat dan bertambah yakin akan angan-angannya untuk menjadikan Desa Gadog sebagai sentra budidaya lele sangkuriang.
Bahkan, 7 September lalu, Nasrudin diangkat menjadi Ketua Gabungan Kelompok (Gapok) Budidaya Ikan Lele Sangkuriang ”Cahaya Kita” untuk wilayah tengah Provinsi Jabar dengan pusat aktivitas di wilayah Kabupaten/Kota Bogor.
Kegembiraannya itu sirna dan dia tersipu malu ketika diberi tahu bahwa yang dikira anak ikan lele itu adalah kecebong. Kodok betina yang masuk ke kolam tanpa diketahui, bertelur dan menetas bersama dua indukan ikan lele betina dan seekor jantan.
Itu pengalaman pertama Nasrudin (61) sejak delapan tahun lalu saat belajar beternak ikan lele.
”Kecebong disangka anak lele. Ngerakeun pisan (sangat memalukan),” kata Nasrudin, menuturkan awal usahanya menjadi peternak ikan lele delapan tahun lalu, di Saung Pertemuan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Jaya Sentosa, awal November lalu.
Saung itu berdiri di tepi puluhan kolam ikan lele yang terbuat dari terpal dan tembok di lahan seluas 12.000 meter persegi di Kampung Sukabirus, Desa Gadog, Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Kini, dia tak lagi dipermalukan atas ketidaktahuannya. Nasrudin sudah tersohor berkat lele sangkuriang yang mulai dikembangbiakkan pada 2001. Dia mengawali usaha beternak lele dengan benih sekitar 100.000 lele sangkuriang yang diperoleh dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi. Nama sangkuriang yang diberikan itu memang diambil dari legenda Tanah Pasundan untuk menandakan lokasi asal pembiakan lele jenis tersebut.
Lele sangkuriang ini merupakan perbaikan genetik melalui silang balik antara induk betina lele dumbo generasi kedua (F2) dan jantan lele dumbo generasi keenam (F6). Induk betina (F2) berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia pada 1985.
Petugas penyuluh pertanian dan perikanan setempat memberikan bimbingan beternak ikan secara benar. Berkat ketekunannya, Nasrudin berhasil mengembangkan ikan lele sangkuriang.
Dia kini sudah menjadi ”pendekar lele”, bukan saja mahir dalam membesarkan lele dengan jurus-jurus yang jitu, tetapi juga mampu mengobati lele yang diserang penyakit, seperti radang kulit, dengan obat herbal ramuannya sendiri. Obat ini diberikan cuma-cuma kepada yang memerlukan.
”Letkol”
Sejak 2005, dia menjadi pelatih bagi kelompok dari sejumlah daerah, termasuk sejumlah karyawan perusahaan swasta dan pemerintah menjelang pensiun yang ingin beternak lele. Namanya pun sohor menjadi ”Nasrudin Lele” dari Desa Gadog.
Bahkan, kalangan pembudidaya lele dan warga setempat menjuluki Nasrudin dengan sebutan Bapak Letkol—akronim dari Lele Kolam yang dipelesetkan menjadi Letkol—sehingga dia kemudian disebut ”Letkol” Nasrudin.
Petani lele sangkuriang dari Desa Gadog ini kini lebih jauh berangan-angan membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran dengan memelihara lele.
”Budidaya lele tidak terlalu sulit, teknologinya juga mudah dan tiga bulan sudah bisa dipanen. Masyarakat kecil bisa membudidayakan lele di halaman rumahnya. Cukup dengan lahan minim, hanya dengan luas 1 meter x 1 meter, serta modal Rp 75.000 untuk bibit dan pakan, sudah bisa beternak lele skala kecil,” kata Nasrudin.
Dia tak segan-segan membagi pengetahuan memelihara lele secara benar kepada mereka yang ingin membudidayakan lele. Dia juga siap membantu mereka yang datang menimba ilmu di P4S Gadog tanpa dipungut biaya.
Sejumlah petugas penyuluh pertanian dan perikanan serta pakar perikanan pun mendukung kegiatan Nasrudin membudidayakan lele sangkuriang dan melakukan pelatihan.
Dukungan ini membuat Nasrudin bersemangat dan bertambah yakin akan angan-angannya untuk menjadikan Desa Gadog sebagai sentra budidaya lele sangkuriang.
Bahkan, 7 September lalu, Nasrudin diangkat menjadi Ketua Gabungan Kelompok (Gapok) Budidaya Ikan Lele Sangkuriang ”Cahaya Kita” untuk wilayah tengah Provinsi Jabar dengan pusat aktivitas di wilayah Kabupaten/Kota Bogor.
Lele Sangkuriang Tembus Pasar Dunia
Legenda Sangkuriang kini telah diabadikan menjadi spesies ikan lele. Jenis ikan yang diperkirakan mampu bertahan dari berbagai virus ternyata mampu menembus pasaran dunia.
Persilangan genetika induk betina dengan jantan ke enam ternyata mampu menghasilkan benih ikan lele unggulan. Dari persilangan itulah, maka ikan lele jenis ini kerap disebut ikan Lele Sangkuriang.
Keunggulan jenis ikan lele dari hasil penangkaran Balai Budi Daya Air Tawar (BBAT) Sukabumi itu, ternyata lebih menguntungkan para peternak. Ikan lele ini, perkembanmgan lebih cepat dibandingkan jenis ikan lainnya. Para petani bisa memanen ikan lele dalam usia dua bulan.
Selain itu, lele Sangkuriang diyakini dari hasil analisis BBAT mampu bertahan hidup dari serangan virus. Penyakit yang kerap membayang-bayangi usaha para petani selalu menjadi problematikan usahanya.
“Jenis ikan lele Sangkuriang ini lebih tahan penyakit.
Karena itu petani mulai melirik mengembangkanbiakan jenis lele Sangkuriang di kolam-kolamnya.
Para petani yang sebelum kerap dikesalkan dengan penyakit dan jamur mulai serius memelihara Sangkuriang untuk mengembangkan usahanya,” kata Ahmad Jauhar ketua kelompok Ikan Balai Budi Daya Air Tawar kepada “PRLM”, Sabtu (31/1).
Maggot Untuk Budidaya Ikan Lele Sangkuriang
Komponen dasar pelet yang digunakan dalam budidaya lele, seperti halnya pakan ikan karnivora, yaitu tepung ikan. Namun demikian, kenaikan biaya tepung ikan, yang menyebabkan meninkatnya harga pakan dan tingginya ongkos produksi lele, memicu pencarian sumber–sumber protein alternatif bagi bahan baku pakan lele.
Pakan merupakan variabel tunggal terbesar dalam operasional produksi dan dalam budidaya udang semi-intensif misalnya biaya pakan ini hampir 28% dari total biaya (Treece, 2000).
Pencarian sumber protein alternatif yang dapat memberi performance sebanding dengan tepung ikan perlu terus dilakukan secara kontinyu.
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar telah melakukan kajian-kajian terhadap larva maggot, Black Soldier (Hermitia illuciens) sejak tahun 2004 guna mensubstitusi tepung ikan.
Maggot adalah sejenis serangga pemakan madu yang mengasilkan larva yang memakan bahan organik. Pemanfaatan larva maggot untuk pakan ikan telah dikaji sbelumnya dalam bentuk utuh dan dalam bentuk formulasi pakan pelet.
Hasil kajian menunjukan adanya potensi untuk dikembangakan dan diharapkan dapat menggantikan tepung pelet pada pakan lele (Clarias sp.).
Dari hasil uji laboratorium mengindikasikan adanya konsistensi antara formulasi pakan yang dibuat dalam perekayasaan pelet berbasis maggot tersebut dengan hasil analisa proksimat dari laboratorium nutrisi, hal tersebut bisa dilihat dari tabel 1 dengan tabel 3 dimana didapat hasil yang tidak berbeda nyata yaitu kandungan protein pakan pengujian 29.77 % dalam formulasi awal dan 29.21% hasil laboratorium.
Sementara pakan kontrol kandungan proteinnya adalah 30.65% dalam formulasi awal dan 30.34% hasil proksimat laboratorium. Hal tersebut menunjukkan adanya progress yang baik untuk memproduksi pelet berbasis maggot ini secara massal,
Hasil uji lapang penggunaan pakan maggot pada pembesaran Ikan lele yang menggunakan kolam terpal dengan ukuran dan padat penebaran yang sama telah menghasilkan Sintasan (SR) sebesar 92.94% + 0,0 %; dengan konversi pakan FCR 1.18+ 0,1; dan pertumbuhan spesifik SGR 3.90%; sementara hasil uji lapang penggunaan pakan kontrol pada pembesaran Ikan lele yang menggunakan kolam terpal dengan ukuran dan padat penebaran yang sama telah menghasilkan Sintasan (SR) sebesar 88.24%+ 0,1 %; konversi pakan FCR 1.29+ 0,1; pertumbuhan spesifik SGR 3.77%+ 0,0%, dari hasil pengujian tersebut menunjukan pakan maggot layak diproduksi dan digunakan untuk pembudidayaan lele khususnya pembesaran,
Pakan merupakan variabel tunggal terbesar dalam operasional produksi dan dalam budidaya udang semi-intensif misalnya biaya pakan ini hampir 28% dari total biaya (Treece, 2000).
Pencarian sumber protein alternatif yang dapat memberi performance sebanding dengan tepung ikan perlu terus dilakukan secara kontinyu.
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar telah melakukan kajian-kajian terhadap larva maggot, Black Soldier (Hermitia illuciens) sejak tahun 2004 guna mensubstitusi tepung ikan.
Maggot adalah sejenis serangga pemakan madu yang mengasilkan larva yang memakan bahan organik. Pemanfaatan larva maggot untuk pakan ikan telah dikaji sbelumnya dalam bentuk utuh dan dalam bentuk formulasi pakan pelet.
Hasil kajian menunjukan adanya potensi untuk dikembangakan dan diharapkan dapat menggantikan tepung pelet pada pakan lele (Clarias sp.).
Dari hasil uji laboratorium mengindikasikan adanya konsistensi antara formulasi pakan yang dibuat dalam perekayasaan pelet berbasis maggot tersebut dengan hasil analisa proksimat dari laboratorium nutrisi, hal tersebut bisa dilihat dari tabel 1 dengan tabel 3 dimana didapat hasil yang tidak berbeda nyata yaitu kandungan protein pakan pengujian 29.77 % dalam formulasi awal dan 29.21% hasil laboratorium.
Sementara pakan kontrol kandungan proteinnya adalah 30.65% dalam formulasi awal dan 30.34% hasil proksimat laboratorium. Hal tersebut menunjukkan adanya progress yang baik untuk memproduksi pelet berbasis maggot ini secara massal,
Hasil uji lapang penggunaan pakan maggot pada pembesaran Ikan lele yang menggunakan kolam terpal dengan ukuran dan padat penebaran yang sama telah menghasilkan Sintasan (SR) sebesar 92.94% + 0,0 %; dengan konversi pakan FCR 1.18+ 0,1; dan pertumbuhan spesifik SGR 3.90%; sementara hasil uji lapang penggunaan pakan kontrol pada pembesaran Ikan lele yang menggunakan kolam terpal dengan ukuran dan padat penebaran yang sama telah menghasilkan Sintasan (SR) sebesar 88.24%+ 0,1 %; konversi pakan FCR 1.29+ 0,1; pertumbuhan spesifik SGR 3.77%+ 0,0%, dari hasil pengujian tersebut menunjukan pakan maggot layak diproduksi dan digunakan untuk pembudidayaan lele khususnya pembesaran,